16

204 28 21
                                    

Hanjaya sudah tidak bisa menahan, dia ingin sekali menjemput Gia dirumah orangtuanya, sudah 5 hari suasana hatinya tidak baik.

"Bu, aku berangkat"

"Mau kemana?"

"Menjemput Gia"

"Sudah ibu bilang jangan! masih tidak mau mendengar?!"

Han tidak menghiraukan, mengambil kunci mobil, tapi langkahnya terhenti melihat mertuanya datang bersama Gia

"Papa, mama?"

"Tuan Karta sudah sembuh?"  tanya Wita terkejut berdiri dari duduknya

"Sudah, ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada kalian"

Karta dan Rowina duduk berhadapan dengan Han dan Wita,

"Maaf saya tidak menjenguk, perjalanan jauh membuat saya cepat lelah, maklum karena umur"

"Tidak perlu basa basi, saya ingin langsung ke inti pembicaraan"

Han mulai gelisah melihat raut wajah tegas mertuanya

"Saya ingin Han menceraikan Gia!"

"Tidak!" Han langsung berdiri

"Kamu tidak pantas menjadi suami anak saya! disini Gia hanya menderita! dia tak pernah bahagia!"

"Apa anda sadar? anda menyerahkan putri anda yang sudah ternodai untuk saya! dan saya masih berhati besar menerimanya!"

Karta terdiam mengingat kejadian 12 tahun lalu, memang dia yang bersalah untuk hal ini

"Iya , saya mengakui saya salah! maka dari itu ceraikan Gia!"

"Anda tidak bisa seenaknya meminta saya menceraikan Gia!"

"Gia, apa kamu ingin bercerai?" tanya Wita

"Iya bu, saya ingin bercerai!" jawabnya mantap

"Han! ceraikan saja dia! untuk apa kamu menahannya disini? kamu masih bisa mencari wanita lain!"

"Sekali tidak tetap tidak! kalian pergi dari rumah saya!"

Karta , Rowina dan Gia kaget bukan main,

"Jangan kurang ajar kamu dengan orangtuaku!"

Han berteriak memanggil anak buahnya, mereka membawa paksa Karta dan Rowina keluar dari ruang utama

"Apa kamu sudah gila melakukan hal ini pada orangtuaku?!"

"Kamu harusnya sudah bisa menebak apa yang akan aku lakukan pada mereka jika kamu bertingkah sesuka hatimu!"

Gia berlari mengejar orangtuanya, ternyata mereka dibawa ke kamar Gia, disana Karta marah sekali

"Kurang ajar! anak tidak tahu diri! jika ayahnya masih hidup dia pasti akan malu dengan sikap anaknya!"

"Hanjaya berani seperti ini karena kamu sudah pensiun, tidak memiliki toko lagi! dia mengira kita sudah miskin!" kata Rowina

"Aku pensiun karena uang kita sudah banyak!"

"Tapi dia berpikir sekarang kita jatuh miskin!"

"Pa! Ma! sudah berdebatnya, jadi bagaimana?! Han sangat keras kepala!"

"Papa juga tidak tahu, apa kita kerumah Juno saja?"

"Pa, aku takut tidak diijinkan"

"Papa dan mama yang pergi , kamu disini"

"Pa tapi aku ingin bertemu Naya"

"Gia, tenang saja, Naya pasti baik-baik saja, lagi pula baru tadi pagi kamu melihatnya" kata Rowina

LIFE in DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang