LOST|3 mulai

338 45 0
                                    

Dua belas pemuda dengan ambisi yang sama, yaitu menaklukkan puncak gunung Lawu.
Mereka sudah berada di pos untuk bersiap-siap mendaki setelah beristirahat sejenak tadi

Gunung itu tampak seperti gunung Pada umumnya, hijau terlihat menyegarkan, dingin yang menyejukkan, dan aura berbeda yang di hasilkan membuat siapa pun tertantang untuk mendaki nya

"Tolong di catat dulu siapa saja yang naik" penjaga pos pertama memberikan sebuah buku daftar pendaki yang akan melakukan pendakian di Lawu

Yuda sebagai perwakilan mengambil buku itu dengan sopan, ia mulai mngebsen satu persatu temannya dan menuliskan nama mereka di dalam buku

"Oke sebelum itu kalian sudah tau kan apa peraturan di gunung ini?" Tanya penjaga pos pendakian kepada mereka

"Sudah pak" mereka menjawab dengan serentak

"Kalau begitu patuhi aturan itu, jangan berbuat hal yang semena-mena, ini alam, dan alam bisa melakukan apa pun untuk memberikan pelajaran bagi yang menggangu nya!" Peringat sang penjaga kepada dua belas pendaki di hadapannya

Apa yang di katakan sang penjaga itu benar, alam itu tempat yang sakral.
Berbagai mahkluk dapat hidup di dalam nya mulai yang kasat mata sampai yang tidak kasat mata,
Berbuat hal yang semena-mena di alam merupakan ide paling bodoh.
Karna alam akan membalas nya dengan hal yang tidak pernah Manusia duga sebelumnya.

"Baik pak, terima kasih petunjuk nya" ucap Yuda mewakili teman-teman nya, penjaga itu hanya mengangguk samar dan tersenyum singkat.

"Yaudah, yuk gerak!!" Ajak Bagas dengan semangat yang membara, bahkan dengan memandang jalur pendakian di depannya membuat hati nya bergejolak untuk segera menaklukkan puncak itu

Mereka mulai bergerak, berjalan dengan posisi memanjang kebelakang, karna jalur yang sempit hanya muat untuk satu orang yang melewati nya, maka mereka harus berjejer kebelakang dengan Yuda sebagai pemimpin di depan dan Wisnu yang berjaga di posisi belakang.

Kanan dan kiri di penuhi rumput dan pohon, cukup segar untuk di pandang
Udara yang masuk ke hidung sangat dingin menandakan keasrian oksigen di sini masih sangat terjaga.

"Astaghfirullah"

Suasana yang tenang jadi terganggu karena teriakan kaget seseorang di depan sana mengalihkan perhatian mereka

"Kenapa, yud?" Tanya Wisnu khawatir,
Jalur yang di lalui semakin curam dan menantang, mereka mulai waspada untuk mengambil langkah sebab jika salah dalam mengambil langkah maka mereka akan tergelincir dan jatuh ke jurang di samping mereka ini.

Yuda terkekeh lucu "kepeleset gaes"

"Pelan-pelan aja guys jalan nya" instruksi Dava kepada teman-temannya

Memang saat ini sudah tidak banyak pohon yang menjulang tinggi, namun semak belukar di kanan dan kiri juga harus di waspadai sebab tidak jauh dari situ terdapat jurang. Memang tidak terlalu dalam namun tetap menyimpan sejuta bahaya jika terjatuh kedalam nya

Meski sudah menjelang Maghrib di langit masih tampak warna biru cerah, meski lebih dominan cahaya oranye dari matahari yang akan menghilang sebentar lagi

Ridho berinisiatif mengambil foto dirinya dengan menampakkan langit biru di atas nya, tidak banyak foto yang di ambil, hanya satu foto saja sudah cukup dengan hasil sempurna.

"Arghh"

mereka di kaget kan dengan pekikan Sean yang tiba tiba terjatuh. Kakinya tidak sengaja menendang sebuah batok kelapa, di didalamnya hanya ada beberapa bunga yang tampak segar dengan buah berwarna merah cerah di tengah nya.

"Lo gak pa-pa kan?" Tanya Rizky khawatir, Sean menggeleng tanda kalau tidak ada yang perlu di khawatir kan. ia hanya terpeleset dan kakinya tidak sengaja menendang batok kelapa yang entah sejak kapan sudah ada di samping jalur mendaki.

"Ck ini apaan sih bikin takut aja!" Decak Sean sambil mengambil batok kelapa tadi dan melemparnya begitu saja. Tentu hal itu mengundang keterkejutan teman-temannya

"Sean kenapa di buang?" Tanya Ajun panik, bukan apa-apa hanya saja ia takut kalau itu semacam sesajen yang sengaja di letakkan di situ

" Itu cuma batok biasa yang di isi bunga sama buah, kenapa?"

Mereka semua terkejut, Sean tidak bisa sembarangan membuang benda yang ada di sini.

"Sean gak seharusnya lo buang itu!!" tegur Aiden "lo jangan kaya orang baru pertama kali daki gunung, berapa kali harus gue bilang?!"

Sean bingung, ada apa dengan batok itu, apa mereka masih percaya dengan mitos mitos gunung yang beredar.

"Kenapa sih, kalian percaya sama mitos gunung?" Tanya Sean, ia juga terkejut sebenarnya, ada rasa takut namun sebisa mungkin ia tutupi

"Udah mending kita lanjut aja, Sean banyak berdoa dan minta maaf, ini alam. kita gak tau apa yang bakal terjadi nanti" kata Ridho melerai keributan yang seperti nya akan terjadi

Sean menatap tempat di mana benda yang di buang nya mendarat,
Ntah lah Sean tidak merasa ada bahaya apapun yang mengintai nya setelah membuang benda aneh itu.

Bukan tidak merasakan, hanya belum merasakan

Perjalanan berlanjut, kali ini lancar tanpa hambatan. Hingga tak terasa langit sudah menunjukkan waktu Maghrib, mereka memutuskan untuk istirahat dan sholat. Kali ini mereka membuat tenda dan memasak makanan untuk malam, tidak banyak dah mewah, hanya mie instan lengkap dengan telur serta nugget dan kopi sachet. perjalanan akan mereka lanjut kan esok subuh mengingat mereka sudah melangkah sangat jauh.

Di tengah ketenangan yang di rasakan, Jefran mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin, ia menoleh kesana-kemari karna merasa seperti ada yang mengawasi "perasaan gue aja kali ya" gumam nya yang hanya dapat di dengar oleh telinga nya sendiri.

"Kenapa?" Jefran sontak berjengit terkejut kala Bagas datang dengan semena-mena memukul pundaknya
"Jangan ngelamun ente, takutnya kerusupan nanti"

Jefran balas memukul Bagas, bahkan lebih keras "Kesurupan ege! Gigi lo kerusupan"

Tawa Bagas terdengar menggema, pemuda itu seperti melepas kan semua kelelahan nya sehari ini lewat tawa yang menggelegar itu. Namun tiba-tiba tawa itu berhenti, sang empu menatap Jefran tajam, yang di tatap tentu merinding seketika "kenapa lo?"

Namun tanpa menjawab, Bagas perlahan menekan pundak Jefran dengan seringai yang menakutkan "Weh tolong si Arifin kerusupan!"

Sedetik kemudian sentilan melayang ke arah dahi mulus Jefran "jangan manggil nama bapak dong!" Seru Bagas kesal, niat ingin mengerjai malah dongkol yang di dapat nya

Yang lain hanya menonton mereka berdua sejak tadi, sesekali tertawa kecil melihat tingkah Jefran dan Bagas "ribut mulu, di ambil nyai baru tau" gurau Sean yang terkesan menambah kegelapan malam

"Guys, kalian ngerasa ada yang aneh gak dari pendakian kita kali ini?" Tanya Ajun yang sejak tadi merasa gejolak lain dari tubuhnya, ada rasa takut dan semangat di waktu yang bersamaan

"Sama aja kaya biasa, iya kan?" Semua mengangguk setuju dengan jawaban Yuda

Ajun mengangguk singkat laku menggosok tengkuknya yang terasa hangat "apa perasaan gue aja, ya?"

Sean bergeser sedikit agar lebih dekat dengan Ajun "Emang kenapa sih?" Tanya nya penasaran

"Nggak apa-apa, tapi gue pingin pulang secepatnya"

"Besok sore juga kita udah pulang, tenang aja" ucap Devano sambil merangkul sepupunya itu

Tidak ada keanehan yang terjadi setelah itu, semua berjalan sebagaimana mestinya. Canda tawa masih mereka rasakan malam ini di dekat api unggun buatan Wisnu dan Bagas untuk menghangatkan tubuh mereka di temani Snack dan wedang jahe hangat yang di suguhkan Haris dan Aiden.

             •••••••••••••∆∆•••••••••••••

LOST  In The Mountain  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang