Basket

929 116 9
                                    

Happy Reading ❤

🥔🥔

Setelah Ravandra pergi dari rumahnya, Seiza, langsung pergi ke rumah Tama yang berada di samping rumahnya. Gadis itu khawatir dengan keadaan cowok itu.

"Kak Tama!" Teriak Seiza saat masuk ke dalam rumah Tama. Dan ia mendapati cowok itu sedang duduk di ruang televisi.

"Sini," Tama melambaikan tangannya pada Seiza. Gadis itu berlari dan duduk di samping Tama.

"Pak de belum pulang kak?" Tanya Seiza. Tama itu anak piatu. Ibunya sudah meninggal saat ia duduk di bangku SMP. Dan ia hanya tinggal dengan ayahnya.

"Belum," Tama menggeleng. "Udah makan?"

"Udah," Jawab Seiza. Lalu gadis itu menyentuh luka lebam di wajah Tama. "Ini belum di obatin? Sakit banget pasti ya? Maafin kak Rava ya."

Tama menangkap tangan Seiza. "Nggak papa. Udah tenang aja."

"Aku obatin," Seiza bangun dari duduknya. Gadis itu segera mencari obat untuk mengobati luka Tama.

Beberapa saat kemudian, Seiza datang dengan beberapa barang di tangannya. Kemudian, dengan telaten Seiza mengompres bekas luka di wajah Tama dengan air es.

Lalu gadis itu mengusapkan alkohol di bekas luka Tama menggunakan kapas.

"Ah sakit!" Teriak Tama. "Udah ah nggak mau!"

"Kalau nggak langsung di obatin, ntar sembuhnya lama," Ujar Seiza. Gadis itu menekan luka Tama kuat. "Cerewet banget sih kamu."

"Aduh malah di teken!" Teriak Tama sembari menyingkirkan tangan Seiza. "Yang penuh kasih sayang dan kelembutan dong. Kalau gini tuh kesannya kaya nggak ikhlas banget ngobatinnya."

"Aku udah iklhas lahir batin. Kamunya cerewet sih," Jawab Siza sembari membereskan obat yang tadi ia gunakan.

"Iya iya. Makasih ya," Ujar Tama sok manis. 

"Nah gitu dong," Seiza tersenyum puas.

Tama bersandar di pundak Seiza sembari memeluk gadis itu dari samping. "Gemes banget jadi pengen ngebunuh deh."

"Aku mati  kamu pasti nangis paling kenceng," Seiza terkekeh.

"Janganlah," Tama menggelengkan kepalanya. "Gue dulu yang mati pokoknya."

"Emang kamu udah di kasih tau sama Allah kalau kamu dulu yang mati?" Seiza memutar bola matanya.

"Ya enggak sih. Ih, tapi nggak ikhlas kalau lo mati dulu," Tama semakin merapatkan pelukannya. Begitu erat sampai Seiza jadi sesak.

"Lepasin ih!" Seiza memberontak. "Mati beneran loh."

"Ish," Tama melepas pelukannya. "Kok jadi bahas mati sih."

"Kan kamu yang mulai," Seiza melirik Tama sengit. "Gimana sih."

"Yaudah nggak usah mati," Ujar Tama akhirnya.

"Udah makan belum?" Tanya Seiza.

"Belum," Tama menggelengkan kepalanya.

"Ada mie nggak?" Tanya Seiza.

"Ada," Tama mengangguk.

"Aku buatin mie ya," Seiza berdiri dan melangkah menuju dapur. Lalu gadis itu membuka rak makanan dan mengambil satu bungkus mie instan rasa soto kesukaan Tama, dan satu butir telur.

Seiza mengambil panci dan ia isi dengan air. Meletakkan panci tersebut diatas tatakan kompor dan menghidupkan apinya. Menunggu air mendidih, Seiza membuat susu untuknya dan membuat teh hangat untuk Tama.

RAVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang