14

231 33 25
                                    

"Naya, dengarkan ibu ..

Kinaya hanya menangis, dia tak mampu berkata apa,

"Duduk nak biar ayah dan ibu jelaskan"

Kinaya didudukan paksa, Gia dan Juno mulai bercerita dari awal kisah percintaan mereka hingga kejadian hari ini, mereka tak berbohong , mereka jujur apa adanya meski Gia tahu ini bisa membuat Kinaya membenci kakek neneknya,

"Maafkan ayah ibu Naya, maafkan kami" kata Gia

"Tapi bu, bukankah sekarang lebih rumit? ibu sudah menikah lagi, bagaimana kita bisa hidup bersama?"

"Kamu tenang saja, ayah akan melakukan semuanya agar kita bisa menjadi keluarga, ayah janji"

"Naya mau kan panggil kami ayah ibu?mau kan nak?" tanya Gia

Naya kemudian mengangguk pelan, merasa kesal juga bagaimana bisa dengan mudah memaafkan mereka, tapi dari cerita mereka, memang tak ada yang bisa mereka lakukan saat itu

"Tapi ayah ibu janji kan akan selalu ada untuk Naya?"

Gia dan Juno menangguk bersamaan, Naya berhambur memeluk ibunya, Juno juga ikut memeluk mereka, akhirnya setelah 12 tahun, keluarga ini bisa berkumpul meski belum bisa selamanya.

"Naya, sini ibu lihat lukamu, masih perih?" Gia langsung ingin membuka baju Naya

"Ibu! ada ayah" cicitnya pelan

Juno tertawa kemudian tahu diri keluar kamar

"Maaf ya ibu lupa anak ibu sudah dewasa"

Gia mulai melihat luka itu, meski tidak separah waktu dulu tapi tetap saja membekas

"Kenapa tidak bilang ayah?"

"Nanti ayah khawatir, bu pelan-pelan masih sakit"

Gia mengoleskan dengan pelan, meski hatinya ikut tergores melihat luka itu

"Ibu menginap?"

"Iya, ibu menginap disini sama Naya"

"Nyonya besar? tuan?"

"Ibu sudah ada ijin, tenang ya sayang, ibu mau menghabiskan waktu dengan Naya"

Naya akhirnya terlelap dengan Gia disampingnya, Gia mengamati anak yang tak pernah merasakan kasih sayangnya selama 12 tahun ini.

"Maafkan ibu, seharusnya ibu tak percaya begitu saja kata nenekmu, pasti hidupmu sangat menderitakan nak" Gia bermonolog sambil mengusap wajah putrinya

Pintu terbuka pelan, ada Juno yang berdiri tersenyum padanya

Gia beranjak pelan agar tidak membangunkan anaknya,

"Sekarang waktunya untuk kita berdua" Juno menarik Gia masuk ke pelukannya

Gia masuk ke kamar Juno , lebih mewah dari kamar utama dirumah Hanjaya,

"Ceritakan padaku bagaimana kamu bisa sekaya ini"

"Bisa, karena tekadku untuk membahagiakan kamu dan anak kita"

Gia hanya tersenyum geli mendengarnya,

"Kamu juga pasti menderitakan? Apa si brengsek itu sering memukulimu?"

"Aku sudah biasa dipukul olehnya"

"Brengsek! Aku akan membalasnya untukmu!"

"Aku sudah meminta cerai, tapi Han enggan menceraikanku, bagaimana?"

"Aku akan membuat dia menceraikanmu"

"Caranya?"

"Kita bahas itu nanti saja ya" Juno menyempitkan jaraknya , tangannya mulai menjalar kesana dan kemari

"Juno !"

"Aku sangat merindukanmu sayang"

Akhirnya matahari pun pamit, enggan menyaksikan bagaimana mereka menghancurkan kasur berukuran besar itu

Kamar Juno sudah tak berbentuk, pakaian berserakan, bahkan meja kerjanya pun berantakan.

Juno masih memeluk erat Gia,

"Apa aku harus kembali kerumah? Memberitahu papa mama?"

"Kamu mau? Jika begitu aku akan mengantarkanmu sayang"

"Tapi Naya bagaimana? Apakah papa mama bisa menerimanya?"

"Tidak masalah, karena aku yang akan selalu menjaganya, dan setelah itu kita urus perceraianmu!"

Gia tertawa melihat raut wajah Juno yang berubah

"Sabar , mertua ku juga mendukung keputusanku"

"Tinggalah disini sampai minggu depan"

"Agar kamu bisa terus melancarkan aksimu kan?" Tanya Gia menatap wajah Juno

"Kamu tidak suka?"

Gia tersipu malu, menggeser tangan Juno

"Mau kemana?"

"Mau masak untuk anakku"

"Ada tukang masak, berbaringlah lagi"

"Aku masih merindukan Naya, sudah minggir"

Gia dengan cepat berpakaian dan berjalan keluar, naik ke kamar Naya tapi kosong

"Naya! Kinaya ! Naya dimana nak?"

"Didapur nyonya" jawab seorang pelayan

"Sayang, kamu kenapa disini?" Tanya Gia melihat tangan anaknya penuh tepung

"Membuat mie"

"Ibu saja ya, kamu tunggu diluar"

Kinaya menggeleng, matanya menangkap sesuatu dileher sang ibu

"Leher ibu kenapa banyak merah-merahnya?"

Gia tersadar dengan cepat menutup jejak itu dengan tangannya, pantas dari tadi pelayan terus menatap dirinya

"Ini .. ini gatal nak"

"Ibu mau obat?"

"Nanti bisa ibu obati sendiri, sini ibu yang buat"

"Biar Naya saja bu, Naya ingin memasak untuk ayah ibu"

Gia terharu mendengarnya,

"Ya sudah, ibu dan ayah tunggu dimeja makan ya?"

Gia kembali ke kamar, melihat Juno masih asik tidur

"Juno ! Bangun!"

"Kenapa?"

"Lihatlah leherku! Para pelayan bahkan Naya bertanya kenapa leherku seperti ini!"

"Jawab saja tanda cinta ayah untuk ibu"

"Juno ! Bangun! Anakmu sedang membuat mie untukmu"

"Naya didapur lagi? Aku sudah menyuruh dia jangan memasak lagi! Aku tak tega melihat dia bekerja"

"Keras kepalanya menurun darimu!"

Juno  berdiri dan berjalan ke dapur,

"Naya, kan ayah sudah bilang jangan masak, kasihan tukang masaknya tidak ada kerjaan"

"Sekali ini saja ya ? Ini nenek yang mengajarkan, ayah pasti suka"

Juno tersenyum mendengarnya, berterima kasih pada sang ibu sudah membesarkan dan mendidik Kinaya menjadi anak yang sangat berbakti dan baik.

...

TBC

LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang