"Nyonya membawa Kinaya kemana?" Tanya Tuti melihat Gia memapah gadis lemah itu
"Ke dokter, kamu tolong urus Kinaya, dia masih lemah jangan suruh dia bekerja dulu" kata Gia kemudian terkaget melihat mertuanya ada dibelakangnya
"Ibu.."
"Kamu membawa pembantu ini kedokter?! Apa kamu sudah gila?!ke dokter itu mahal!"
Gia hanya diam, dia mengikuti mertuanya hingga ruang keluarga
Han sedang membaca koran disana,
"Ada apa bu?"
"Istri tak bergunamu membawa pembantu ke dokter!"
"Kinaya?"
"Kamu tahu?"
Han tersenyum miring melihat Gia,
"Aku yang menyuruhnya karena kemarin aku menghukumnya terlalu keras" kata Han melipat korannya
Wita kesal karena dia menginginkan Gia dimarahi, membuang wajah dan memukul meja.
*
Gia kembali ke kamar, melihat kasur itu dia kembali jijik, dia mengganti sprei dan membuangnya ke tempat sampah.
"Juno, maafkan aku" katanya menangis
"Aku harus bisa bertemu dengan Juno tapi bagaimana caranya?"
*
Tiga minggu berlalu, Kinaya sudah sembuh total, Tuti mengingatkan dia agar lebih berhati-hati agar tidak dihukum seperti itu lagi.
Sudah tiga minggu juga Juno tidak datang menemui Naya.
"Apa paman sudah tidak dikampung ini?" tanya Naya menyandarkan kepalanya didepan pintu kamar
"Kinaya! Ayo kedapur!" Teriak Tuti
Naya mengikut ke dapur, disana ada perintah mulai sekarang jangan memasak makanan yang pedas.
Semua makanan itu tersaji dimeja bundar, Wita mulai angkat bicara
"Gia, apa kamu tahu Melin hamil lagi?"
"Selamat Melin" ucap Gia penuh ketulusan
"Terima kasih kak, semoga kakak bisa cepat menyusul untuk memberi mas Han penerus"
"Menyusul ? sudah 12 tahun Gia bahkan tidak bisa melahirkan anak perempuan, bagaimana bisa kita mengharapkan Gia memberikan cucu laki-laki?"
"Mungkin aku harus semakin berusaha, iyakan Gia?" Han merangkul Gia sedangkan Gia hanya menunduk kesal
Wita akan mengadakan pesta atas berita bahagia ini, semua warga kampung diundang,
Juno yang sedang berada ditokonya juga mendengar hal ini.
"Pesta untuk merayakan kehamilan? Apa jangan-jangan Gia?"
"Tidak! Gia tidak boleh hamil anak Hanjaya!"
"Aku harus hadir untuk memastikan siapa yang hamil!"
*
Dirumah besar ini semua pelayan disibukan dengan pesta nanti malam.
Gia turut sibuk mengarahkan semua pelayan,
"Nyonya minum dulu" Naya datang membawakan minum
"Terima kasih Naya, kerjaanmu sudah selesai?"
"Sudah hampir selesai, tinggal nanti menghangatkan makanan dan menyajikannya saja"
Gia tersenyum mengelus rambut Naya,
"Naya, ada yang ingin saya tanyakan, pamanmu apa masih menemuimu?"
"Sudah tidak nyonya, mungkin sudah tidak dikampung ini, saya juga merindukannya"
"Naya jika pamanmu datang boleh tidak kamu memberi tahu saya?"
"Boleh nyonya"
Kinaya mengambil gelas itu dan kembali bekerja,
*
Acara meriah sekali, halaman rumah ini penuh dengan warga yang memberi ucapan selamat.Diantaranya ada Juno juga, dia sibuk mencari keberadaan Gia,
"Selamat nyonya sebentar lagi anda mendapatkan cucu baru, semoga laki laki lagi" kata seorang warga
"Terima kasih sudah datang"
"Nyonya muda pertama atau kedua yang hamil ?"
"Melin, Gia mungkin mandul, sudah 12 tahun perutnya tak pernah membuncit" cibir Wita
Juno yang mendengar itu hanya tersenyum lebar, lega sekali rasanya
"Jika Gia mandul kami tak akan memiliki anak" ucapnya dalam batin
Mata Juno akhirnya menangkap sosok Gia, dia segera menghampirinya,
"Gia!"
"Juno! Kenapa kamu bisa disini"
"Tentu, inikan pesta untuk semua warga, ikut aku"
Juno menarik Gia ketempat agak sepi, Gia sungguh sangat merindukan sosok itu
Mereka berpelukan sangat lama, enggan melepaskan
"Juno kamu kemana saja selama ini?"
"Aku merantau, aku bertekad untuk membahagiakanmu, tapi siapa sangka kamu sudah menikah"
"Maafkan aku Juno, maaf" katanya terisak
"Gia, kamu tak pernah mencintai Hanjaya kan? Kamu tidak bahagia kan?"
Gia menggeleng cepat dan kuat,
"Gia!" Teriak Han melihat mereka berdua
"Selamat atas kehamilan istri anda" Juno langsung menjulurkan tangan memberi ucapan selamat untuk mengurangi kecurigaan
"Terima kasih, tapi kenapa anda disini bersama istri saya?"
"Tadi kami berbincang sedikit, membahas Bima yang tidak kelihatan dari tadi"
Han mengangguk, menarik pinggang Gia mendekatkan jarak mereka.
"Kinaya!" Teriak Han melihat gadis itu membawa nampan berisi minuman
"Berikan pada tuan ini"
Kinaya yang ingin memanggilnya paman mendapat kode agar jangan memanggilnya sekarang
"Silahkan diminum tuan"
Juno mengambil satu gelas, memerhatikan Gia dan Kinaya bergantian, sungguh orang yang dia cintai sudah didepan mata namun kenapa sulit sekali digapai
Kinaya berbalik tapi kakinya tersandung batu, dia terjatuh, beberapa gelas pecah berkeping-keping
"Kinaya! Dasar pembantu bodoh!" Han menjambak rambut Naya membuatnya kesakitan
"Han! Lepaskan! Malu ada tamu!" Kata Gia
Juno tak tinggal diam, dia melepas paksa jambakan Han
"Tuan, saya rasa tidak etis memperlakukan pelayan seperti ini"
"Maaf , tapi pembantu bodoh seperi dia harus diberi pelajaran! Tidak ada gajimu bulan ini!"
Kinaya menangis memungguti pecahan beling, tangan Juno mengepal kuat ingin dia memukul Han sekarang juga tapi tak mungkin.
"Naya, biar saya bantu" Gia berjongkok tapi ditarik paksa Han
"Jangan kamu bantu dia lagi Gia! Atau kamu tahu sendiri akibatnya!"
"Tuan silahkan nikmati pesta, saya masih harus menjamu tamu lain" Han menarik Gia pergi meninggalkan Juno dan Kinaya.
"Naya, kamu tidak apa? Kenapa kamu tidak jujur dengan paman? Tuanmu itu kasar sekali! Ayo ikut paman saja!"
Kinaya menggeleng, dia enggan pergi, dia sudah terlanjur sayang dengan Gia, dia tak ingin jauh darinya.
...
TBC