11.Bahagia??

30.7K 1.4K 4
                                    

Di kamar mewah Elisa. Ardan masih menguliti kulit buah apel sedangkan El menatap ke arah jendela yang berlawanan arah dengan keberadaan Ardan sambil terisak pelan tanpa suara.

"Bapak kamu memang egois orangnya. Asal kamu tau aja dia langsung setuju pas saya tawarin semua itu buat dia." ucap Ardan malah membuat Elisa tak bisa menahan semua air yang terus mendesak ingin keluar dari mata cantiknya itu. Ia kembali mengingat hari itu. Siang harinya saat Elisa akan pergi ke jakarta.

El sempat berbicara tentang semua ini dengan sang bapak dan meminta penjelasannya.

Flashback On

El dan Ardan pergi kerumah orang tua El untuk berpamitan karena akan langsung pulang ke jakarta lagi. Mereka berempat baru saja selesai makan siang.

Ibu El pergi ke dapur untuk beberes dan mencuci piring kotor bekas mereka makan barusan.

Kriiing!!!!!

Suara telpon Ardan berdering dan ia pun pamit pergi untuk mengangkat telpon itu diluar. Tinggalah Elisa dan sang bapak disana berdua.

"Kenapa bapak tanda tangani berkas perjanjian itu?" ucap El masih tenang.

"A-apa maksud ka-kamu??" Bapak El gugup.

"Bapak bener-bener tega ya sama aku dan anak aku. Bapak langsung setuju pas pak Ardan minta untuk pernikahan, ternyata bapak setuju bukan tanpa alasan. Pantas saja, selama ini aku bertanya-tanya, kenapa bapak langsung setuju gitu aja pas ada seorang pria yang ngehamilin anak bapak sendiri?? Tanpa bapak tau apa-apa." kini El terisak di depan sang bapak yang gelagapan itu.

"Udah, jangan cengeng kamu. Udah mau jadi ibu masih aja cengeng. Gimana bisa bapak tolak tawaran bagus kayak gitu hah?? Ini masih nggak sepadan sama pengorbanan bapak yang udah nyekolahin dan membiyayain hidup kamu selama ini. Seharunya kamu itu bisa kasih lebih Elisa, malah kayak gini." katanya yang ternyata memang tak peduli sama sekali dengan Elisa.

"Kamu kalau udah cerai nanti sama dia kan bisa bapak carikan pria kaya lain. Atau kalau nggak kamu jebak lagi aja pria kayak sampai kamu hamil, kayak kamu jebak si Ardan itu."

"BAPAK!!! Aku sama sekali nggak pernah jebak siapapun... Dan soal biaya hidup dan sekolah, itu emang udah kewajiban bapak sebagai bapak aku. Karena aku sama sekali nggak pernah minta bapak atau ibu buat ngelahirin aku ke dunia yang kejam ini!!" Elisa pun bangkit dan pergi keluar rumah, menuju mobil Ardan yang sudah terparkir cantik di pekarangan rumahnya.

Ardan yang selesai menelpon dan hendak masuk kembali di kejutkan dengan El yang sedikit berlari keluar melewatinya, sembari terisak masuk ke mobilnya.

Flashback Off

"Udahlah jangan sedih-sedih, jangan nangis-nangis lagi. Saya nggak mau terjadi apa-apa sama anak saya." dengan ketusnya Ardan bicara.

"Terus gimana sama Saya? Gimana saya bisa tenang? Gimana saya bisa baik-baik aja? Ancaman untuk menjauhkan saya dari anak saya, sudah didepan mata. Ibu mana yang mau di jauhkan dari anak kandungnya Pak?" El terdenyum getir sambil menatap Ardan sebentar lalu ia mengenderkan kepalanya dan menutup matanya. "Semua pria memang sama. Sama-sama egois. Saya mau istirahat dulu pak." El merebahkan dirinya dan tidur.

Ardan pun berdiri dan menaruh piring dan pisau itu di meja, ia memilih untuk pergi.

Membiarkan Elisa istirahat.

3 bulan kemudian

Kehamilan Elisa memasuki bulan ke 6, dimana setiap harinya kini Ardan selalu memperhatikannya dan berperilaku berbeda. Elisa merasa kalau Ardan mencintainya sekarang, atau tidak??

Hamil Anak Boss(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang