"Maaf ya," ucap Hinata lembut.
Matanya menatap lekat netra hitam (Name) yang nampak menatapnya datar.
Tenang tenang, batin Hinata.
"Aku melakukannya karena peduli padamu. Aku memang kesal kemarin, mungkin aku lelah baru pulang latihan, trus melihatmu yang seperti itu, jadi aku meninggikan suaraku," jelas Hinata tanpa ragu.
"Maaf kalau itu jadi membuatmu marah."
Hinata meraih tangan (Name) dan digenggam tangan istrinya.
"Tapi di sini bukan hanya aku yang salah. Kita berdua salah," lanjutnya.
(Name) nampak mengedipkan matanya dan membuang wajahnya. Wanita itu tau dirinya juga salah kabur tanpa mengabari hanya karena masalah sepele seperti ini. Tapi ego nya sangat tinggi untuk mengakui itu.
(Name) masih diam ketika Hinata menghela napas panjang. Dia mengulas senyum untuk membunuh sepi diantara mereka.
"Boleh peluk?" ujarnya tersenyum hangat.
Namun (Name) hanya diam seribu bahasa.
"Gak mau?" tanyanya lagi.
Tawa kecil terdengar dari mulut pria itu.
"Mau kemana?"
Tangan mereka masih bertaut, Hinata ikut berdiri, menahan (Name) untuk pergi.
"Pulang yuk," ucapnya lembut membuat (Name) menatapnya.
"Kita cuddle sampai pagi," ucapnya lagi.
Tanpa aba-aba Hinata membawa (Name) ke dalam pelukannya. Menyandarkan kepala istrinya pada dadanya. Diintipnya wajah (Name) yang tiba-tiba cemberut.
"Kenapa?" tanyanya mengecup dahi wanita itu.
"Bau keringat," ucap (Name) pelan.
"Padahal aku udah mandi di tempat latihan lho. Kau ksli yang bau. Pasti belum mandi dari pagi."
"Udah mandi sih."
"Masa sih?"
(Name) merasa ada yang mengendus rambutnya.
"Bau juga," tuturnya.
"Aku udah mandi!" protes (Name) kesal.
Padahal hanya ejekan kecil, tapi emosi (Name) sudah terpancing.
"Harusnya aku lebih memerhatikanmu yang sensitif. Maaf ya, baby."
Hinata mengeratkan pelukannya. (Name) terdiam, merenung memikirkan kelakuannya hari ini. Masih untung Hinata tidak memarahinya setelah bertemu.
"Iya." (Name) membalas pelukannya.
Hinata tertawa kecil. Dia melepaskan pelukannya dan dengan cepat mencium istrinya tepat di bibir tanpa lipstik itu.
Tangan kanannya meraih pipi (Name), mengelus pipi berisi itu, dengan sengaja tangannya menekan tengkuk istrinya untuk memperdalam ciuman mereka.
Tentu saja (Name) tidak keberatan, malah dia sangat menikmatinya. Permainan lidah suaminya sangat mampu memuaskannya. Dan itu baru lidahnya aja.
Ketika (Name) tak bisa bernapas, dia mendorong Hinata pelan.
"Cukup," lenguhnya terengah.
"Di rumah aja," lanjutnya.
Hinata tertawa setelah mengelap mulutnya.
"Yaudah, yuk pulang," ucap Hinata lembut dan penuh sayang.
Ibu jarinya mengusap bibir (Name). Membuat wanita itu tersipu.
"Selain makin nakal saat hamil, kau juga makin gemesin ya."
(Name) menatapnya terkejut, "Nakal?"
"Tadi kan nakal namanya. Aku tau kau pasti merindukanku kan?"
"Enggak." (Name) menggeleng.
"Tadi wajahmu menghayati sekali saat kita ciuman."
"Ya emang gak boleh?" sungutnya.
"Hahaha. Boleh, nyonya. Yuk ah pulang."
Hinata mengambil tasnya.
***
See you next chapter!
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Hinata Shouyou X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Hinata Shouyou x Reader- Complete :15 Februari 2022