08. Acuh tak acuh

35K 1.4K 8
                                    

"Aulia!!!!" Bi Imah masuk dan langsung memukul Aulia disana juga. Risa yang melihat itu segera menggendong Aldy dan menutup matanya.

"Aw!! Sakit bu!!" Aulia meringis, ia memegangi bahunya yang sempat ibunya itu pukul.

"Kamu itu ngomong apa sih hah? Maaf nyonya. Dia kalo ngomong emang nggak dipikir dulu." ucap Bi Imah kepada El sambil menatap Aul dengan tatapan sinis.

"Nggak papa kok bi. Emang ada benarnya juga, dengan apa yang dikatakan Aul barusan." entah mengapa El merasa gusar.

"Makanan sudah siap, sebentar lagi juga pak Boss pulang. Sebaiknya anda bersiap."

"Iya. Kalau begitu saya mau bersih-bersih dulu." El masih tersenyum dengan manisnya yang tak luntur sedari tadi.

"Kalau begitu kami permisi. Ayo kamu ikut ibu, kamu perlu di kasih pelajaran." Bi Imah menjewer telinga Aul sambil pergi dari kamar itu setelah mendapat anggukan dari sang majikan.

"Kalau begitu. Saya mandi dulu ya Risa." ucap El setelah membawa handuk lalu pergi ke kamar mandi.

"Kasian banget Nyonya Elisa"

•••


Ardan sampai di rumahnya di malam hari. Langsung saja ia duduk di meja makan untuk makan malam. Bi Imah datang menyiapkan makanan untuk sang majikan yang celingak celinguk seperti mencari seseorang.

Bi Imah terkekeh melihat itu. "Dia masih bersiap." ucal Bi Imah tahu bahwa Ardan mencari istrinya.

"Aku gak tanya." Ardan pun melahap makanan yang sudah disiapkan. El datang dengan anggunnya memakai gaun berwarna pink bunga-bunga, dengan rambut yang sengaja ia gerai. El berdiri kaku, ia bingung harus apa. Ardan yang melihat itupun angkat bicara

"Ngapain kamu? Cepet duduk. Nggak baik untuk kamu berdiri lama-lama." El dengan perlahan berjalan dan duduk di kursi dekat Ardan. Risa pun menyiapkan makan malam sehat untuk El yang tengah mengandung.

Mereka pun makan. Tidak, El mencoba untuk makan makanan sehat itu.

Jujur saja ia kurang suka makan sayur. Tapi mau bagaimana? Ini adalah nutrisi yang baim untuk bayinya kan? Maubtak mau, suka tak suka El harus makan.

Dengan terpaksa satu-dua suap berhasil El telan.

"Bi tolong ambilkan aku sayurnya lagi." ucap Ardan pada Bi Imah dengan kata 'aku' membuat El sedikit tersentak.

"Biar saya aja." El hendak melayani sang suami dengan mengambilkannya sayur.

"Tidak. Biar Bi Imah saja." ucap Ardan tegas,  El pun kembali duduk. Ia tak bisa berkutik. Bi Imah pun memberikan sayur yang diinginkan Ardan.

"Bi setelah ini tolong siapkan perlengkapan mandi ya?"

"Baik Pak Boss!" Bi Imah pergi ke kamar Ardan yang ternyata ada di lantai atas sedangkan kamar El ada di lantai ini dekat tangga.

'Bi imah akan menyiapkan perlengkapan mandi pak Ardan.. Tapi kenapa dia malah naik ke atas? Kamarnya kan disini? Di lantai ini?'

Batin Elisa bertanya-tanya. Atau jangan-jangan ia dan Ardan tidur di kamar yang berbeda?

"Liatin apa? Habisin makanannya. Makan yang banyak." ucap Ardan saat melihat El diam sama tak makan.

Elisa tak bisa lagi menerima makanan ini di perutnya. Baru saja masuk mulut, rasanya ada yang ingin keluar.

El menutup mulut dan hidungnya.

"Kenapa?" tanya Ardan.

"Saya mual." El langsung berlari ke kamar mandi.

Hamil Anak Boss(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang