5

181 31 15
                                    

12 tahun lalu Juno kabur, tapi dia tidak sempat kembali kerumah, dia takut tertangkap lagi, dia berlari tanpa tujuan, berhari-hari dia tidak makan dan minum, dia sudah hampir mati kelaparan dijalan, untung seorang saudagar kaya melihatnya dan menolongnya, Juno diterima bekerja di tempat orang itu.

Dia mulai belajar berbisnis, dan buah hasil ketekunan dan kejujuran Juno, usaha saudagar kaya itu menjadi milik Juno karena beliau tidak menikah dan memiliki keluarga, Juno bekerja keras mengembangkan usahanya hingga seperti sekarang, dia sudah menjadi sangat kaya, dia menggunakan nama samaran, sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya.

"Apa Gia bahagia?" Tanya Juno pada Rowina

Wajah wanita didepannya kini berubah, terlihat menyimpan kesedihan

"Entahlah, saya juga tidak tahu, tapi keluarga mereka sudah mengetahui semuanya, terkecuali Gia pernah melahirkan dan memiliki anak"

"Gia menikah dengan siapa?"

"Anak Tuan Adijaya, Hanjaya"

Juno tahu siapa Adijaya, mereka pernah bertemu untuk kepentingan bisnis tapi itu sudah lama sekali.

Juno pamit, dia ingin mencari tahu dimana putri dan ibunya, tapi dia memilih mencari Gia terlebih dahulu, dengan mobil sedannya dia segera menuju kampung tempat Gia tinggal kini, rumah itu memang sangat mewah dan bertingkat.

"Apa kamu masih mencintaiku Gia?" Tanyanya dalam hati

*

"Ibu! Ibu!" Teriak Bima memasuki kamar Gia

"Ada apa nak?"

"Kata nenek hari ini kita akan jalan jalan menggunakan mobil baru papa"

"Ibu dirumah saja, Bima pergi dengan nenek, papa dan mama ya"

"Ibu! Bima mau ibu juga ikut!" Rengek Bima membuat Gia akhirnya ikut juga, padahal dia sangat malas,

"Kak, sudah siap?" Tanya Melin

"Ibu sudah ?"

"Ibu sudah dimobil" jawab Melin

Mereka semua berangkat, duduk dimobil baru Han, Bimajaya senang bukan main begitu juga Wita yang tampak menyombongkan kekayaannya pada warga yang melihat.

Mobil mereka berhenti didekat pasar, sekalian mereka ingin melihat apa yang bisa dibeli.

Bima menarik Gia mendekati penjual gulali, Bima ingin makan gulali

"Jangan banyak-banyak ya , nanti gigimu sakit"

Gia mengandeng tangan Bima, tapi siapa sangka tidak terlalu jauh ada Juno yang mengintip dibalik pohon, sudah beberapa hari Juno terus mengintai rumah Gia.

"Gi-gia sudah memiliki anak?" Hatinya sakit seketika, pupus sudah harapannya ingin kembali bersama Gia

Han mendekati Gia, merangkul pinggangnya dengan mesra, Juno kembali merasa perih, dia berpikir Gia hidup bahagia dengan Han sekarang,

"Senyum sedikit" bisik Han ditelinga Gia

Melihat Gia tersenyum lebar menandakan dia sudah bahagia dengan Han, Juno memilih pergi dari pasar dengan hati hancur berkeping-keping.

Mereka kembali menelusuri pasar, semua warga terkesima dengan kecantikan Gia maupun Melin, Han bangga karena memiliki 2 istri yang cantik, dia yakin banyak pria yang iri padanya.

*

"Kinaya!!!!" Teriak Tuti

Kinaya berlari ke sumber suara,

"Kamu lihat!! Piringnya masih kotor!! Cucian masih banyak! Apa yang kamu lakukan seharian ini?!"

"Maaf bi, tapi punggung saya masih nyeri"

"Tidak ada alasan! Cepat selesaikan jika ingin makan nanti malam!"

Kinaya kembali berjongkok mencuci semua yang ada didepannya, dia tidak boleh mengeluh dia sudah bersyukur masih punya tempat untuk tidur dan masih diberi makan.

*

Mobil Han sudah memasuki garasi, Bima langsung berlari mencari Kinaya.

"Bima mau kemana?" Tanya Wita

"Mau memberikan gulali ini untuk Kinaya"

"Kamu makan saja sendiri! Dia hanya pembantu!" Ucap Han pada putranya lalu berlalu diikuti Melin dan Wita

"Bu, Bima tidak boleh memberi ini untuk Kinaya?"

"Boleh sayang, jangan ketahuan papa ya"

Bima menganguk,kemudian ketempat Kinaya

"Tuan muda, ada apa?"

"Makanlah"

"Saya tidak bisa menerimanya"

"Kata ibu tidak apa"

Kinaya kemudian menerimanya,

"Kita makan ditaman saja ya"

Merasa sudah menyelesaikan semua pekerjaan Kinaya pun mengikuti Bima ke taman.

Han yang kebetulan ada disana melihat Kinaya sedang memakan gulali pun marah,

Dia merebut gulali itu dan memarahi Kinaya

"Papa! Kata ibu boleh ! Kenapa papa marah?"

Mendengar itu Han dengan emosi menggebu-gebu masuk ke kamar Gia

Pintu dibuka kasar mengagetkan Gia, Han langsung mencengkram pipi kedua pipi Gia.

"Kenapa kamu baik sekali pada pembantu itu sampai berani melawan perintahku!"

"Dia hanya anak kecil Han!" Gia melepas tangan Han

"Beraninya kamu berteriak kepadaku? Dasar perempuan tidak tahu diri!!"

Han menampar Gia berkali-kali hingga mulutnya berdarah, suara sangat ricuh membuat Melin dan Wita berlari ke kamar Gia

"Mas Han! Sudah! Kak Gia sudah terluka"

"Nak, sudah ! Kembali ke kamarmu!"

Wita membawa anaknya keluar, Melin membantu Gia yng masih dilantai

"Kak Gia! Tunggu aku ambil obat"

Melin membantu membersihkan luka dibibir Gia, tapi dia aneh Gia sama sekali tidak menangis

"Bukankah sangat perih kak? Jika ingin menangis , aku siap memberikan pundakku"

"Untuk apa aku menangis, hatiku sudah mati sejak awal aku menginjakkan kaki dirumah ini"

Gia bisa saja kabur, tapi mau kemana? Dia tidak tahu Juno dimana, putrinya juga sudah meninggal, jika dia sungguh kabur dia takut Han akan mencelakai orangtuanya.

...

TBC


LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang