Setelah pencarian yang cukup melelahkan dan sempat tersesat, akhirnya Hinata berdiri di depan pintu apartemen Minako. Hinata mulai memencet bel pintu apartemen 123 itu.
Tak lama wajah Minako terlihat dari balik pintu.
"Hinata-san."
Minako memelankan suaranya. Hinata membungkuk.
"(Name) lagi ngapain?" Hinata ikutan memelankan suaranya.
"Lagi nonton tv. Sepertinya setelah kau masuk, dia akan langsung mengetahuinya," ucapnya.
"Gak apa."
"Maaf ya merepotkanmu," tutur Hinata tersenyum lembut.
"Tak apa. Yuk masuk."
Keduanya masuk ke dalam apartemen dengan tenang. Kali ini Hinata tidak mau langsung marah-marah dengannya. Dia harus bisa membujuk wanita itu pulang.
Benar saja, dengan cepat (Name) mengetahui kedatangannya. Tentu saja wanita itu langsung membuang mukanya ketika bertatapan dengannya. Tak lama (Name) malah menatap Minako tajam.
"Males ah, kau cepu!" tukas (Name) pada Minako.
"Terpaksa, karena kupikir permasalahanmu tidak begitu rumit. Jadi, lebih baik kalian cepat baikan," ujar Minako.
(Name) menatap Hinata yang hanya menatapnya terdiam mematung. Pria itu masih mengenakan jaket dan training volly nya.
Sepertinya dia langsung ke sini, batin (Name).
"(Name)," panggil Hinata.
Wanita itu tidak menoleh, malah dia terus memakan mochi mactha dari mangkuk besar di tangannya.
Hinata menghampiri (Name) dan duduk di sebelahnya. Minako memberi ruang bagi mereka berdua.
"Cepat selesaikan ya," ujar Minako tersenyum kecil dan pergi ke kamar.
"Ikut," ucapnya berdiri cepat, dia tidak mau berduaan dengan Hinata.
Minako mengerutkan dahinya, "Dih, sana! Selesaiin dulu!"
Minako mendorong tubuh (Name) untuk kembali duduk di sofa, kali ini malah sangat berdekatan dengan Hinata, bahkan kaki keduanya bersentuhan. Minako tersenyum dan langsung pergi.
Dalam hati (Name) ada rasa takut. Bagaimana kalau Hinata akan memarahinya lebih kejam dari waktu itu? Bagaimana kalau Hinata akan berkata kasar padanya? Pasti Hinata sangat marah mengetahui dia kabur.
Perasaan ibu hamil memang sangat sensitif. Hingga pikiran-pikiran aneh itu menghantuinya.
Nampaknya pria itu ragu untuk menggapai tangannya, sedari tadi tangannya namak ingin terulur.
"Kenapa?" tanya (Name) memberanikan menatap wajah Hinata.
Pria itu terdiam, sejenak dia tertunduk dan kini menatapnya.
***
See you next chapter!
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Hinata Shouyou X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Hinata Shouyou x Reader- Complete :15 Februari 2022