2

213 30 15
                                    

Semakin lama perut Gia semakin besar, tidak ingin menjadi bahan pembicaraan warga , Karta melarang Gia untuk keluar rumah.

"Semoga kamu bisa bertemu dengan orangtua yang menyayangimu, dan semoga kelak kita bisa bertemu lagi" Gia terus mengelus perut besarnya, semakin hari dia semakin sedih memikirkan perpisahan dengan anaknya semakin dekat.

Rowina datang membawa makan siang, Gia kesulitan berjalan karena perut besarnya

"Biar mama yang suapi kamu, duduk saja dikasur"

"Mama sudah menemukan keluarga yang baik ma?"

"Tenang saja, semua sudah mama atur"

Gia mengangguk menerima suapan ibunya, tapi ditengah makannya dia merasa sakit diperutnya.

Rowina tahu Gia sudah memasuki fase persalinan, dia segera memanggil dukun beranak

Gia yang bercucuran keringat berusaha melahirkan bayinya, setiap dia merasa tidak mampu lagi, dia selalu membayangkan wajah Juno, dia harus melahirkan anak mereka dengan selamat.

Bayi perempuan itu terlahir sempurna, Gia masih lelah dan pucat, pelayan masuk dan menggendong bayi itu

"Tunggu ! ma, tolong biarkan aku melihatnya sekali saja" pinta Gia yang sudah menangis

Tidak tega, Rowina membiarkan Gia melihat untuk terakhir kalinya bayi munyil nan lucu itu.

Sudah sebulan berlalu, Gia juga sudah menyelesaikan masa nifasnya

"Ma, apa aku boleh bertemu dengan anakku? hari ini dia genap sebulan"

"Gia, lupakan anak itu!"

"Ma, aku mohon sekali saja, aku hanya ingin melihat apakah dia baik-baik saja? dia dibawa pergi tanpa sempat aku susui"

"Gia, sebenarnya ..

"Sebenarnya apa ma?" wajah Gia jadi panik

"Anakmu sudah meninggal"

"Mama bohongkan?! bagaimana bisa anakku meninggal?"

"Hari kedua setelah dia dilahirkan, tubuhnya mulai membiru dan ternyata dia sudah tak bernyawa"

"Hari kedua?! dan mama baru katakan sekarang? tidak! mama pasti bohong!"

"Jika kamu tidak percaya, mama akan membawa kamu ketempat dia dikubur!"

Gia menangis histeris, dadanya sesak, dia hanya melihat putrinya sekali, dan kini dia tak akan pernah bisa melihatnya lagi.

*

Gia menyeka airmatanya yang terus mengalir, menyudahi semua ingatan buruk itu.

Dia memilih tidur, ada baiknya juga dia jujur, dia tidak perlu melayani suaminya dimalam pertama ini.

Berbulan-bulan berlalu, Gia tinggal dirumah mertuanya yang besar, tapi keberadaanya seakan tak dihargai, Gia tidak masalah, dia malah senang, dia tidak perlu sibuk dengan Hanjaya, Gia hanya melakukan tugasnya sebagai menantu dirumah ini.

Selesai berberes meja makan, Gia kembali ke kamar, membaca buku dibawah terangnya bulan purnama, Hanjaya datang dengan kondisi mabuk

"Han, kamu mabuk, aku akan mengantarmu ke kamarmu"

"Ini juga kamarku! aku masih kesal padamu! kamu sungguh sudah menjatuhkan harga diriku sebagai pria!"

Gia hanya diam, dia tak mau menjawab

"Beraninya kamu sudah disentuh pria lain!"

Hanjaya yang mabuk itu mendorong paksa Gia keatas kasur, Gia memberontak tapi Han menamparnya berkali-kali hingga Gia tidak sadarkan diri, tentu Han tidak membuang kesempatan ini, dia segera membuang semua pakaiannya dan mulai menyetubuhi Gia

LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang