(27) Keseharian Ibu Rumah Tangga

1.1K 141 3
                                    

"Gak mau sama mama! Mama jahat!"

"Naomi, udah mau gelap, ayo pulang."

"Gak mau!"

Naomi berontak ketika (Name) menarik tangannya, memaksa anak itu untuk pulang ke rumah tatkala langit sore telah meredup segera berganti malam. Udara sore hari saja terasa dingin, bagaimana malam hari?

"Ayo pulang, ayah sebentar lagi pulang lho."

Naomi masih merengek untuk dapat bermain kembali bersama teman-temannya yang masih belum pulang.

"Mama jahat!"

"Naomi." Nada suara (Name) terdengan tegas.

Namun anak itu tetap tidak mendengarkannya. Mau tak mau (Name) menggendong paksa anak lima tahun itu. Selama sepanjang jalan, Naomi masih saja menangis.

***

"Babe, kau habis dari mana?" ucap Hinata keluar kamar.

Pria itu terkejut melihat Naomi yang menangis sesegukan, dia pun menghampiri keduanya.

"Kok Naomi nangis? Kenapa?"

Naomi mengulurkan tangannya pada ayahnya, meminta untuk digendong.

"Disuruh pulang gak mau. Main terus maunya."

Hinata menghapus air mata Naomi.

"Mama jahat," ucap Naomi dipelukan Hinata.

(Name) berjalan menuju dapur untuk meneguk segelas air hangat.

"Shhh gak boleh berbicara begitu, mama gak jahat, Naomi," ucap Hinata yang sebenarnya cukup terkejut.

"Mama ngelarang Naomi main."

"Kamu kan sudah main dari tadi siang, sekarang kan sudah mau malam. Kamu harus dengerin mama, gak boleh berbicara begitu ya? Ok?"

Naomi hanya menatap Hinata tanpa berbicara.

"Mama gak akan marah kalau kamu nurut sama mama. Mama kan lagi hamil, jangan buat mama marah ya, sayang. Ok?"

"Naomi, mandi dulu yuk," ucap (Name) keluar dari kamar mandi.

Hinata menoleh, "Mandi dulu ya, habis itu kita makan bersama."

Naomi hanya terdiam sembari mengusap air matanya. Hinata menurunkan Naomi dari gendongannya, anak cewek itu menurut dengan ucapan ayahnya. Dia mengira mamanya akan memarahinya, namun tidak. (Name) tidak marah padanya.

Hinata tersenyum pada (Name) yang sekilas menatapnya. Perut wanita itu sudah mulai terlihat membesar. Kehamilan anak keduanya, dirasa cukup melelahkan bagi keduanya, terutama oleh (Name). Hinata sangat kagum dengan (Name) yang bisa mengurus anak dan juga rumah secara bersamaan. Setelahnya Hinata menyiapkan meja makan mereka untuk makan bersama.

***

"Mama makan yang banyak, supaya adikku sehat."

"Iya, sayang. Ini mama mau nambah."

"Udah gak sabar ketemu adik?" tanya Hinata.

Naomi mengangguk cepat membuat Hinata tertawa kecil dan mengelus rambut putrinya.

"Kita tunggu enam bulan lagi ya," ucapnya tersenyum.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? |  Hinata Shouyou X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang