Calon Istri

897 101 19
                                    

Happy Reading❤

🥔🥔🥔

"Kamu mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Gevandra pada Ravandra. Pagi ini, mereka tengah sarapan.

Ravandra mendengus. "Bisa nggak kalau lagi sarapan, bahasannya yang ringan-ringan aja."

"Kan sekarang kamu udah kelas 12," Ujar Gevandra. "Harus kamu pikirin mulai sekarang."

"Emang aku harus kuliah? Kan walaupun nggak kuliah, aku kerja di perusahaan papa," Ujar Ravandra.

Gevandra menggelengkan kepalanya. "Sekarang syaratnya berubah. Buat penerus perusahaan Alexander Group, syaratnya minimal S1."

"Yaudah aku nggak mau jadi penerus perusahaan," Ujar Ravandra sembari memakan sarapannya dengan tenang. "Aku mau dirumah aja. Biar papa yang kerja sendiri."

Pletak!

Gevandra nemukul kepala putranya dengan sendok. "Biar otaknya bener lagi."

Ravandra mengelus kepalanya. Walaupun hanya dipukul dengan sendok, tapi ayahnya ini pakai tenaga dalam. Jadi rasa sakitnya tidak main-main. "Kekerasan pada anak, akan dijatuhi hukuman sesuai dengan isi undang-undang perlindungan anak, loh pa."

Liora yang sedari tadi melihat ayah dan anak yang berdebat ini hanya tertawa sembari menikmati sarapannya. Ia selalu suka dengan kedekatan anak dan suaminya itu.

"Kenapa diem?" Ravandra menatap ayahnya yang juga sedang menatapnya. "Takut aku laporin?"

Gevandra menggeleng. "Emang kamu tau undang-undang perlindungan anak itu isinya apa?"

Ravandra mendengus. Cowok itu menatap Liora yang sedari tadi hanya diam. "Sebel nggak sih ma, punya papa kaya papa gini?"

Liora menggeleng. "Nggak tau. Itu kan papa kamu, bukan papanya mama."

"Iya sih," Ravandra manggut-manggut. "Tapi kalau aku seneng ma. Soalnya papaku kaya raya, yang hartanya nggak akan habis tujuh turunan."

"Iya tujuh turunan. Dan papa ini turunan ketujuh," Ujar Gevandra.

"Berarti aku turunan ke delapan?" Ravandra menunjuk dirinya sendiri. "Aku bakalan jadi gembel dong pa?"

Gevandra mengangguk. "Iya. Selamat berjuang ya anakku," Ujarnya sembari menepuk pelan kepala putranya.

"Ah nggak mau!" Ravandra menggelengkan kepalanya. Wajah cowok itu terlihat sangat frustasi. "Mama! Tolongin aku."

"Mama kan ngikut papa. Gimana mama bisa nolongin?" Liora menatap Ravandra dengan wajah penuh pertanyaan.

Sementara Gevandra diam-diam menahan tawa melihat ekspresi serius dari istri dan anaknya itu. Istrinya memang bisa diajak kompromi.

"Padahal aku mau nikah di hotel bintang tujuh," Ravandra menatap kedua orang tuanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ih kok mau nangis? Kalau cengeng gitu, emang ada yang mau nikah sama kamu?" Tanya Liora jahil.

Ravandra menganggukkan kepalanya. "Seiza mau."

"Tapi nanti kalau kamu miskin, pasti Seiza nggak mau," Ujar Gevandra.

"Seiza nggak matre," Ravandra menggelengkan kepalanya bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

"MAMA! KAOS KAKI KU MANA?!"

Teriakan melengking dan di barengi dengan suara gedebag-gedebug dari arah tangga itu mengejutkan semua manusia yang berada di meja makan.

RAVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang