15

217 30 14
                                    

"Naya, hari ini kita mau kerumah kakek nenek" kata Juno

Naya menatap ibunya sebentar,

"Naya dirumah saja ya? Kakek dan nenek pasti tidak mau bertemu Naya"

"Kalau kakek tidak senang kita langsung pulang, Bagaimana?" Tanya Juno

"Iya , ibu juga akan ikut pulang"

Naya akhirnya mengangguk, perjalanan ke rumah Gia cukup jauh, sepanjang perjalanan Naya berpikir apakah kakek neneknya bisa menerimanya?

Mobil Juno berhenti dihalaman rumah Gia,

"Turun sayang" Gia menggandeng tangan Naya erat

Dengan langkah berani mereka bertiga memasuki ruang utama

"Gia!" Rowina senang melihat putrinya

"Mana Han?" Tanya Karta langsung

"Pa, ma ada yang harus kalian tahu"

"Duduklah, tapi gadis ini - " Rowina mengamati dari atas hingga bawah tubuh Naya

"Anakku ma"

"A-apa? Anakmu? Rowina! jelaskan apa ini!"

Rowina memberitahu kebenarannya, disambung cerita memilukan Gia diperlakukan kasar oleh suami membuat Karta hampir pingsan.

Karta duduk, tangannya mengepal,

"Pa, aku mohon bantu aku bercerai dari Han!"

"Apa setelah kamu bercerai kamu ingin hidup dengan dia?!" Tunjuk Karta pada Juno

"Pa, tolong restui kami! Sudah 12 tahun kami sama-sama menderita pa!"

Karta menatap Naya, tapi dia bersembunyi dibelakang Juno

"Kemarilah" kata Karta pada cucunya

Meski ragu Naya berjalan pelan kearah kakeknya, Karta melihat cucunya dari atas hingga bawah, rasa bersalahnya muncul begitu saja,

"Maafkan kakek" Karta mengucapkan dengan mata berair

Rowina sudah menangis dari tadi, menyadari dia tidak sepenuhnya salah,

"Papa akan kerumah mertuamu, untuk meminta cerai"

"Benar pa? Papa berjanjikan?"

"Tapi apa kamu yakin dengan Juno ?"

Gia mengangguk, dia yakin sekali

"Tuan, maafkan saya untuk kejadian 12 tahun lalu"

Karta masih tidak mau mengubris Juno , dia malah menggandeng Naya untuk berkeliling rumah besarnya

Rowina membawa anaknya ke kamar,

"Kamu kenapa sangat kurus?" Tanya ibunya

"Ma, aku tak pernah bahagia ma" katanya memeluk Rowina

"Maafkan kami nak, maaf"

"Ma, sekarang Juno sudah lebih kaya dari Han"

"Benarkah? Bagus jika benar, kamu pasti bahagia dengannya"

"Minggu depan kami akan kerumah mertuamu"

Gia memeluk ibunya, menyandarkan kepala didada sang ibu, sudah lama sekali dia merasakan hangatnya pelukan ibunya.

Malam itu mereka makan malam disana, Juno canggung sebenarnya satu meja dengan mantan tuan dan nyonyanya.

Melirik Gia yang asik dengan Rowina dan Naya, sedangkan Karta asik makan sendiri

"Kenapa kamu tidak makan?" Tanya Karta

"Makan, saya makan tuan" Juno mengangkat mangkuk dan sumpitnya

"Mau sampai kapan kamu memangil saya seperti itu? Apa tidak malu pada cucu saya?"

"Panggil papa" Gia menyikut Juno yang malu malu

"Ayah kenapa pipinya merah?" Ledek Naya membuat semuanya tertawa

*

Hanjaya uring-uringan selama tidak ada Gia, makan hanya sedikit , emosinya lebih tidak terkontrol

"Han! Kamu kenapa? Aneh sekali sikapmu!" Tanya Wita

"Kapan Gia kembali?"

"Lebih baik jika dia tidak kembali"

"Ibu! Dia masih istriku!"

Wita malas memilih diam,

"Apa aku susul saja?"

"Untuk apa? Dirumah ada Bima! Kamu mau anakmu tertular?!"

"Aku akan menunggu beberapa hari lagi, jika Gia belum kembali aku akan menyusul. Titik!"

"Dasar anak bodoh!" Kesal Wita pada putranya

*
Juno  sudah kembali kerumahnya bersama Gia dan Kinaya, padahal neneknya ingin Kinaya menginap tapi Gia tidak mengijinkan

"Naya mandi ya, setelah itu tidur"

"Bu, Naya ... Boleh tidak tidur dengan ayah ibu? Naya belum pernah tidur dengan orangtua Naya"

Gia kembali merasa hatinya ditembus pisau,

"Boleh sayang , kita ke kamar ibu ya"

"Kamar ayah lebih besar ternyata"

"Naya mau tidur disini?" tanya Juno

"Bolehkan yah?"

"Jika ayah mengatakan tidak boleh, ibumu pasti akan memukuli ayah , ya sudah ayah mau ke depan sebentar"

"Ibu pasti bahagia kan?"

"Sangat"

"Ibu tidak pernah tersenyum seperti ini dirumah nyonya, ibu jangan kembali kesana ya, sama ayah sama Naya saja disini"

"Ibu juga mau seperti itu, tapi ada yang harus ibu selesaikan dulu nak"

Meski Naya tak mengerti, tapi dia ingin menjadi anak penurut, dia hanya mengangguk

"Ibu mandikan Naya ya?"

"Naya malu bu"

"Jangan malu, ayo!"

Juno masuk kembali, mendengar suara tawa dari kamar mandi

"Ayah tidak diajak?" Teriaknya dari luar

"Tidak boleh! Khusus perempuan!" Jawab Gia

Selesai mandi Gia memakaikan baju pada Naya padahal Naya sudah menolak, dia malu.

"Naya tidur ditengah ya bu?"

"Memang ditengah sayang, jika bukan ditengah mau tidur dimana?"

Naya langsung merebahkan dirinya disana, mengambil posisi tengah, senang rasanya , menoleh ke kiri ada ibunya, ke kanan ada ayahnya

"Bu kabar Bima bagaimana?"

"Baik sayang, dia juga merindukanmu"

"Naya juga"

"Bima?anak si Han? Jangan diingat lagi ayah tidak suka, dan Gia jangan dekat-dekat dengan Bima!"

"Aku menjadi ibunya dari 10 tahun yang lalu"

"Lihat ibumu , mungkin sebentar lagi ibumu tidak menyayangimu lagi karena ada Bima"

"Juno ! Jangan bicara sembarangan! Bima hanya anak sambungku! dan Naya anak kesayanganku!" Gia memberi kecupan dikening Naya

"Bima anak baik kok ayah"

"Ayah tidak mau tahu, ayah tidak mau dengar nama anggota keluarga Hanjaya lagi!" Juno langsung memunggunginya mereka membuat Gia dan Naya tertawa

"Ayah cemburu?" Tanya Naya

"Untuk apa? Tidak!"

"Ayahmu cemburu itu"

"Naya yakin ibu sayang Naya dan laki laki yang Naya paling sayang cuman ayah"

Juno berbalik sambil tersenyum,

"Benar?"

Naya menganguk kemudian Juno tersenyum lebar sekali.

"Sudah , sudah ayo tidur" kata Gia menyudahi pembicaraan

....

TBC

LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang