05 : Bertanggung Jawab

36.2K 1.5K 12
                                    

El pun masuk keruangan Ardan setelah mengetuk dan dipersilahkan masuk oleh sang pemilik ruangan itu.

Terlihat Ardan tengah duduk di kursi kebesarannya dengan gagah.

"Bapak memanggil saya?" kata El yang berdiri di seberang meja dihadapnnya.

"Itu... Nggak ada yang mau kamu omongin sama saya?" kata Ardan bertele-tele.

"Bagaimana dia bisa tau?"  batin El.

"I-iya ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan bapak." lalu El pun mengeluarkan sebuah surat dari dalam tasnya, lalu menaruhnya di meja Ardan. Ardan langsung menyambar dengan cepat surat itu dan langsung membukanya.

"Apa ini? Surat pengunduran diri?" katanya setelah membaca. Terlihat expresi kecewa tersirat dari wajah tampan itu.

'Bukannya dia tadi sudah tau ya? Terus kenapa dia kayak terkejut gitu?' batin El, Lagi.

"Nggak ada yang lain? Yang mau kamu omongin?" katanya memastikan.

'Dia ngarepin aku ngomong apa sih?' Batin El, lagi-lagi tak mengerti.

"Saya tidak mengerti apa maksud bapak. Hanya itu yang mau saya katakan. Saya permisi." setelah menunduk memberi salam terakhir, El pun beranjak pergi, Namun....

"Saya tau kamu hamil!" langkahnya terhenti setelah mendengar perkataan Ardan. El berdiri seperti patung disana, sementara Ardan mulai berdiri lalu perlahan menghampirinya.

"Saya benarkan? Kamu sedang hamil sekarang? Itu sebabnya kamu mengundurkan diri?" kaki El bagai di semen. Ia tak bisa bergerak. Ada apa dengan Elisa? 

"Kalau iya,, kalau iya kenapa? Apa saya tidak boleh resign? Apa bapak akan mempekerjakan wanita hamil sepertiku? Maaf, tapi semua ini bukan urusanmu. Permisi." saat El akan melangkahkan kakinya, Ardan mengenggam tangannya erat.

"Bagaimana bisa ini bukan urusanku? Janin yang kau kandung adalah benihku" katanya sembari menggenggam tangan El erat, membuat sang empu meringis.

"Bagaimana bisa Bapak yakin? Kalau ini adalah anak Bapak?" kata El sambil menahan sakit di pergelangan tangan yang digenggam kuat Ardan.

"Kamu pikir saya tidak tahu tentang kamu? Selama 1 bulan ini. Saya menyuruh seseorang untuk membuntuti kamu, kemanapun kamu pergi. Kapanpun dan dimanapun. Bahkan di malam itu kau baru saja putus dengan kekasihmu yang bernama Roben itu kan. Kamu sama sekali tidak pernah berpacaran atau berintraksi dengan pria manapun lagi. Dan juga, saya yang pertama, Benarkan? Bagaimana saya tidak yakin sekarang?" katanya menjelaskan panjang lebar, membuat El meneteskan air mata mendengarnya.

Falshback

Saat Ardan menelpon Dhika untuk menyuruhnya membawakan pakaiannya ke resort pada pagi itu.

"Dan satu lagi. Cari tahu tentang pegawai bernama Elisa, sekarang juga dan kirimkan semua informasinyapadaku." Ardan pun menutup telponnya.

Flashback off

"Terus? Bapak mau apa sekarang? Apa bapak mau nyuruh saya buat aborsi? Bapak mau saya gugurin kandungan ini!!?" amarah El tak bisa dibendung sekarang ia berkata dengan nada tinggi yang ngegas. Untung saja ruangan ini kedap suara, sehingga orang diluar ruangan ini tak akan mendengar pembicaraan mereka.

"Saya akan bertanggung jawab!!" tangan El dilepas oleh Ardan. Terlihat tangannya memerah akibat genggaman yang kuat.

"Saya sama sekali tidak menuntut pertanggung jawaban dari bapak." lirih El. "Saya bisa mengurus anak saya sendiri."

"Kamu memang tak menuntut pertanggung jawaban saya. Tapi saya bersedia untuk bertanggung jawab. Karena apa? Karena saya tipe laki-laki yang bertanggung jawab dengan apa yang saya lakukan. Dan dia bukan hanya anak kamu saja. Tapi anak saya juga." terlihat raut ketegasan di wajah Ardan.

"Kalau hanya sebatas pertanggung jawaban. Lebih baik tidak usah." El pun pergi meninggalkan Ardan yang mematung disana.

El pergi ke mejanya dan mengambil kotak di bawah meja untuk mengemasi barang-barangnya, dibantu Caca.

"Elisa. Lo mau kemana beres-beres?" mata Dito yang baru saja datang mengambil kopi dari pantry.

Semua orang pun berkumpul untuk bertanya dan melihat El sedang membereskan barangnya.

"Lo di pecat El?" kata karyawati 1.

"Karena itu lo dipanggil pak boss barusan kan?" kata Karyawati 2.

"Kalian kalo nggak tau apa-apa jangan asal ngomong dong. Atau omongan kalian itu di filter dulu biar estetik!!" bentak Caca tak terima karena temannya disangka dipecat.

"Aku bukannya dipecat kok. Aku mengundurkan diri, aku mau pulang ke kampung halaman, itu aja." ucap El menjelaskan sambil masih merapikan barang-barangnya.

Semua orang pun hanya mengangguk mengerti.

Sekarang ia sudah selesai. Ia pun pamit pada karyawan satu-persatu.

Lalu ia pergi ke lantai dasar diantar Caca. Karena bawaan El sangat berat, jadi Caca membantunya.

Di lantai dasar pun El dan Caca berada sekarang.

"Jadi rencananya mau kapan lo pulang ke surabaya?" tanya Caca sambil membawa kotak barang-barang El.

"Rencananya sih nanti malem, jadi sampenya bisa besok pagi. Karena kan gue perginya pake bus." terangnya.

"Kok cepet banget sih? Kalo gitu kita nggak bisa ketemu lagi dong setelah ini. Malem ini gue lembur lagi, Huft!" Caca pun memeluk El dengan erat setelah menaruh kotak barang El di tanah.

Karena sekarang mereka sudah ada di pinggir jalan untuk menunggu taxi online yang sudah El pesan tadi.

"Yaudah sih gpp. Kalo kangen kan bisa vc atau kalo nggak kan lo bisa terbang ke surabaya."

"Iya nanti gue keluarin sayap kebidadarian gue buat nemuin loe di surabaya." mereka pun terkekeh bersama.

Taxi online pesanan El pun datang, Dan kedua sahabat itu pun berpamitan lagi.

El masuk kedalam taxinya.

"Pak, nyetirnya pelan-pelan aja ya. Dia lagi hamil soalnya." kata Caca cukup lantang lalu di angguki sang sopir.

Mobil itupun pergi.

"Ca!!" Dito tiba-tiba saja ada disana.

Caca terkejut. 'Dia denger nggak ya?'

"Ape? Nga-ngapain lo disini?" gugup Caca karena ia takut Dito mendengar perkataannya tadi bahwa El tengah hamil.

"Ini hp lo bunyi terus. Pusing gue, jadi gue bawa deh kesini."

'Huft!! Dia nggak denger kali ya' Lega Caca dalam hati.

"Udah ya ayo kerja!!"Mereka pun masuk bareng.

*

Keesokan harinya.

El tiba di terminal surabaya. Membawa koper dan tasnya. Ia pun menghentikan taxi untuk pergi rumah orang tuanya.

Diperjalanan ia sangat cemas.

Bagaimana bisa ia mengatakan semua ini pada orangtuanya? 

Semoga saja mereka bisa mengerti setelah ia menjelaskan semuanya.

El tiba di kediamannya.

Rumahnya cukup lumayan. Tidak besar dan juga tidak kecil. Sedang saja dan mempunyai gerbang dengan taman bunga. Karena dahulu saat dia masih tinggal disini ia suka menanam dan sekarang ia serahkan urusan tanam menanam pada sang ibu yang tinggal disini.

El turun dari taxinya. Bapak taxi sedang menurunkan koper El dari bagasi.

El melihat ada mobil mewah di pekarangan rumahnya.

'Lagi ada tamu ya? Tapi siapa?' Batinnya bertanya siapa yang bertamu.

Setelah ia membayar taxi, ia pun pelan-pelan masuk kerumahnya dengan menyeret kopernya.

"Assalamualaikum...." saat ia masuk alangkah terkejutnya ia melihat Bossnya eh tidak, mantan nossnya itu ada dirumahnya.

"Pak Ardan?"Katanya pelan.

***

Hayo ngapain mantan bossnya Elisa ke rumah orang tuanya ya?? 

Hamil Anak Boss(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang