Satu minggu setelah operasi Reynand pun berlalu. Kini kondisi cowok itu sudah cukup membaik. Walaupun sekarang ia masih memakai penyangga leher. Tapi setidaknya ia sudah bisa menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan.
Pagi ini, semua anggota inti sedang bersiap-siap ke sekolah. Setiap hari mereka menginap di rumah sakit dan membawa semua peralatan sekolahnya.
"Ada yang liat dasi gue nggak?" Tanya Ravandra sembari mengobrak-abrik seragam sekolah teman-temannya.
"Gayaan lo mau pake dasi segala," Ujar Liam yang sedang menyisir rambutnya.
"Sumpah ya, tadi gue taruh disini. Kok sekarang ilang sih!" Ravandra membuang semua barang yang berada di atas sofa ke lantai. Membuat tempat itu kini menjadi sangat berantakan.
"Bos lo gila!" Teriak Debo yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kok lo buang seragam gue sih!" Cowok itu mengambil seragam yang tercecer di lantai. Kebetulan seragam yang belum di pakai adalah milik Debo dan Zeo.
"Gue lagi cari dasi," Ravandra menghembuskan nafas lelah. Baru saja mau jadi murid teladan, kenapa ada saja yang menggagalkan niatnya.
"Lah, tadi kayanya di bawa Argi," Ujar Jonathan memberi tahu. Cowok itu kini sudah lengkap dengan semua seragam sekolah nya.
"Arginya mana?" Tanya Ravandra.
"Disini," Ujar Argi yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Reynand. Cowok itu baru saja keluar untuk mencari sarapan.
Ravandra mendekati Argi yang sedang menata makanan di atas nakas. Dengan tidak berperasaan, Ravandra langsung menarik dasi di leher Argi dari belakang. Membuat cowok itu tercekik.
"Uhuk! Uhuk!" Argi menepuk-nepuk dadanya. "L-lepas!"
"Lepasin bos! Ntar mati woy!" Teriak Liam.
"Lepas bos!" Jonathan mencoba melepaskan tangan Ravandra di dasi
"Ntar Argi mati bos!" Zeo yang baru keluar dari kamar mandi dan masih memakai handuk itu mencoba melerai Ravandra dan Argi.
Ravandra melepaskan tarikannya. "Balikin dasi gue!"
Argi masih terbatuk sambil memukul dadanya. Rasanya pasokan oksigen di paru-paru nya berkurang begitu banyak.
"Cuma dasi juga," Ujar Reynand menatap Ravandra heran.
Ravandra tak peduli. Cowok itu melepas dasi di leher Argi. "Jangan sentuh milik gue."
"Astaga. Cuma dasi. Biasanya lo juga nggak papa barangnya di pake yang lain," Ujar Argi begitu heran dengan sikap Ravandra.
Ravandra berdeham. Cowok itu memakai dasi yang ia ambil dari leher Argi. "Ini dari Seiza."
"Tai!" Umpat mereka bersamaan. Pantas saja tak rela di sentuh boleh orang lain. Dasar bucin.
"Yang punya dasi dua siapa?" Tanya Argi.
"Nggak ada. Nanti beli elah. Kek orang susah aja lo," Cibir Liam.
"Lo tau sendiri, kita udah nggak boleh beli dasi lagi," Argi menghembuskan nafas lelah. Memang mereka bertujuh sudah tidak di perbolehkan membeli dasi dan topi di koperasi. Karena mereka sudah sering membeli itu.
Penjaga koperasi sudah kepalang bosan dengan alasan mereka yang bilang bahwa dasi dan topinya hilang.
"Ntar nyuruh adek kelas beliin," Saran Reynand jenius.
"Anjir. Gue nggak kepikiran," Argi menyetujui saran Reynand.
"Lo kan goblok," Ujar Reynand sarkas.
"Untung lo sakit. Kalau nggak, udah gue bunuh," Argi menatap Reynand sengit. Yang di tatap hanya mengedikkan bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANDRA
Teen Fiction(Follow sebelum baca 🙃) Sequel Possessive Psychopath. *** "Kamu adalah definisi cinta yang sebenarnya." *** Bar-bar, banyak bicara, tidak pernah serius, itulah sifat dari Ravandra Nathaniel Alexander. Anak dari Gevandra dan Liora. Ketua geng di se...