15. Ardan Wijaya Saputra

32.3K 1.2K 6
                                    

***

Flashback 32 tahun lalu.

Suatu malam dengan hujan deras malam itu, ada seorang wanita yang memakai kerudung seadanya dengan memakai baju bunga-bunga merah muda terusan dan tidak lupa dengan masker dan kacamata hitamnya.

Ia keluar dari taxi dengan memakai payung hitam dan membawa bayi di pelukannya. Bayi yang sedang tidur lelap. Ia pun masuk ke pekarangan sebuah panti asuhan dan ia pun mengetuk pintu.

Tok tok tok!!!

Tidak lama seorang wanita muda membuka pintu, yang tidak lain adalah ibu panti.

"Maaf, ada keperluan apa ya?" ucap bu panti yang ternyata itu Bi Imah semasa muda pada wanita itu.

Kini mereka berada di dalam panti. Bi Imah dan wanita itupun berbicara sambil duduk bersama.

"Jadi ibu mau meninggalkan anak ibu disini? Tapi kenapa?" ucap Bi Imah pada wanita yang menggendong bayi kecil itu.

"Saya nggak bisa bu,,, saya nggak bisa ngurus anak ini.. Anak ini tidak saya inginkan bu. Tolong bantuannya, saya juga nggak mungkin kalau harus urus anak ini di tempat kerja saya yang buruk itu bu. Karena anak ini tidak punya ayah." katanya sambil terisak dibalik kacamata hitamnya itu.

"Tapi bagaimana bisa bu.... "

"Saya mohon, saya mohon pertolongannya bu. Sebenarnya saya seorang P*K. saya wanita yang nggak seharusnya punya anak. Anak ini hanyalah kesalahan, anak ini hasil dari perbuatan keji saya saat bekerja. Tolong saya bu, saya tidak mau kalau anak ini dicap sebagai anak P*K. Bagaimanapun juga anak ini anak tidak salah. Saya sendiri juga tidak bisa kasih anak ini ke ayahnya karena saya sendiri juga bingung siapa ayahnya bu." Bi Imah menatap miris pada wanita kotor ini.

Berani berbuat dan tidak bertanggung jawab dengan hasil yang mereka lakukan.

"Lalu kenapa? Jika anda tidak bisa dan tidak mau mengurus anak ini, kenapa anda tidak mengab**si saja dulu??" geram Bi Imah, bukan bermaksud

"Jika saja, jika saya tahu kalau saya hamil di saat minggu-minggu pertama akan langsung saya singkirkan. Tapi, saya baru tahu pas kandungan saya sudah memasuki lima bulan. Saya sama sekali tidak merasakan tanda-tanda kalau saya hamil, maka dari itu Anak ini lahir." katanya sampai terisak.

Bi Imah pun kini menatap bayi kecil nan malang itu. Ia tak bisa membayangkan kalau dia bersama ibunya di tempat kotor itu.

Jadi mau tidak mau bu panti itu harus membawanya, untuk masa depan yang cerah baginya. Setidaknya.

"Demi bayi ini. Saya akan terima." Bi Imah pun menerima anak itu dan menggendongnya. Bi Imah melihat jari berlebih di tangan kiri ibu bayi itu.

"Terima kasih atas bantuannya ya bu." Wanita itu lalu pergi.

***

"Jadi sebenarnya. Saya dan Boss Ardan itu, anak yatim piatu. Kami berdua tumbuh besar sama-sama di panti asuhan Bi Imah. Pak Boss sudah disana lebih dulu, dia disana sejak bayi. Sedangkan saya. Saya di bawa ke panti asuhan oleh om dan tante saya karena orang tua saya mengalami kecelakaan dan mereka nggak bisa ngurus saya. Dari situlah kami bertemu dan menjalin hubungan persahabatan." Dhika mengingat masa lalunya. Bi Imah sendiri tak pernah menceritakan tentang Ibu yang membuang Ardan dulu. Dan mengatakan kalau Ardan hanya ditinggalkan di depan gerbang oleh seseorang. Karena ia tak mau Ardan tau dan merasa malu dengan pekerjaan dan kelakuan sang ibu.

"Dan disaat umur 18 tahun. Dia bertekad untuk menemukan orang tuanya. Dia mengorek semua informasi dan dia pun dapat pernyataan dari bi Imah selaku ibu panti asuhan kami. Yang ternyata pak Ardan memang diserahkan langsung ke tangan bi Imah dan tidak ditinggalkan di depan gerbang. Dan bi Imah juga memberitahu ciri-ciri ibu pak Ardan. Yaitu wanita itu, wanita yang membuangnya memiliki enam jari di tangan kirinya."

Hamil Anak Boss(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang