24. Stay With Me 2

36K 1.2K 2
                                    

Harap untuk para pembaca meninggalkan jejak dengan Vote, Komen + Follow ya, sebelum ataupun sesudah membaca..

***

Flashback

Ardan yang kabur dari panti asuhan disaat ia masih 18 tahun, yaitu 14 tahun silam. Di hari yang sama Ardan pun berhasil menemukan sang ibu.

Ia mencari informasi dimana ibunya berada dan tinggal dengan menggunakan kepintarannya. Entah apa yang ia lakukan sampai-sampai, tidak sampai 1 hari ia langsung menemukan sang ibu. Yang tinggal disebuah kelab malam, karena ia adalah seorang P*K.

"Untung saja. Aku mendengar ibu panti berbicara dan mengatakan kalau ibuku tinggal di tempat seperti ini. Dan alhamdulillah aku menemukannya, dan dia tinggal di bar ***** ini." Ardan pun mencoba masuk.

Ardan yang bisa dikatakan anak sholeh itu, tapi dulu. Tak tahan melihat para gadis-gadis yang memakai baju haram kurang bahan yang meliuk-liuk seperti cacing kepanasan itu pun segera bertanya pada salah satunya.

"Permisi." ucap Ardan pada salah satu wanita yang tengah menganggur karena ia sendirian itu.

"Iya, ganteng. Mau apa sayang??" katanya sembari mencoba menyentuh Ardan, tapi ditolak Ardan.

"Ini, saya mau menanyakan. Apa Mrs.G ada?" tanya Ardan.

Darimana Ardan tau?

Karena sebelum ini dia sudah menyelidiki dan mendengar kalau si Mrs.G itu dari sini dan mempunyai 6 jari tangan kirinya. Wanita yang ditanyai Ardan pun melihat Ardan dengan seksama. Dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kamu kayaknya masih sma ya? Belum kerja? Apalagi belum mapan kan? Kenapa kamu cari Mrs.G?" katanya sewot.

"Dia ibuku. Aku ingin bertemu dengannya." ucap Ardan to the point karena saat itu dia masih polos.

Wanita itu pun langsung diam dan tertohok. "Tunggu disini sebentar ya dek." Wanita itu pergi dan Ardan duduk di kursi dekat meja.

Terlihat kalau wanita itu berbicara dengan wanita lain. Wanita yang tadi kembali dan wanita yang satu lagi pergi entah kemana.

"Maaf dek tapi, adek nggak bisa ketemu sama Mrs.G." katanya.

"Tapi kenapa?" tanya Ardan mulai berdiri.

"Tidak papa." ucap seorang wanita di belakang wanita itu.

"Mrs.G?" dan ternyata itulah Mrs.G ibu dari Ardan. Memang cantik walaupum sudah agak tua, ralat. Dewasa.

"Kamu. Ikut saya." ucapnya pada Ardan.

||

Mrs.G tersebut membawa Ardan kesebuah ruangan dengan minim pencahayaan disana. Memang semua ruangan di tempat ini seperti itu pencahayaannya.

"Mau apa kamu kesini?" katanya setiba disana.

"Ibu.." lirih Ardan.

"No!! No no no. Jangan panggil saya ibu." bentaknya. "Saya memang ibu kamu, tapi saya nggak akan anggap kamu sebagai anak saya" katanya membuat Ardan menangis.

"Ibu kok tega sih sama Ardan? Ardan ini anak kandung ibu. Ibu buang Ardan ke panti asuhan tanpa adanya perasaan." Ardan berkata sambil menangis.

"Perasaan apa? Perasaan apa untuk kamu anak haram??" bentaknya, ia mau Ardan pergi.

Dada Ardan semakin sakit mendengar kata anak haram dari mulut sang ibu.

"Ardan sama sekali nggak pernah nyuruh ibu buat hamil ataupun ngelahirin Ardan. Tapi kenapa Ibu tega sekali sama Ardan?"

"Saya juga nggak mau hamil atau melahirkan kamu. Tapi apa boleh buat, kalau saya ngegugurin kandungan saya dulu. Itu akan beresiko untuk nyawa saya. Jadi kamu, anak yang nggak diinginkan jangan so kegeeran. Saya ngelahirin kamu itu untuk menyelamatkan nyawa saya." bentaknya lagi dan lagi.

"Lebih baik sekarang kamu pergi. Kamu mau ketemu saya kan? Sekarang sudah bertemu, dan sekarang kamu pergi. Jangan lagi-lagi kamu berpikir ingim bertemu saya lagi. Ok?" katanya pada Ardan yang masih berdiam diri.

Mrs.G itu pun memanggil dua orang pria kekar dan menyeret Ardan pergi dari tempat sesat itu. Dan dari situlah berawal Ardan yang kini bak kulkas, kanebo kering di lahirkan sekarang.

Ia membenci semua wanita karena ibunya.

Terlebih ia merasa sakit saat ibunya bilang "kamu anak yang nggak diinginkan." kata-kata itu selalu terngiang di telinga Ardan sampai sekarang.

Karena itu saat ia tau kalau Elisa hamil anaknya, ia pun memilih bertanggung jawab dan mengurus anaknya sendirian. Karena ia membenci wanita dan ia juga tak mau sang anak dikatakan anak haram dan anak yang tak diinginkan oleh orang lain.

Flashback Off

El mengantar dan merebahkan tubuh Ardan di ranjang kamar gelapnya. El melepaskan sepatu dan kaos kaki Ardan. Saat El hendak pergi, Ardan mengigau dan meracau.

"Elisa.." lirihnya terdengar oleh El.

El pun menghampirinya.

"Jangan pergi Elisa.." racau Ardan seperti ketakutan.

El pun memegang tangannya. "Saya nggak akan kemana-mana pak. Saya disini." El mengusap pipi Ardan.

'Ada apa dengan pak Ardan?' batinnya terus bertanya-tanya.

||

El terbangun jam 4 subuh, tapi posisinya berbeda sekarang. Ia berbaring di ranjang dan di peluk erat oleh Ardan. El yang terkejut pun langsung melepaskan diri dari Ardan.

Bukan apa-apa, karena kan mereka sekarang sedang menjalani masa sidang perceraian. El pun bergegas pergi ke kamar Aresa.

Untungnya disana Aresa masih tidur. El berpikir bagaimana dia bisa ketiduran disana? El mengutuk dirinya sendiri.

||

Jam 07:00.

Ardan baru bangun dari tidurnya dan terlihat El sudah ada disana dengan membawa nampan berisi jus lemon satu gelas.

Ardan pun duduk dengan memegang kepalanya pusing.

"Siapa yang izinin kamu masuk?" ucapnya dengan nada kejam disaat seperti ini pun.

"Tidak ada. Hanya saja saya mau ngasih jus lemon untuk bapak." El menaruhnya di nakas lalu pergi.

"Tunggu." ucapan Ardan membuat langkah El terhenti. "Semalem saya nggak ngelakuin apa-apa kan?" katanya.

"Apa-apa.. Apa?" tanya El, pura-pura tak mengerti.

"Tidak. Kamu boleh pergi" Elisa pun pergi, meninggalkan Ardan yang masih memijit pelipisnya, pusing.

||

Di halaman belakang, Sinta yang tengah menjemur Aresa di hampiri El dengan senyum sumringah.

"Mbak Sinta. Sini biar saya aja, Mbak kerjain yang lain aja." Sinta mengangguk, menyerahkan Aresa lalu pergi.

El pun duduk di kursi sambil menggendong Aresa.

"Sayang,,, kayaknya papah kamu mulai cinta deh sama Mamah." ucap Elisa pada sang putri. "Bukannya Mamah mau geer ya. Tapikan semalem Papah kamu bilang kalau... Elisa jangan pergi. Apa artinya kalau dia nggak cinta sama Mamah coba?" Aresa pun hanya bisa tidur tanpa menjawab El.

Meski begitu, El tetap saja mengajak Aresa berbicara.

"Juga... Papah kamu bilang kalau Mamah selingkuh sama pak Dhika.  Kalau dia nggak cinta sama Mamah, seharusnya dia bodo amat kan? Tapi dia malah nangis kayak merasa dikhianati gitu. Apalagi kalau dia udah mulai cinta sama Mamah?" El terus saja tersenyum. "Mamah harus ngomong sama Pak Dhika. Dan Mamah harus meluruskan semua kesalah pahaman ini."

Hamil Anak Boss(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang