14. Berdua

364 57 19
                                    

Kayaknya ini konflik utama dan inti dari cerita udah dimulai. Siap2 tahan napas buat di part ini, mungkin ke depannya juga.

Dan buat pembaca di bawah umur mohon bijak dalam membaca, ya? Ambil baiknya buang buruknya.

Contoh buruk jangan ditiru 😊


Shishi dibonceng Jemian lagi! Yang sekarang cewek itu merasakan yang namanya senang sekaligus merasa bersalah, iya sama Lia.

Setelah hampir satu setengah tahun, Shishi rasain lagi gimana dibonceng seorang Jemian, dia peluk Jemian dari belakang dan angin yang membelai tubuh karena kencangnya laju motor membuatnya damai. Semua bebannya rasanya plong dan bebas, Shishi ingin berlama-lama kayak gini dan bersama Jemian.

Tak terasa, akhirnya mereka sampai di depan rumah Shishi.

“Makasih ya, Na,” ujar cewek itu senyum lembut.

“Na?” Jemian mengangkat kedua alisnya.

Keceplosan, itu kebiasaan Shishi dulu pas masih pacaran sama dia suka panggil Nana.

Shishi memilih cuek aja daripada jelasin yang memang ribet, kayak jelasin serasa kembali ke masa itu atau minta maaf sekalipun, lebih baik dia diam.

“Gue perlu ngomong sama lo, serius.” Jemian berjalan mendekat.

“Serius? Mau di dalam?” tanya Shishi yang tiba-tiba deg-degan, dia mau ngomong apa? Pikiran Shishi udah melayang ke mana-mana.

Setelah Jemian mengangguk mereka akhirnya berjalan beriringan buat masuk. Ada yang aneh ... pintunya gak dikunci? Oke, mungkin Mama Airin kelupaan ngunci tadi.

“Duduk, Na – eh, maksud gue Jem. Gue ambilin minum dulu, ya?” Shishi langsung melangkah ke dapur karena malu, bisa-bisa Jemian sadar sama kelakuannya itu yang masih punya sisa rasa buatnya.

“Gak usah, Shi,” balas Jemian, tapi Shishi gak mau dengerin.

“Nggak, gue ambil dulu bentar kok.” Yang Shishi rasain itu bahagia, selama mereka pacaran dulu boro-boro Jemian pernah main ke rumah. Pokoknya gak pernah ada yang main kecuali Jenov yang memang maksa.

Prang~

Dada Shishi rasanya sesak banget dengan apa yang dia lihat di dapur. Dia langsung nyenggol pas bunga di sampingnya. Matanya udah panas dan akhirnya turun.

Di sana papanya yaitu Chakra bersama wanita yang gak Shishi kenal siapa lagi asyik melakukan hal laknat itu di atas meja makan, tanpa menyadari kehadiran Shishi dan mereka sadar-sadar pas Shishi gak sengaja nyenggol vas bunga.

Tanpa menunggu lagi Shishi langsung lari, dan menubruk Jemian yang ternyata nyusul ke dapur.

“Shi, lo kenapa?” tanya Jemian memegang kedua lengan Shishi dengan kuat.

Shishi udah gak bisa berkata-kata lagi, cuma bisa menggeleng dengan air mata terus bercucuran.

“Bukannya sekolah malah bolos!” Chakra datang dari arah dapur dengan hanya mengenakan celana boxernya, dan di belakangnya perempuan tadi menutupi tubuhnya menggunakan taplak meja makan, menjijikan!

Perempuan itu begitu santai melirik Shishi, gak sedikitpun merasa terkejut, takut ataupun bersalah. “Sayang, aku ke kamar mandi dulu, ya?” ujarnya langsung berjalan ke arah kamar mama papanya, benar-benar membuat amarah Shishi semakin membludak, wanita itu sudah tahu seluk beluk rumah ini.

Chakra yang menyadari kehadiran Jemian tatapannya semakin tajam.

“Mentang-mentang gak ada siapa-siapa di rumah beraninya bawa cowok, mau berbuat mesum kamu, ya?!” bentak papanya benar-benar membuat Shishi tak habis pikir.

