"Jadi alasanmu tetap disini karena Gia?"
"Iya paman, nyonya orangnya baik, Naya senang didekat nyonya"
Juno tersenyum, ikatan batin ibu dan anak ini memang kuat,
"Jika paman juga membawa Gia keluar dari rumah ini?"
"Hah? apa yang mau paman lakukan?"
"Seandainya Naya"
"Tentu Naya akan ikut, oh ya nyonya berkata jika paman datang harus memberitahunya"
"Untuk apa?"
"Naya juga tidak tahu paman, Naya kembali ke belakang ya, paman hati-hati pulangnya"
"Apa Gia sudah tahu? tapi tak mungkin dia tahu darimana?"
Juno masih berusaha mencari cara untuk bisa berkomunikasi dengan Gia, akhirnya dia menulis disebuah kertas, dan diselipkan ditangan Gia kala mereka berpapasan
Gia yang menerima surat itu langsung menyembunyikan dibalik tangannya, dia bergegas ke kamar untuk membaca surat itu kala pesta sudah usai.
"Kita akan bertemu dipintu belakang rumahmu setiap malam ketika penjaga pintu sudah tidur"
Gia mengerti, membakar kertas itu untuk menghilangkan barang bukti,
*
Siang ini Kinaya harus mengepel lantai dapur, tapi belum juga mulai ,terdengar teriak Tuti memanggilnya, dia meninggalkan ember beserta peralatan lain disana
"Kinaya! Kinaya!" teriak Bima mencari Kinaya
"Dimana dia?"
Bima terus berjalan hingga dapur, melihat peralatan itu,
"Lebih baik aku bantu saja, pasti pekerjaan Kinaya bisa cepat selesai dan bisa menemaniku bermain"
Bima mulai mengepel, tapi dia tak tahu caranya, dia mencelupkan kain itu keember berisi sabun pel tanpa memerasnya dan langsung dipakainya mengelap lantai.
Lantai itu menjadi sangat basah dan licin, karena merasa lelah Bima meninggalkan begitu saja dan kembali mencari Kinaya
Melin yang merasa gerah ingin mengambil minum, dia berjalan ke dapur basah itu dan ya dia terpeleset jatuh ke lantai
"Ah!" teriak Melin
"Nyonya!" Kinaya yang baru datang panik melihat nyonyanya dilantai
Dia berteriak meminta tolong, kini semua dikamar menunggu hasil pemeriksaan tabib
"Jika sampai ada apa-apa dengan Melin , kamu akan menanggung akibatnya!" teriak Wita
Tentu Han dan Gia juga ada disana, Han takut pada kandungan Melin yang masih sangat muda,
Gia hanya diam saja, dia berpikir kali ini memang salah Naya,
Tabib keluar namun sebuah kabar tak baik mereka terima, Melin keguguran
Han naik pitam, dia langsung menarik tubuh ringkih itu, tak lupa menyiksanya dulu kemudian dia lempar ke pintu utama,
"Mulai hari ini kamu pergi dari rumah saya! dasar pembantu sial! pembantu bodoh! karena kamu anak saya mati! pergi kamu!" Han meludahi Naya sebelum menutup pintu
Gia yang tahu tapi tak bisa berbuat apa, berpikir kesalahan Naya cukup fatal.
Kinaya menangis, dia berdiri dan mulai melangkah tanpa tujuan, dia tak tahu jalan selain ke makam neneknya.
*
"Melin, sabar ya, tenang kamu masih muda, pasti bisa hamil lagi" kata Gia menenangkan Melin yang terus menangis
"Bu, maafkan aku tidak bisa menjaga kandunganku" ucap Melin pada Wita
"Tak apa, kamu pasti bisa hamil lagi Melin, ini semua karena pembantu itu!"
"Mama!" Bima masuk memeluk ibunya
"Ma, maafkan Bima ma semua salah Bima"
"Maksudmu apa?" tanya Gia
"Bima yang mengepel tadi, bukan Kinaya" jawabnya sambil menangis
Gia kaget berlari keluar, membuka pintu tapi gadis itu sudah tidak ada,
"Kinaya kamu dimana?" Gia gelisah , hatinya terasa nyeri, entahlah dia juga bingung kenapa dia bisa sekhawatir ini pada Kinaya
*
Hari mulai gelap, Gia menunggu penjaga tidur, dia mengendap-endap ke pintu belakang
"Gia!"
"Sst ! jangan keras-keras"
"Gia, ada yang ingin aku sampaikan padamu"
"Sebelumnya aku ingin minta bantuanmu, bisakah kamu mencari dimana anak gadis yang kamu lihat saat pesta kemarin?"
"Kinaya?"
"Kamu mengenalnya?"
"Dia kenapa?!" tanya Juno mulai panik
"Dia diusir"
"Apa? diusir? sekarang kamu tidak tahu dimana dia berada?!"
"Maka dari itu aku minta bantuanmu Juno"
Juno jatuh berjongkok didepan Gia,
"Kamu kenapa? kamu kenal dia?"
"Gia, Kinaya .. dia ... dia anak kita" katanya pelan
"Mak-maksudmu apa? putri kita sudah meninggal 12 tahun lalu"
Juno menggeleng, menarik Gia ikut berjongkok
"Ibumu berbohong, dia menyerahkan anak kita pada ibuku, dan ibuku menyerahkan Kinaya padamu! apa kamu tidak sadar selama ini?!"
Gia masih diam, matanya bahkan tak berkedip mendengar perkataan Juno,
"Ka-kamu yakin?"
"Aku bertemu Kinaya dimakam ibu dihari ulang tahu ibuku! dia datang membawa makanan kesukaan ibu! dan apa benar tanggal kelahirannya bulan 9 tangan 6?"
Gia terduduk , matanya merah anaknya masih hidup dan ada didekatnya selama ini, tapi bodohnya dia tak menyadari itu
"Juno! kamu harus mencari Kinaya ! harus!" katanya mengoyang lengan Juno
"Setelah aku menemukan anak kita, aku akan membawa mu keluarga dari rumah ini"
Gia hanya mampu mengangguk, dia tak peduli dengan dirinya, dia tak ingin kehilangan anaknya untuk kedua kali.
Juno mengeliling kampung mencari Kinaya, tapi nihil, terbesitlah satu tempat, makam Lieva
Juno melajukan mobilnya dan benar, Kinaya meringkuk seperti udang dimalam yang dingin ini didepan batu nisan neneknya
"Naya .. Naya ..."
"Paman?" Kinaya menangis memeluk pamannya
"Naya diusir, tapi Naya tidak salah"
"Iya paman tahu, Gia yang meminta paman mencarimu"
"Nyonya Gia baik-baik saja kan?"
"Iya dia baik, kita pulang kerumah paman ya?"
Kinaya mengangguk, tak ada lagi tujuan untuk singgah lagi kecuali rumah pamannya, dimobil Juno menatap tubuh kurus putrinya, tubuhnya yang meninggalkan bekas luka, membuat hatinya teriris.
"Sabar nak, ayah akan membawa ibumu keluar dari rumah itu dan kita akan berkumpul menjadi keluarga bahagia, ayah janji" katanya dalam hati
...
TBC