"Inii. Ayoo. Makaan. Yuk!" Ucapnya dengan sabar merayu. Karina dengan sabar menunggu Naufla mendekat menerima suapan tumis brokoli dengan tahu.
"Nonof sayaang,.. Nonof kenapa? Nonof marah sama tante?"
Naufla yang mendengar ucapan lembut memohon itu hanya diam saja. Tubuhnya setia berdiri di hadapan Karina yang duduk di atas kursi roda, dengan piring di tangan.
"Katanya Naufla pengen panggil bunda. Hmm? Baba betul, kan?" Ungkap Raffi menatap menunggu pengakuan dari anaknya.
"Emang boleh?"
"Boleh, dong. Kenapa ga boleh?" Tukas Raffi balas cemberut seiring menoel pipi tembam anaknya.
"Emang tuan ga papa?" Tanya Karina menatap Raffi yang berlutut tepat di samping sekaligus di depan kursi rodanya.
"Ga, ga papa. Demi anak. Siapa tahu kamu minat jadi bunda asli juga!"
"Bunda asli?" Gumam Karina mulai meringis curiga.
"Iya, jadi istrinya saya." Raffi mendongak, menerbitkan senyuman manis menggoda tanpa dosa. Tak sedikitpun ada rasa malu pada dirinya. Malah dirinya kini menggerakan alis, menggoda wanita muda cantik jelita ini.
"Issh! Iew! Inget umur, ingeet!"
"Hahaha." Raffi kesulitan menahan tawa. Dirinya senantiasa menatap pada Karina yang tak bosan mengerlingkan mata, menggerakkan bibir menyindir dirinya. Raffi gemas sekali.
Hmpt
Suara bekapan bibir membuat Karina serta Raffi mengalihkan pandangan. Keduanya sontak membeku. Naufla di sana menunduk menutup wajah dengan suara cekikikan yang khas.
"Hihi. Kalian lucu! Kalian ributnya manis!" Cicit Naufla terus cekikikan begitu puas.
Karina dan Raffi mendengus bersamaan, perlahan keduanya saling menatap mengungkapkan rasa bahagia bisa melihat Naufla terhibur.
"Iya, ya, baba nakal, yaa? Harus dicubit perutnya!" Cicit Karina membengis menurunkan tangannya ke bawah, lalu merayap dengan senang hati tuk mencubit perut Raffi.
"Aw-aw! Aakh!"
"Hihihi. Baba gemesin! Tante juga gemesiin! Xixixi." Naufla semakin tertawa menjadi-jadi, bahkan pipinya bersemu merah.
"Karinaaa! Saya bales kamu!"
"Heh, pak duda! Anda, yaa! Udah nyosor-nyosor! Menurut tuan, emang saya udah maafin? Haa?" Bisik Karina menatap angkuh seiring memajukan wajah. Karina membengis begitu garang.
"Nyosor-nyosor apa?!" Pekik Raffi mencoba menahan suara.
"Mnyeh mnyeh mnyeh! Pret! Pikirin sendiri!"
Raffi mendengus melihat Karina yang begitu lihai menggerakan bibir, begitu nyinyir. Tingkah Karina begitu totalitas dengan gerakan alis, kerutan kening, dan kedipan mata yang begitu seirama.
"Iyaa, maafin baba ya, bundaa." Timpal Raffi sengaja bangkit membalas mendekatkan wajah. Sengaja wajahnya ia buat menyesal namun juga mengejek.
Plak
Bibir Raffi membuka, wajahnya kini menyamping setelah diberi tamparan tak kencang, juga tak menyakitkan.
Karina menatap nyalang kala bahu kokoh Raffi bergetar dengan suara tawa mengejek yang mulai hadir. Ingin rasanya Karina mencakar wajah itu, menggunting bibir Raffi yang sangat tak tahu malu.
"Gemes ya? Kita gemes, ya? Makanya makan dulu. Yuk! Hehe. Entar abis makan main lagi, deh. Oke?" Ucap Karina segera mengalihkan Naufla.
"Sini bunda cium!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]
Fiksi UmumMenjadi seorang asisten pribadi dari anak berusia 16 tahun tidaklah mudah. Majikan kecil cantiknya itu manja, rewel, belum lagi dirinya yang sudah seperti babysitter untuk dua adik Florenzia. Nona mudanya itu bernama Florenzia Augusta Akbar, anak da...