1

289 32 19
                                    

Suara petasan berderu keras, sorak sorai penduduk menyambut pernikahan terbesar dikampung ini, keluarga Karta dan keluarga Adijaya resmi menjadi besan hari ini.

Gia, putri mereka dinikahkan paksa dengan putra tunggal Adijaya, Hanjaya.

Pernikahan itu dilakukan sesuai adat Tionghua, sangat meriah untuk pernikahan ditahun 60an, setelah prosesi yang panjang, pengantin baru itu digiring menuju kamar yang sudah dihias serba merah dan indah.

Gia duduk ditepi kasur, begitu juga disampingnya Hanjaya yang mulai membuka kain penutup kepala Gia, wajah cantiknya terpampang nyata didepannya.

Hanjaya memegang tangan Gia , tapi Gia melirik keatas kasur, terdapat kain putih, dia lalu melepaskan tangan Hanjaya,

"Ada yang ingin aku katakan padamu"

"Apa?"

"Aku tidak ingin berbohong padamu, kita berdua tidak memerlukan kain putih itu"

"Kenapa?" tanya Hanjaya agak bingung

"Aku sudah tidak -

Belum selesai Gia berbicara , Hanjaya bangkit berdiri menyadari wanita didepannya tidak suci lagi.

"Siapa pria itu?!" tanya Hanjaya menggengam erat lengan Gia yang sudah menangis

"Ini pernikahan pertamaku! tapi apa yang aku dapat?! perempuan murahan!"

Hanjaya membawa Gia keruang keluarga, ayah ibunya bingung dengan keributan malam-malam seperti ini.

"Bu, tubuh wanita pilihan ibu sudah disentuh pria lain!!"

Suami istri itu kaget setengah mati,

"Panggil kedua orang tua Gia!" perintah Adijaya pada pelayannya

Kedua orang tua Gia sudah tiba, mereka merasa bersalah, mereka meminta maaf dengan tulus, tapi Han belum bisa menerima ini.

"Nak, untuk sekarang terima saja dia sebagai istrimu, kami akan mengijinkanmu menikahi berapa pun wanita yang kamu mau dan untuk sekarang kalian boleh pisah kamar, tidak mungkin kamu menceraikannya sekarang, mau ditaruh dimana wajah ayah ibu?" bujuk ibunya

Orang tua Gia tidak bisa mengatakan apa-apa, mereka sudah cukup malu dengan ini, Gia kembali ke kamar, mengganti gaun pengantinnya, air matanya menetes dengan deras sembari memikirkan bagaimana kabar Juno yang sekarang entah dimana keberadaannya.

"Andai waktu itu kami tidak tertangkap, ini semua tidak akan terjadi, Juno pasti masih ada bersamaku" kata Gia lirih

Gia menyeka airmatanya, ingatannya kembali pada kejadian tahun lalu,

Dia dan Juno yang merupakan anak pembantu dirumah Gia, mereka kabur karena hubungan mereka tidak direstui, mereka pergi ke tempat yang jauh, mereka hanya ingin hidup bahagia berdua dengan sederhana, tapi siapa tahu anak buah Karta, ayah Gia berhasil menemukan mereka.

Juno dan Gia dibawa pulang paksa,

"Pa, ini semua sudah terlanjur ! kami tidak ada jalan mundur lagi! tolong biarkan kami hidup bedua !" Gia memohon pada ayahnya

"Pa, mulai sekarang aku rela tidak menggunakan margaku lagi, jika perlu aku akan bersikap kita bukan ayah dan anak!" Gia menangis dibawah kaki ayahnya

"Diam kamu! nama keluarga kita hampir tercoreng karena perbuatanmu! Bawa dia pergi dan laporkan pada polisi!" kata Karta pada anak buahnya

"Juno ! Juno !" Gia berusaha menarik tangan Juno tapi Rowina sang ibu menghalangi Gia sekuat yang dia mampu

"Gia ! Gia !" Juno juga enggan meninggalkan Gia tapi ditarik paksa anak buah Karta

Juno dihukum dan dimasukan kedalam penjara karena tuduhan penculikan, sedangkan ibunya Lieva juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pa, aku mohon pa, jangan seperti i-

Gia tiba-tiba jatuh pingsan, kedua orangtuanya panik memanggil tabib. Karta menunggu diluar, Rowina keluar mengantar tabib,

"Bagaimana?"

Rowina terlihat bingung bagaimana harus menyampaikannya,

"Aku tanya bagaimana keadaan Gia?"

"Gia hamil"

Karta marah membanting meja, malam itu sungguh malam yang memilukan untuk mereka semua.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Karta sudah dikamar Gia,

"Minumlah" Karta menyodorkan semangkuk obat rebusan

"Ini obat apa?" Gia mulai curiga karena warnanya yang sangar hitam serta pekat

"Cepat minum saja ! jangan membantah!"

"Aku tidak mau jika papa tidak mengatakan obat apa ini!"

"Aku akan menghilangkan segala sesuatu yang bisa menjatuhkan nama keluarga kita!"

"Jangan bunuh anakku pa!" Gia mundur menggelengkan kepalanya

Karta meminta beberapa pelayan wanita memegangi tangan Gia, Karta dengan kasar mencekoki semangkuk obat itu meski Gia berusaha memberontak

"Gia, telan sayang, ayo ditelan" kata Rowina yang menangis tidak tega

Gia menyemburkan semua yang ada dimulutnya, sekuat tenaga mendorong pelayan itu hingga mangkuk ditangan Karta terjatuh dan pecah

"Cepat bawakan satu mangkuk lagi!" perintah Karta

Gia dengan gesit mengambil pecahan mangkuk itu dan menggoreskan pada tangannya

"Gia!" teriak Rowina melihat tangan putrinya penuh darah, tabib kembali datang dan memberikan pertolongan

Karta mengambil pedang pusakanya,

"Mau kemana?" tanya Rowina

"Membunuh Juno!"

"Jangan! jika Juno mati ditanganmu apa kamu pikir Gia masih bisa melanjutkan hidupnya? lihat sendiri demi anak yang belum terlahir saja dia rela mengakhiri hidup !"

"Tapi perjodohan Gia akan dilaksanakan tahun depan!"

"Biarkan Gia melahirkan anak itu"

"Apa kamu gila?" tanya Karta

"Aku akan mengurusnya, serahkan padaku!"

*

Gia melihat tangannya yang dibalut, kemudian berpindah keperutnya

"Semoga ayahmu tidak apa-apa, ibu akan berusaha melindungimu"

Rowina masuk kembali ke kamar Gia,

"Gia, mama tidak menyangka kamu sampai melakukan hal ini! apa anak itu sangat berarti untukmu?!"

"Ma, mama juga seorang ibu, mama seharusnya mengerti perasaanku"

"Papamu akan membiarkan anak itu lahir tapi dengan satu syarat! kamu harus tetap menikah dengan Hanjaya!"

"Apa keluarga mereka mau menerima aku dan anak ini?"

"Setelah anak itu lahir, mama yang akan mengurusnya"

"Maksud mama?"

"Mama akan memberikan pada keluarga lain yang mampu merawatnya"

"Tidak ma! biar aku yang merawat anakku!"

"Jika kamu bersikeras begitu maka jangan salahkan mama jika papamu berubah pikiran!" Rowina berbalik dengan wajah menahan airmata

Gia hanya menangis, setelah berpisah dengan Juno dia tak sanggup jika harus berpisah dengan anak mereka, tapi demi keselamatan anaknya, dia akhirnya setuju.

...

TBC




LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang