(23) Yang dinanti

1.4K 172 3
                                    

"Ibu! Apa aku telat? Bagaimana (Name)?" ujar Hinata yang baru saja datang, napasnya nampak sangat terengah-engah.

Dia saja masih memakai jaket clubnya. Sepertinya dia langsung ke rumah sakit setelah mendengar kabar (Name).

Ibu (Name) nampak menenangkan Hinata dan menyuruhnya duduk. Sebenarnya (Name) sudah di rawat sejak dua hari lalu, sebagai persiapan melahirkannya yang diprediksi sebentar lagi. Dan ternyata siang ini pembukaannya sudah berada di pembukaan sepuluh.

"(Name) baik-baik aja, Shoyou. Tidak perlu khawatir."

Ibu mertuanya itu mengulas senyum lembut. Hinata menjadi tenang mendengarnya.

"Baik, Bu."

***

"Jangan nangis terus," ucap (Name) mengelus rambut orange Hinata.

Sudah tiga menit Hinata menangis di pundaknya. Persalinan sudah dilakukan tiga puluh menit lalu, dan Hinata baru diperbolehkan untuk melihat istrinya sekarang.

"Aku yang kesakitan, kau yang nangis," ucap (Name) berusaha menghibur Hinata.

Hinata mengangkat wajahnya yang sembab.

"Tak bisakah kau mengerti aku sebentar?"

"Kenapa?"

"Kau gak ada romantisnya sama sekali ya," tutur Hinata.

(Name) tertawa pelan, nampaknya dia masih merasakan sakit.

"Sakit ya?" tanya Hinata menatap (Name) lembut dengan mata sembabnya.

(Name) cemberut, "Iya, sakit banget. Dan kau gak ada di sisiku saat persalinan."

Gatcha!

Hinata makin cemberut dan merasa bersalah. Sebelum laki-laki itu benar-benar menangis lagi, (Name) langsung menariknya mendekat dan mencium bibir suaminya.

Hinata memejamkan matanya. Dia tak jadi menangis--lagi.

Hinata menyudahinya sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

"Kok berhenti?" tutur (Name).

"Gak boleh lebih dari ini."

(Name) cemberut.

"Aku kan hanya ingin ciuman."

Hinata menjauhkan wajahnya.

"Sudah, kau istirahat dulu."

"Dasar," gumam (Name) pelan.

Hinata tertawa pelan, "Istirahat."

"Iya iya."

***

"Mau gendong," ucap Hinata yang tidak sabar ingin menggendong putrinya itu.

"Memangnya kau bisa, Kak?" tutur Natsu yang sudah menggendong putrinya sedari tadi.

"Gantian sama kakak sini," tutur Hinata.

"Belum, aku masih belum puas," ucap Natsu menjauhkan bayi itu dari Hinata.

Hinata menghela napas panjang, dirinya harus sabar-sabar menghadapi adiknya yang sekarang cukup susah dibilangin.

"Kenapa rambutnya rambutnya warna orange sih?" celetuk Natsu.

"Untunglah dia perempuan, jadi lebih mirip denganku," lanjutnya.

Hinata menggelengkan kepalanya, "Memangnya kenapa kalau mirip aku?"

Natsu menoleh, "Gak apa, Kak."

Padahal Hinata tau maksud dari adiknya itu.

***

See you next chapter!
#skrind🦊
Cr foto : twitter @wsr0217

Become His Wife? |  Hinata Shouyou X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang