Gia dan Melin dipanggil Wita, mereka berdua tidak tahu apa yang terjadi."Ini kedua menantu saya"
"Nyonya Melin terlalu muda untuk saya, dan dia juga sudah punya anak, tidak mungkin saya memintanya, saya ingin nyonya Gia"
"Tidak! Saya tidak akan menyerahkan Gia!" kata Han
"Jika begitu kita akan bertemu dikantor polisi" kata Juno sudah berdiri
"Tuan Juno! silahan anda bawa Gia !"
"Ibu!"
"Maksud ibu ?" Tanya Gia tak mengerti
"Tuan Juno ingin mengambilmu sebagai bentuk ganti rugi kita, bukankah kamu juga ingin bercerai dengan Han?!"
"Bu! Aku tidak akan menceraikan Gia dan menyerahkannya pada Tuan Juno! Jika mau ambil saja Melin !"
Melin kaget, mereka tidak saling mencintai tapi Melin tak habis pikir suaminya bisa semudah itu melepasnya
"Bagaimana dengan Bima?!" Tanya Wita
"Biar Gia yang urus"
"Saya hanya ingin nyonya Gia, dan jika anda menyerahkan nyonya Gia saya juga akan memberikan uang untuk membantu memulihkan toko anda"
"Han! Jangan bodoh kamu! Cepat serahkan Gia!" Bisik Wita
"Aku mencintai Gia bu!" teriaknya didepan semua orang
"A-apa? Tidak boleh! Kamu tak boleh mencintai wanita ini!"
Juno kaget mendengar ucapan Han, begitu juga dengan Gia,
"Ibu masih yang tertua dirumah ini! Ibu yang akan mengambil keputusan! Tuan Juno silahkan anda bawa Gia!"
"Ibu!"Han terus berteriak tidak setuju
Anak buah mereka datang dan membawa paksa Han ke kamarnya, Gia akhirnya tahu ini semua pasti rencana Juno.
"Kemasi bajumu, aku akan menunggu disini" kata Juno memainkan jarinya
Melin menarik Gia yang masih diam ke kamar membantu dia membereskan semua pakaiannya.
"Melin, terima kasih" kata Gia menangis memeluk Melin
"Sudah waktunya kakak bahagia, jangan pernah kembali lagi kemari"
Juno memberikan uang kepada Wita, nominalnya tidak main-main, bisa untuk membeli 3 rumah bertingkat sekaligus
"Terima kasih tuan, terima kasih" Wita sungguh bahagia, dia berhasil mendepak Gia bahkan mendapatkan uang
"Tolong urus perceraian mereka, karena saya ingin menikahi Gia"
"Menikah? Tapi Gia mandul"
"Tidak masalah" jawab Juno berdiri kala melihat Gia sudah datang
"Bu, saya pamit"
"Pergilah, dan terima kasih sudah menjadi menantuku selama 12 tahun ini"
Juno tersenyum, berjalan duluan agar tidak ada yang curiga, tapi Wita sedikit heran kenapa Gia bisa dengan mudah mengikuti Juno tanpa perlawanan.
"Bu, ibu tahu sendiri kak Gia sudah tidak mau disini, mungkin dia lebih memilih pergi dengan tuan Juno yang baru dia kenal" jawab Melin
"Sebenci itu Gia dengan Han?"
"Mungkin bu, ayo masuk bu"
Melin memandang Gia yang pergi dengan Juno, dia berharap mulai sekarang Gia bisa bahagia.
*
"Gia, kamu mau ke dokter? Wajahmu pucat" tanya Juno dimobil
"Tidak, tapi apa semua ini karenamu?"
"Iya, aku ingin memberi pelajaran untuk Han"
"Membakar tokonya juga?"
"Iya, aku yang menyuruh orang membakarnya, tidak perlu dikasihani, dia memang pantas mendapatkannya!"
Mobil Juno meninggalkan tempat itu, semoga Gia tak akan pernah kembali lagi ke tempat ini.
*
Naya sedang bermain ditaman belakang bersama neneknya, matanya melihat ada jangkrik, dengan cepat Kinaya ingin menangkap tapi sayang dia terjatuh, lututnya terhantam batu
"Naya! Aduh , berdarah nak" kata Rowina panik
"Tidak apa nek, cuman luka sedikit" jawab santai cucunya
"Ini berdarah, ayo nenek obati"
"Naya!" Teriak Gia
"Ibu !" Kinaya berjalan sambil menangis memeluk ibunya
"Ibu kenapa lama ? Janjinya hanya beberapa hari, tapi sudah lebih dari 2 minggu"
"Maaf ya nak, tapi ibu sudah kembali kan?"
"Sudah dulu pelukannya kaki Naya berdarah" kata Rowina
"Mana?! Ibu lihat ... Kenapa bisa jatuh sayang?"
"Kesandung batu bu"
"Lain kali hati hati ya nak, ibumu ini mudah khawatir sifatnya" kata Juno
"Semua sudah selesai?" Tanya Karta
"Untuk sementara memang seperti ini pa, tinggal tunggu surat cerai Han dan Gia"
"Bagus jika begitu, papa berpikir ingin kembali ke kampung bersama mama, sudah terlalu lama kami disini"
"Tinggal saja disini pa"
"Seumur hidup papa tinggal disana jika tiba-tiba pindah rasanya aneh"
Juno mengangguk paham, dia juga tahu bagaimana rasanya tinggal ditempat asing.
*
Wita sedang mengurus surat cerai anaknya, meski Han selalu menolak
"Han! Sekarang sudah kurang ajar ya kamu! Pulang tidak salam! Pergi tidak bilang! Apa kamu masih menganggap ibu masih ada?!"
"Bu! Semua karena ibu! Sudah aku bilang aku tidak ingin bercerai! Tapi ibu memaksa!"
"Apa kamu punya uang untuk ganti rugi ha?"
"Aku bisa meminjam!"
"Siapa yang mau meminjamkan dengan jumlah sebanyak itu? Jangan bodoh! Masih banyak wanita diluar sana!"
Han masuk ke kamarnya membanting pintu, membiarkan ibunya yang masih kesal diluar, hatinya merasa hampa, dia merindukan Gia.
*
Juno akan segera menikahi Gia ketika surat cerai sudah mereka terima, selama ini juga Naya memonopoli ibunya, setiap malam Gia harus tidur dengannya tidak boleh dengan ayahnya.
Juno sudah berusaha membujuk tapi tetap tidak dibolehkan,
"Naya, malam ini saja ya?ya?nanti ayah belikan boneka?"
"Tidak! Nanti setelah ayah ibu menikah kan ibu tidur dengan ayah, ayah bersabar saja, sekarang masih tidak boleh! Kata nenek laki laki dan perempuan yang belum menikah tidak boleh sekamar"
Juno tertawa lepas mendengarnya,
"Jangan tertawa!" Gia mencubit tangan Juno karena dia tahu apa yang dipikirkan calon suaminya itu
"Naya sama ayah ya, ibu mau masak, katanya Naya mau ikan bakar?"
Gia melangkah kedapur, mulai membersihkan ikan itu, tapi tiba-tiba dia mual, sangat mual
"Nyonya tak apa?"
"Kenapa ikannya menyengat sekali bau amisnya?"
"Ikan ini baru ditangkap tadi pagi, dan saya tidak mencium bau amis yang menyengat nyonya"
Pisau ditangan Gia diletakkan pelan, otaknya mulai berpikir, jarinya terlihat sedang menghitung sesuatu hingga dia mengeluarkan ekspresi terkejut.
...
TBC