(15) Satu Tahun Sudah

1.6K 177 0
                                    

Deg

Jantungku berdegub cepat sedari tadi. Demi Tuhan, rasanya seperti mimpi. Ini beneran kan? Aku tidak bermimpi kan?

Ya Tuhan, terima kasih.

Tanganku gemetar memegang alat bergaris dua ini. Air mata tak dapat lagi terbendung, aku kira aku tidak bisa hamil. Pasalnya ini sudah menginjak satu tahun pernikahan kami. Shoyou juga tidak memaksakan aku untuk cepat hamil. Aku takut dia akan pergi mencari wanita lain jikalau aku tidak bisa hamil.

Terima kasih, Tuhan.

***

Ya ampun, mataku masih sembab sekali, kukira akan cepat membaik jika dikompres dengan es batu. Mana sebentar lagi Shoyou akan pulang. Biarkanlah, lebih aku bersiap.

Sekitar pukul 18.45 waktu Tokyo, shoyou tiba di rumah. Dengan jantung yang berdegub cepat, aku berdiri di depan pintu. Tak lama pintu terbuka dan wajahnya terlihat tersenyum kecil.

"Aku pulang, babe."

"Selamat datang, babe."

Aku membalas senyumnya. Dia menjatuhkan tasnya dan merentangkan tangan. Dengan senang aku menyambut kedua tangannya, memeluknya erat.

"Kenapa?" tanyanya yang nampak curiga.

Yah biasanya aku tidak suka berlama-lama memeluknya sehabis pulang latihan.

"Ada apa? Terjadi sesuatu padamu?"

Oh tidak, dia mengelus punggungku.

"Aku hanya ... kangen," bisikku.

Dia tertawa pelan, "Aku juga kangen."

"Shoyou-kun," panggilku masih memeluknya.

"Hmmm?"

"Bisa kau ambil handphoneku di saku celanaku tidak?"

Dia pun merogoh kantung celanaku dan menemukannya.

Namun, nampaknya dia tidak bergerak. Aku tersenyum, sepertinya dia sudah menyadarinya.

"Babe, kau hamil?" tuturnya pelan seperti tidak percaya.

Aku mengangguk dalam peluknya. Setelah kurasakan pelukannya mengerat, salah satu tangannya mengelus kepalaku, kurasakan dia menenggelamkan wajahnya pada pundakku.

"Arigatou," lirihnya.

Aku tau dia menangis.

"Akhirnya, Shoyou-kun. Aku bahagia," tuturku mengelus punggungnya.

Ah sial, aku jadi ikutan menangis lagi.

Sekitar dua menit berlalu, dia melonggarkan pelukannya dan menangkup wajahku. Benarkan dia menangis. Wajahnya lucu sekali kalau menangis seperti ini.

Aku tertawa pelan ketika dia mengusap air mataku yang jatuh. Dia menyatukan dahi kami.

"I love you, (Name)."

"I love you more, Shoyou."

Setelahnya dia menepis jarak diantara kami. Menyalurkan rasa bahagia satu sama lain. Menyampaikan rasa terima kasih yang begitu mendalam. Terima kasih pada Tuhan, karenanya penantian kami tidak sia-sia.

Kami bahagia. Sungguh.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? |  Hinata Shouyou X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang