LOST|16 Bisikan

228 33 0
                                    

                         ***

Devano terus memukuli babi hutan itu dengan menggila, tidak perduli panggilan dari teman-temannya yang menyuruhnya untuk berhenti. Kepala nya di penuhi dengan amarah yang harus segera di lampiaskan dengan cara menewaskan hewan di depan nya ini.

"Devano! udah!" Yuda terus mencoba menarik tubuh Devano "lo gila!!"

Devano terus memukul tubuh babi di depannya dengan brutal, hewan itu sudah tumbang sejak tadi namun belum mati

"Mati lo! Mati lo!" Desis nya

Dava mencoba menarik Devano untuk menjauh, namun tanpa di duga pipi nya malah menjadi sasaran Devano, tanpa sengaja.

Bugh!

Devano terhuyung ke belakang akibat pukulan yang di darat kan di pipi kirinya oleh Rizky.

"Lo udah gila?!" Rizky menarik kerah jaket yang di pakai Devano dengan kuat, hingga membuat wajah Devano memerah karena tercekik
"mau sok jadi psikopat lo? mau sok kuat?"

Devano tersenyum remeh "gue cuma butuh pelampiasan buat ngeluarin emosi, emang nya lo mau jadi samsak gue?" ia menghempaskan cengkraman Rizky pada kerah jaket nya dengan kasar "kita liat siapa yang berhasil bertahan sampai akhir di sini" setelah mengucapkan itu, Devano kembali mengambil kayu nya untuk memukuli babi yang sudah tak berdaya di depannya.

Wisnu segera menghalangi Devano dan mencegah nya melakukan hal gila lagi

"Lo mau buat persaingan?" Tanya Wisnu dengan suara rendah

"Nggak" jawab nya santai

Wisnu menghela nafas berat, cukup frustasi sekarang ini "Dev, kita semua temen, jadi jangan bertindak seolah-olah cuma lo doang yang mau selamat"

Tak!

Suara kayu yang di lempar Devano membuat mereka terkejut seketika.
Cukup sudah

"GUE BINGUNG! GUE TAKUT! GUE BELUM SIAP MATI! GUE TAKUT" Devano berteriak seperti orang kesetanan dengan tangan yang terus menjambak rambut nya sendiri.

Sosok keras kepala itu terlihat begitu frustasi, selama ini ia hanya dapat mengeluarkan emosi nya tanpa tau bagaimana cara mengatasi rasa takut nya yang begitu mendominasi dirinya sendiri.

"GUE TAKUT! GUE BINGUNG HARUS LAKUIN APA LAGI BUAT KELUAR DARI SINI!!"

Yuda berusaha menghentikan tangan Devano yang terus mencoba menyakiti dirinya sendiri "Jangan begini, Dev. kita juga bingung harus ngapain"

"Kita semua tau apa yang lo rasain, kita juga ngerasain itu, Devano" ucap Rizky

"Sean mati, Ajun mati, Bagas mati, Haris juga mati, Jefran hilang, dan sekarang Ridho. Terus, habis ini siapa lagi?"

Dava mengelus pundak Devano
"habis ini gak akan ada lagi, gue janji" ucap nya dengan yakin

"Woy! Jangan diem aja di situ, Ridho gimana ini?"

Mereka langsung lari dengan tergesa-gesa setelah mendengar teriakan Aiden, mereka lupa dengan kondisi Ridho.

Di sana Aiden sibuk membersihkan darah yang keluar dari luka di paha Ridho menggunakan kain dari baju nya yang sengaja di sobek. Luka gigitan di paha Ridho terlihat seperti biskuit yang di gigit ujung nya.

Ridho merasa tubuhnya remuk, serangan babi itu tidak main-main. Ridho yakin, kalau tubuh nya di penuhi memar sekarang ini, belum lagi luka di paha yang membuat kaki nya terasa sulit di gerakkan.

"Ini gimana?" Tanya Aiden panik ketika Yuda dan yang lain datang.

"Gak usah panik, gue aman" rasanya Ridho seperti di pukul oleh ribuan kayu ketika berbicara.

Dava melotot marah "aman mata lo! Lo bisa kehabisan darah kalau gini" sembur nya emosi "kacau!"

Kondisi mereka benar-benar kacau, masalah tidak berhenti datang sampai kembali memakan korban.
Belum hilang rasa khawatir mereka terhadap Jefran, kini kondisi Ridho semakin membuat mereka kalut dan benar-benar ingin pergi dari gunung ini secepat mungkin.

"Gue nyerah, gue pasrah" baru kali ini Wisnu merasa kan yang nama nya putus asa, keadaan seperti memaksa nya untuk menyerah.

Yuda memejamkan mata nya karna emosi "jangan memperkeruh suasana" mata nya menatap tajam raut lesu milik Wisnu "gue gak suka sama omongan lo barusan"

"Lo gak bosen liat keadaan sekarang? kalau gak mati ya sekarat, terus ujung-ujungnya mati"

Rizky memutar bola mata nya jengah "cih gue lebih bosen denger omongan lo sekarang, Nu. Ridho ni di fikirin, jangan malah ngeluh lo di situ" Rizky muak dengan semua keluhan yang mereka keluarkan setiap saat.

Aiden mengabaikan segala keributan yang tidak berguna itu, tangan nya masih setia membersihkan luka Ridho. Paha nya benar-benar seperti sebuah biskuit yang di gigit pinggir nya, sangat mengerikan untuk Aiden.

Ridho berusaha keras mempertahankan kesadarannya sejak tadi. Ia takut jika kesadaran nya hilang, ia tak akan pernah bangun lagi.

Devano dan Dava juga sama seperti Aiden, mereka memilih diam dan membantu Aiden membersihkan darah Ridho.

"Sakit" rintihan yang pertama kali mereka dengar dari mulut Ridho. Pemuda itu mencengkeram batu kecil di tangan nya untuk menyalurkan rasa sakit nya "kaki gue, badan gue, sakit banget"

"Kita minta maaf dho" Devano beralih menatap raut menyedihkan milih Ridho "kita gak bisa bawa lo ke rumah sakit sekarang, kita gak bisa bantu lo ngurangin rasa sakit nya"

Ridho mendengar nya, namun untuk membalas ucapan Devano rasanya sangat sulit untuk di lakukan.

Orang-orang yang biasanya dapat di andalkan di kondisi apapun kini telah menjadi sosok tak berdaya yang bingung harus berbuat apa untuk dirinya dan teman-temannya.

"Ridho, lo gak bakal ninggalin kita kaya yang lain kan?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Dava. Bahkan Dava dapat mendengar suara nya yang bergetar dengan sangat jelas.

Ridho hanya menggeleng lemah, ia juga tidak tau seperti apa nasib nya nanti, namun ia berharap bisa bertahan sampai mereka keluar dari tempat ini.

Rizky, Yuda dan Wisnu sudah mengakhiri perdebatan mereka sejak mendengar rintihan Ridho tadi.
Kini ketiga nya hanya terdiam dan membiarkan hati mereka mencaci maki diri mereka sendiri.

Jika bisa memilih, Yuda akan memilih untuk berada di posisi Ridho sekarang. Karna ia tak tega melihat raut kesakitan milik teman nya itu. Yuda merasa tak berguna sebagai seorang teman, ia merasa gagal melindungi teman-temannya sendiri.

Jalan terus saja, jangan pernah berbelok ke arah lain...

Rizky refleks melihat ke sekitar nya, ia berani bersumpah, suara itu seperti berasal dari belakang nya tadi.
Bulu kuduk nya berdiri seketika, mendapati bayangan seorang wanita muda di tengah redup nya langit sore ini.

Rizky segera mengalihkan pandangan nya kearah Ridho, teman-temannya yang lain seperti tidak mendengar apa pun. Rizky yakin, hanya dirinya lah yang mendengar itu dan di percaya untuk memandu teman-teman untuk keluar.

"Gue janji, kita bakal keluar secepatnya"

Jangan ikuti itu

Bisikan dari suara lain kembali datang padanya, kali ini suaranya berbeda dan terkesan mudah di kenali. Rizky mencari sumber suara tersebut tapi tidak ada sosok apapun yang tertangkap matanya selain wanita muda berpakaian putih tadi.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

LOST  In The Mountain  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang