****
Langit sudah terang, dan perjalanan sudah di lanjutkan sejak tadi. Namun belum ada kemajuan sama sekali, jalur yang mereka lewati masih itu itu saja.
Yang memimpin jalan adalah Ridho, ia sejak tadi sudah mengerang frustasi karena tidak tau harus mengambil jalan mana untuk di lalui,
Rasanya, semua yang ada di dekat mereka terlihat sama, tenaga terus terkuras selama berjalan dan waktu terasa begitu lambat."Ck, ini sebenarnya yang mana sih jalannya?!" Decak Ridho yang bingung harus mengambil jalan mana ketika menemukan dua jalur di depannya
"Kanan aja" saran Rizky
"Enggak! Kiri aja" bantah Devano
Ridho semakin bingung harus mengambil jalan yang mana jika teman-teman nya sudah memiliki pendapat masing-masing seperti ini.
Ridho berbalik untuk menatap teman-teman nya "gini aja deh, yang mau ke kanan angkat tangan"
Hampir semua dari mereka mengangkat tangan nya, kecuali Devano, ia bersikukuh untuk mengambil jalur kiri."Udah kanan aja Devano"
Devano menggeleng dengan cepat "sekali kiri ya tetap kiri"
Lagi dan lagi, mereka berbeda pendapat, ini akan menjadi penghambat jika terus di biarkan seperti ini
"Sekali aja satu pemikiran gak bisa emang?" Ujar Yuda "kalau kita beda pemikiran terus kayak gini, kapan kita keluar nya?"
"Ya kapan kapan" jawab Devano enteng
"Udah, ambil kanan aja" final Wisnu yang tidak dapat di ganggu gugat
Akhirnya mereka mengambil jalur kanan untuk di lalui, mereka berjalan dengan sangat hati-hati karena jalur kanan lebih curam dan berbatu dari yang sebelumnya.
Mereka sama sekali tidak sadar kalau seseorang yang berada di barisan paling belakang sudah tertinggal jauh sejak tadi karena kelelahan.Semakin mereka berjalan semakin tinggi pula rumput yang mereka temukan, Ridho yang di posisi paling depan membuka jalur untuk di lalui.
Jalur semakin sempit di tambah rumput yang tinggi hingga menutupi sebagian tubuh mereka.Devano sudah misuh-misuh karna kesulitan berjalan "kan gue udah bilang, ambil yang kiri tadi!" Ucap nya jengkel
Ridho yang sejak tadi merasa Ragu dengan jalur yang mereka lewati akhir nya terbukti, kalau keraguan nya memilih jalur ini benar.
Matahari semakin tinggi, namun mereka tetap berjalan menyusuri jalur yang sepertinya tidak berujung ini. Mereka benar-benar sudah terlalu jauh dari jalur pendakian yang sebenarnya.
"Kita cari lapak yang agak lebar dikit lagi buat istirahat" ucap Ridho
Tidak ada sahutan dari yang lain, mereka hanya mengangguk singkat karna sudah terlampau lelah dan malas untuk mengeluarkan suara sedikitpun.
Mereka berjalan dengan susah payah, jalur ini benar-benar seperti jalan yang sengaja di buat untuk memakan korban jiwa. Kanan dan kiri semak belukar di Sertai rumput yang tinggi, di sepanjang jalan di penuhi batu yang bisa membuat siapa saja terjatuh di buat nya.
Devano kembali mendengus kesal, rasanya ia ingin menangis saja kalau seperti ini "woy! Ini gak nemu juga lapak nya?"
Ridho jengkel dengan Devano, pemuda itu sejak tadi kerjaan nya hanya mengeluh saja. "Belum ketemu bukan gak ketemu! Sabar! Lo kira lo doang yang capek!" Serunya kencang
"Ya kok ngamok!!"
Ridho memilih diam, semakin di tanggapi maka Devano akan semakin menjadi.
Tiba-tiba mereka mendengar suara raungan yang entah dari mana asal nya.
Spontan mereka semua berhenti berjalan, suara raungan itu berbunyi tiga kali
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST In The Mountain
Mystery / Thriller;"Tidak ada yang bisa mencegah dan dicegah" "Satu nyawa tidak bisa menebus satu kesalahan " Akan banyak kejutan dan plot twist di versi Novel yg membuat kamu terkaget-kaget