Sudah tiga bulan kami menikah, namun rasanya tidak ada kabar bahagia yang datang. Kalian mengerti kan apa maksudku?
"Kau pulang jam berapa?"
Kenapa?
"Gak apa."
Heee? Kenapa? Kau takut sendirian di rumah? Hahaha.
"Gak tuh! Hanya saja ... sepi sekali," tukasku cepat.
Dia tertawa. Mendengarnya saja aku bisa membayangkan senyum lebarnya.
Hahaha. Sore kok. Setelah latihan aku langsung pulang.
"Iya iya, aku tahu."
Kenapa?
"Hmmm." Rasanya aku sudah merindukannya.
Kenapa? Mau nitip makanan gak nanti?
"Mau. Aku udah lama gak makan kue pie blueberry di toko Flufy Cake."
Oh aku tau toko itu. Kue pie blueberry ya?
"Iya, nanti aku kirim fotonya kalau kau gak tau yang mana."
Oke, kirim aja. Mau berapa?
"Beli dua potong aja."
Oke.
"Yaudah, lanjut latihan sana," kataku sekenanya.
Hee? Kok gitu, gak mau ditemani nih? Aku masih ada waktu lima menit lagi.
Aku bingung ingin membicarakan apa lagi. Entahlah, rasanya hanya ingin mendengar suaranya saja saat ini.
"Benarkah?"
Iya.
"Aku gak tau mau ngomong apa lagi," ucapku to the point.
Hahaha. Ya ampun. Aku juga sama.
"Ish dasar!"
Ternyata dia juga bingung. Tawa kami terdengar setelahnya. Samar-samar aku bisa mendengar keramaian, suara Bokuto nyaring sekali, entah apa yang mereka lakukan, sepertinya Bokuto membuat masalah.
"Ya ampun berisik banget, ada apa itu?" tanyaku mencari topik.
Ah itu, biasa. Bokuto-san mengambil onigiri milik Atsumu. Hahaha.
"Hahaha, aku jadi membayangkan. Pasti Sakusa melihatinya dari jauh."
Tidak, dia langsung pergi keluar tadi.
"Hahaha, sepertinya dia tidak ingin terlibat."
Hahaha. Pasti.
"Babe,"
Apa?
"Udahan ya."
Apanya?
"Telfonnya."
Kenapa?
"Ya gak kenapa-napa."
Yahh, yasudah. Tunggu aku pulang ya.
Aku tersenyum dan mengangguk, "Oke. Love you."
Me too.
***
"Kok beli satu loyang?"
"Nanggung kalau beli dua. Toh harganya gak mahal."
"Mahal!"
"Enggak!"
"Harganya 3800 yen lho! Aku kan cuman mau 2 potong aja."
"Kedikitan."
"Ya ampun, babe."
Dia ini terlalu baik. Ini kan kue mahal. Ya ampun.
"Gak mau? Yaudah nanti aku makan semua.
"Ish, kan aku gak bilang 'gak mau'," cercaku cepat.
"Hahaha. Yaudah, habiskan ya."
Sengaja sekali dia menggodaku. Aku pun mengambil dua potong pie dan menaruh di masing-masing piring.
"Yuk makan. Kau pasti lelah. Sehabis makan ini pasti energimu kembali lagi."
"Mana mungkin," ucapnya mendekat.
"Makanya cobain dulu."
"Suapin."
Hmmm, manja.
"Baiklah, karena kau sudah membelikan satu loyang, dengan senang hati akan kukabulkan."
Aku tersenyum lebar, begitupun dia. Lihat dia, sudah membuka mulutnya lebar-lebar.
"Bagaimana? Enak kan!"
Aku yakin dia akan sangat menyukainya. Sudah lama aku tidak membeli pie ini. Rasanya tidak berubah dari terakhir aku memakannya. Enak!
Lihat dia, matanya terbelalak. Benar kan kataku.
"Enak!"
"Tentu saja. Ini obat yang manjur untuk menaikkan mood dan menghilangkan lelah."
Dia mengangguk-ngangguk, setuju.
***
"Babe. Kau sudah menghabis kan berapa potong?"
Aku baru saja bangun dan keluar kamar ketika melihatnya sudah di meja makan. Lagi pula kenapa dia kelihatan terkejut begitu.
"Oh itu. Baru satu. Oh ya, aku mau mandi dulu."
Hah? Dia malah pergi begitu saja. Aneh sekali. Aku menghampiri kotak pie tersebut. Betapa terkejutnya aku, pienya tinggal satu. Padahal semalam sisa lima potong. Dari total sepuluh potong, jika dihitung-hitung dia sudah memakan enam potong. Berarti pagi ini dia menghabiskan empat potong?
"Shoyou!!" teriakku kesal sembari berjalan ke kamar mandi.
"Bisa-bisanya kau menghabiskan 4 potong sendirian!!"
"Gomenasai."
Terdengar suaranya dari kamar mandi. Benar-benar bikin kesal pagi-pagi!
"Aku belikan lagi nanti."
"Ish dasar!"
***
See you next chapter!
#skrind🦊
Cr foto : pinterest
![](https://img.wattpad.com/cover/291339307-288-k712783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Hinata Shouyou X Reader
Fanfiction(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Hinata Shouyou x Reader- Complete :15 Februari 2022