Dan ini pertama kalinya Chakra marahin Shishi, iya pertama kali! Dan demi wanita itu.

“Papa! Yang berbuat mesum itu Papa bukan Shishi!” Cewek itu balas berteriak gak terima. Dia malu punya papa kayak Chakra apalagi ini di depan Jemian.

Shishi kembali berlari setelah mendorong Jemian, sekencang mungkin, ke mana saja. Nggak, Jemian gak boleh kejar dirinya.

Sayangnya rumah Shishi searah dan buntu, ia langsung terkejar sama Jemian.

“Shi, tunggu, Shi. Lo mau ke mana?” Jemian yang turun dari motor itu ngejar Shishi lagi dan dengan mudahnya menarik tangan itu, dia langsung membawa Shishi ke pelukannya.

“Lepas. Gue mau sendiri.” Shishi yang terisak ini terus memukul dada Jemian berharap dia lepasin.

“Nggak, lo gak boleh sendiri sekarang. Gue bakal temenin lo,” lirih Jemian mengelus surai panjang itu.

“Gue malu, Jem. Gue malu sama kelakuan bokap gue, gue malu sama lo.”

“Iya gue paham, gue janji gak bakal ceritain sama siapa pun, sekarang lo tenang, ya?” bisik Jemian semakin mengeratkan pelukannya.

“Nangis aja, nangis sepuas hati lo di pelukan gue sekarang.” Mendengar ucapan itu tangisan Shishi semakin pecah tak terkendali. Air matanya membasahi seragam sekolah Jemian dan membuat kemeja itu gak berbentuk lagi.

“Na, bawa aku pergi dari sini sekarang, ke mana aja,” lirihnya memeluk makin erat.

“Ke mana?” tanya Jemian pelan.

“Ke mana aja, aku gak mau liat papa, gak mau ketemu papa, gak mau ketemu sama bajingan itu!” Tangis Shishi kembali pecah, kali ini makin histeris.

Bayangan Papa Chakra yang melakukan hal gak senonoh itu berputar di otaknya, dan Shishi jijik! Sangat jijik!

Perlahan Jemian melepaskan pelukannya dan tangannya mengusap air mata itu dengan lembut, menatap Shishi begitu dalam.

“Udah jangan nangis lagi, ya?” lirihnya dengan lembut, dan Shishi gak bisa lepasin tatapannya yang hanya tertuju pada mata indah Jemian.

Lia, maaf ... untuk hari ini aja, gue mau Jemian di samping gue, gue butuh dia.

***

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!” teriak Shishi dengan begitu lepasnya. Ia lirik Jemian dan dia hanya tersenyum.

Jemian melakukannya! Dia bawa Shishi jauh, iya Jemian gak masuk sekolah pada akhirnya karena nemenin Shishi.

Dia bawa Shishi ke sebuah danau dan jauh dari pemukiman, naik perahu berdua dan di tengah-tengah danau dia nyuruh Shishi buat teriak sekeras mungkin, katanya itu bisa bikin hati Shishi plong dan lebih baik, serasa masalah seketika lenyap, dan itu memang benar.

“Mau teriak lagi?” tanya Jemian yang sedari tadi cuma lihatin Shishi teriak itu, tangannya sementara berhenti mendayung.

Shishi tertawa kecil dan menggeleng. “Tenggorokan gue bisa-bisa sakit tar.”

“Akhirnya lo tertawa,” ujar Jemian tersenyum manis, dan Shishi cuma balas tersenyum kecil aja.

“Tapi mata lo bengkak karena kelamaan nangis, jadi senyum lo sama sekali gak cantik,” ujarnya bak mencibir. Sumpah, dia selalu bikin Shishi tenang.

Jemian kembali melanjutkan, ”Makanya, lo harus janji sama gue gak bakalan nangis lagi. Lupain semua kejadian hari ini, tentang apa yang lo lihat dan semuanya, meskipun itu bokap lo, lo tiap hari ketemu, lupain semuanya,” ujarnya menatap Shishi begitu dalam.

Hati Shishi menghangat, damai, terharu dan sakit. Shishi sakit karena Jemian bukan miliknya. Jemian melakukan semua ini karena kasihan, itu sudah pasti.

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang