Penjelasan

1.9K 233 18
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa semuanya ❤

Happy Reading🤡

Seiza berlari menuruni tangga, lengkap dengan seragam sekolahnya. Gadis itu tampak tergesa-gesa, padahal jam baru menunjukkan pukul enam pagi.

Seiza pergi ke dapur, menghampiri ibunya yang sedang memasak.

"Tumben pagi banget udah siap," Rindi menatap heran putrinya. Seiza hanya cengengesan sembari berjalan menuju kulkas, mengambil yakult.

"Aku berangkat ya bun," Seiza mencium pipi kiri ibunya, lalu gadis itu segera berlari keluar dari dapur dengan membawa empat botol yakult.

"Sarapan dulu!" Teriak Rindi menatap punggung putrinya.

"Udah telat bun!" Sahut gadis itu.

Rindi melihat jam di dinding, kemudian wanita itu menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan tingkah anaknya itu.

Sementara itu, Seiza tengah kesulitan membuka pintu rumahnya. Satu botol yakult berada di mulutnya, sementara tiga botol yakult lainnya ia apit di ketiak kirinya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menarik handle pintu.

"Iwh nggwak pwengwertian bwangwet swih!" Seiza rasanya sudah mengerahkan seluruh tenaganya. Tapi entah kenapa pintunya susah sekali untuk di buka. Memang jika sedang terburu-buru, selalu saja ada halangan yang menghadang.

Gadis itu menghela nafasnya sembari mengambil botol yakult di mulutnya yang isinya sudah tandas. "Pintu, kamu ngambek ya?"

Seiza menatap pintu penuh iba. "Kamu marah karena aku kasar? Oke, sekarang aku lembut. Jangan marah lagi ya."

Seiza mencoba membuka pintunya kembali. Tersadar akan sesuatu, gadis itu tertawa terbahak. Ternyata kuncinya belum di putar. Pantas saja tak bisa di buka.

"Otak, kamu dimana?" Seiza mengetuk kepalanya. "Oh, otakku hilang ya?"

Seiza segera memutar kunci dan pintu terbuka dengan mudahnya. Lalu gadis itu tertawa, menertawakan kebodohannya.

Seiza membuka pintu gerbang rumahnya, karena saking asiknya tertawa, ia tidak sadar jika ada Ravandra yang sudah berdiri di samping pintu gerbang.

"Seneng banget sih," Ujar cowok itu, dan seketika raut kocak Seiza hilang di ganti dengan raut terkejut.

"Ngetawain apa sih pacar?" Tanya Ravandra.

Seiza merubah raut wajahnya sejutek mungkin. Tapi di mata Ravandra, gadis itu malah terlihat sangat imut.

Seiza tertawa sinis. "Kita udah putus."

"Kata siapa?"

"Ak-gue," Setelah mengatakan itu, Seiza segera berjalan meninggalkan Ravandra. Tapi beru selangkah, tangannya langsung di cekal oleh cowok itu.

"Kita nggak akan putus!" Tekan Ravandra sembari mengeratkan cekalannya di pergelangan tangan Seiza. Cowok itu memutar tubuh Seiza agar menghadap ke arahnya. Kedua tangannya bertengger di bahu gadis itu. Lalu ia menatap mata cantik itu dalam dan penuh intimidasi. "Kita akan selalu bersama, selamanya. Bahkan maut pun nggak akan bisa misahin kita."

Seiza menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Ia ingin memberontak, tapi ia takut. Entah kenapa, ucapan cowok itu terasa begitu menakutkan. Aura Ravandra begitu berbeda.

Ravandra menghela nafasnya. Tatapan cowok itu kini melembut. "Aku nggak suka kamu ngomong putus kaya gitu. Aku cinta banget sama kamu bahkan rasanya aku mau gila. Rasa cintaku ini nggak cukup di ungkapin dengan kata-kata."

Perlahan Seiza mendongak. Gadis itu menatap mata Ravandra yang kini berubah sayu. Tidak ada kebohongan di mata cowok itu. "T-tapi kemarin kamu-"

Ravandra memotong ucapan Seiza dengan mendekap erat tubuh kekasihnya. Ia sangat merindukan gadisnya ini. "Nanti bakal di jelasin. Sekarang kita berangkat."

RAVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang