"Juno, maafkan aku, sepertinya kita tak mungkin bersama lagi, aku sudah terlalu kotor untukmu, lepaskan aku, jaga Kinaya dengan baik, pergi yang jauh dari kampung ini bersama Kinaya , papa dan mama. Aku yakin kamu bisa menjaga mereka"
Surat berisi keputusasan Gia membuat Juno kesal, bukan kesal karena Han sudah melakukannya dengan Gia, Juno sudah bisa menerima itu, tapi dia kesal karena Gia yang berpikiran yang tidak-tidak dan semudah ini melepasnya setelah dia berjuang 12 tahun.
"Papa! pa!" Juno mencari Karta begitu sampai dirumah
"Kenapa? ada masalah apa?"
Juno menyerahkan surat itu pada Karta, tapi dia diam
"Juno, Gia .. Gia ...
"Papa mau mengatakan jika papa setuju juga dengan Gia? aku sudah menerima pa, aku tahu itu bukan kehendak Gia juga, aku yakin bajingan itu yang memaksa!"
"Papa berterima kasih padamu mau menerima Gia apa adanya sekarang, tapi apa yang harus kita lakukan?"
"Aku akan langsung menjalankan rencana kita! aku tak bisa menunggu lagi!"
Siang itu Juno dengan setelan rapi bak bangsawan tiba dirumah Hanjaya
Wita menyambut baik Juno karena melihat penampilanya pasti orang kaya,
"Terima kasih nyonya, tapi apa Tuan Hanjaya ada dirumah?"
"Ada perlu apa dengan putra saya?"
"Saya ingin mengajak beliau kerja sama, saya dengar Tuan Hanjaya penyalur teh terbesar di kampung ini"
Wita berbinar mendengar ini,
"Sebentar ya, saya suruh pelayan untuk memanggilnya pulang"
Juno menunggu, dia berharap bisa bertemu Gia, Melin yang menyuguhkan teh terkejut melihat Juno, dia berlari ke kamar Gia
"Kak! pria itu disini!"
"Siapa?"
"Pemilik toko giok itu!"
Gia langsung berdiri meski dia masih pusing, dia berjalan hingga keruang tamu dan benar Juno sudah duduk disana
"Kamu sudah sehat?" tanya Wita
Juno juga melihat wajah pucat Gia sangat khawatir
"Ini perkenalkan, istri pertama Hanjaya, Gia"
"Saya sudah mengenal Nyonya Gia"
"Bagaimana bisa?"
"Saya , nyonya Gia dan Tuan Han pernah bertemu dipasar"
Wita mengangguk paham, Hanjaya pulang dengan cepat
"Tuan Han, maaf menggangu waktu anda"
"Ada perlu apa?"
"Saya ingin membeli teh dari toko anda"
"Seharusnya anda ketoko saya, bukan kerumah saya"
Gia melirik Han dan Juno bergantian, matanya bergetar
"Saya ingin membeli teh sebanyak 2 ton, bukannya lebih baik saya datang kemari?" Juno mengesap tehnya
Mendengar 2 ton membuat Han dan Wita melongo,
"Kapan anda perlukan?"
"Minggu depan"
"Terlalu cepat, bagaimana 2 minggu lagi?"
"Saya butuh minggu depan dan saya akan langsung membayar sekarang"
Juno mengeluarkan tas berisi uang tunai membuat Gia membesarkan matanya, sambil berpikir apa yang akan Juno lakukan
"Baik! saya akan mengusahakan"
Juno tersenyum, melirik Gia sebentar kemudian pamit pulang
"Han! apa bisa kita mengumpulkan 2 ton dalam seminggu?"
"Aku akan pergi ke perkebunan sekarang"
Han sangat bersemangat, Gia kembali ke kamar diantar Melin
"Kak, kekasih kakak ternyata sangat kaya"
Gia tersenyum kecil,
"Kak, kakak harus bisa bersamanya, jika kakak disini aku takut kakak akan semakin menderita, aku berkata bukan karena ingin memiliki mas Han sendiri, sejujurnya aku juga tak mencintainya, jika bukan karena Bima mungkin aku sudah kabur dari sini"
"Ternyata kita sama Melin, dipaksa bersama dengan orang yang tak kita cintai"
"Kak, kakak harus bisa pergi dari rumah ini, aku yakin kekaksih kakak pasti akan melakukan apapun untuk kakak"
Gia mengelus tangan Melin, dia seakan mendapat semangat kembali, kedatangan Juno kemari membuktikan dia masih mau menerimanya.
*
Han sangat disibukan dengan pesanan Juno, dia bolak balik demi mengumpulkan 2 ton teh, sedangkan Juno sedang asik bermain catur dengan Karta
"Giliran papa"
"Sejak kapan kamu hebat dalam catur?"
"Ayah angkatku yang mengajarkan"
"Ayo kek jangan mau kalah dengan ayah, kakek sudah kalah 2 kali"
"Kakek pasti kalah lagi" jawab Rowina mendapat tatapan dari Karta
"Iya, iya kakek kalah lagi" kata Karta
Mereka berempat tertawa,
"Ayah , apa ibu tadi bertanya tentang Naya?"
"Maaf ya, tadi ayah tidak sempat berbicara dengan ibu, ibu sedang sakit sepertinya"
"Ibu sakit? apa ibu dipukul lagi?"
Juno menggeleng tidak tahu , berharap waktu cepat berjalan dia ingin cepat-cepat membawa Gia kembali.
Beberapa hari kemudian, toko Han habis dilahap api, Wita sangat terpukul dengan kejadian ini begitu juga dengan Han, Gia dan Merlin tak bisa berbuat apa
"Han! besok tuan Juno pasti datang! bagaimana? uangnya sudah kamu terima, tapi barangnya tidak ada!"
"Bu, aku yakin Tuan Juno pasti bisa mengerti, aku akan menjelaskan toko kita terbakar"
"Bagaimana jika dia minta ganti rugi? uang dari mana sebanyak itu?"
Semalaman Han tak bisa tidur, dia sibuk menyusun kalimat untuk berbicara pada Juno besok.
*
Han mondar mandir menunggu kedatangan Juno, dia harus bisa menjelaskan dengan baik
"Tuan Juno sudah didepan" kata pelayan
"Suruh masuk"
Juno masuk dengan percaya diri , membawa tongkat dan topi bundarnya
"Bagaimana Tuan Han? apa pesanan saya sudah disiapkan?"
"Maaf , tapi anda pasti mendengar toko kami kebakaran, dan semua teh habis terbakar"
"Saya tidak mau tahu, saya sudah membayar anda secara tunai, saya mau barangnya sekarang"
"Tuan, saya mohon beri kami waktu lebih lama lagi, 2 bulan lagi bagaimana?"
"Tidak bisa, saya butuh sekarang, jika tidak bisa kembalikan uang saya"
"Tu-tuan saya tidak bisa mengembalikannya, karena sudah saya belanjakan ke pemilik perkebunan teh lainnya demi mendapatkan daun teh tersebut"
"Saya tidak mau tahu, kembalikan atau saya akan melapor pada polisi!"
"Jangan! saya mohon jangan, saya mohon , tolong kami sekali saja" kata Wita
"Kami akan melakukan apa saja jika tuan tidak melaporkan hal ini, nama keluarga kami sangat penting" ucap Han
"Jika begitu .. eemm ... bagaimana jika anda memberikan satu istri anda untuk saya?"
Han mengerutkan dahinya , Wita juga menatap putranya , Juno? dia hanya tersenyum miring puas melihat ekspresi mereka.
...
TBC