chaos

603 77 27
                                    

"Apa kau benar-benar berteman dengannya?"

Setelah menyelesaikan makan malam, Kim Bum mengajak So Eun untuk pulang bersama.

"Maksudmu, Lee Hyeri?"

"Tidak, pria itu."

"Aah, mungkin sudah sekitar 3 tahun aku mengenalnya baik. Apa ada sesuatu yang salah?" mereka berdua sedang ada di mobil.

"Kupikir aku satu-satunya teman priamu. Aku tidak menyangka jika kau berteman dengan yang lain juga." So Eun masih tidak paham dengan arah pembicaraan Kim Bum yang menurutnya sangat aneh. Apa tidak boleh berteman dengan pria lain?

"Kami baru dekat baru-baru ini, kami juga tidak sedekat itu oppa. Kau sahabatku satu-satunya." Mungkin dengan berkata seperti itu, lelaki disampingnya ini berhenti kesal dan menggerutu.

"Aku tidak menyuruhmu untuk tidak berteman dengannya, So Eun." Kim Bum mengelak.

"Ah begitukah? Kukira kau merasa tersaingi karena ternyata aku memiliki teman yang lain. Baiklah kalau memang tidak ada yang salah." So Eun menyenderkan badannya ke kursi mobil.

"Kemudian kau akan tetap bersamanya?"

"Tentu saja, dia orang yang sangat baik."

"Yak Kim So Eun jangan mau dibodohi oleh pria manapun. Dia pasti memiliki tujuan tertentu hingga mendekatimu."

"Termasuk kau juga?"

"Kau benar-benar tidak paham? Sudahlah, lupakan saja apa yang kita bicarakan."

"Ah nde." So Eun menghembuskan napas kasar.

"Kenapa kau menghela napas seperti itu? Kau kesal padaku?"

"Oppa, aku benar-benar tidak paham maksud dan jalan pikiranmu. Aku bahkan hanya menghela napas dan kau menyalahkannya." So Eun mengernyitkan dahinya bingung.

"Aku hanya mengingatkanmu yak! Agar jangan mudah dibodohi saja. Apa aku salah?"

"Anggap saja jika yang kau bicarakan benar. Lalu apa tujuan dia mendekatiku? Kami sama-sama kaya, yang pasti dia juga tidak butuh uangku. Keuanganku bahkan jauh dibawah dia. Harusnya dia yang curiga karena aku mau berteman dengannya." Jelas So Eun panjang lebar. Lantas kalimat itu tambah membuat Kim Bum sangat kesal.

"Sebegitu sukanya kau dengannya hingga menganggap kau ada dibawah dirinya hoeh?"

"Aku membicarakan soal uang. Bukan harga diriku."

"Yah terserah kau saja. Aku sudah memperingatkanmu."

"Nde, gomawoyo uri oppa." Balas So Eun malas. Ia langsung memejamkan matanya menghindari pembicaraan yang lebih panjang dari ini.

So Eun pasti sangat gila karena pejaman matanya benar-benar membuatnya tertidur. Padahal ia hanya memejamkan mata untuk menghindari pembicaraannya dengan Kim Bum yang tiba-tiba sangat menyebalkan.

Dirinya terbangun dalam sebuah ruangan yang tampak asing. Ini bukan rumahnya. Bukan juga apartemen miliknya. Nuansa berwarna putih mengelilingi seluruh isi kamar ini. Parfumnya, sangat mengingatkan dirinya pada seseorang. Apa dia diculik? Yaampun, apa yang ia pikirkan.

Kesadaraan So Eun terkumpul. Ia segera bangun dari tidurnya memperhatikan sekitar. Lalu pandangannya terhenti pada seseorang yang tertidur di sofa yang ada didepan ranjang tidur kamar ini. Ia Kim Sang Bum.

Ini pasti rumahnya yang baru. Tapi tampak berbeda dari beberapa waktu yang lalu saat keluarga mereka berkunjung. Oh, So Eun mengingatnya. Ini adalah rumah kedua milik keluarga Kim Bum.

Kenapa pria itu membawanya kesini? So Eun beranjak dari ranjang itu lantas mendekati sofanya.

Pria itu tampak seperti bayi ketika tidur. Begitu tenang dan lebih mempesona. So Eun berjongkok di depannya. Memperhatikan setiap detail wajah yang menurutnya sangat indah. Bagaimana mungkin ada manusia yang tercipta begitu sempurna?

a Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang