Hinata benar-benar mendiami (Name). Pasalnya wanita itu tidak berani membuka pembicaraan kalau dalam suatu permasalahan dia yang salah.
Malam itu ketika akan tidur, Hinata masih tidak berbicara dengannya. Pria itu memunggunginya dan malah sibuk dengan handphone di tangannya. Tak berani menganggu, (Name) memutuskan untuk mengirim pesan pada Hinata.
(Name) mengintip ke balik punggung Hinata, notif pesannya baru saja masuk ke handphone pria itu. Dia mengetik, membalas pesannya.
Lagi apa?
Kau bisa lihat aku sedang apa.
Sedang memikirkanku?
Tidak dibalas olehnya. Pria itu kenapa sih?
Baby, gomen. Kau masih marah ya?
Setelah membaca pesan itu, Hinata membalikkan badannya, menghadap (Name) yang perlahan menaruh handphonenya.
"Kau sudah merenungi kesalahanmu?"
(Name) mengangguk.
"Dilihat dari mana pun, pada permasalahan ini, aku yang salah," ucap (Name) pelan.
Perlahan tangan (Name) meraih tangan Hinata dan menggenggamnya. Hinata melihat tangannya yang digenggam dan perlahan mengulas senyum kecil yang hangat.
"Jangan diulangi lagi ya. Bagaimana pun, aku juga harus tahu."
"Iya." (Name) mengangguk dengan nada suara lemah.
Perlahan Hinata mendekat, belum apa-apa saja wajah wanita itu sudah merona.
Hinata berbisik, "Tapi kau harus dihukum."
"A-apa?"
Hinata menarik senyum miring, "Mrs. Hinata harus dihukum. Aku hanya menerima kata 'yes'."
Tangan Hinata mengunci tubuh (Name), tidak ada celah bagi dia untuk berontak apa lagi melarikan diri.
"Paham?" tanyanya berbisik dengan suara rendah.
Seperti tersihir, (Name) mengangguk, "Yes."
"Good girl."
Hinata langsung menerkam leher (Name) yang tereskpos. Memberikan tanda miliknya di sana. Satu hickey berhasil dibuat.
"Baru satu saja kau sudah mendesah," ucap Hinata dengan senyum miring.
"Nikmat ya? Mau lagi?" tawarnya seduktif.
"Gak usah bertanya, kau sudah tau jawabannya," tutur (Name) mengalungkan tangannya pada leher suaminya.
Setelahnya mereka menautkan bibir ranum keduanya, menyesap saliva masing-masing, mengutarakan rindu akan sentuhan pasangannya.
Cukup liar hingga membuat keduanya terengah. Hinata kembali membuat hickey di leher istrinya, cukup banyak. Setelahnya Hinata berhenti sejenak, menatap (Name).
"Mulai dari sini aku tidak akan menahan diri, baby."
(Name) tersenyum kecil, "Use me whatever you want, baby."
Mendengar itu gairah Hinata berapi-api, dia makin tidak sabar dan liar untuk melakukannya.
"Aku mulai, baby." Keduanya kembalu menautkan bibir mereka.
***
"Pelankan suaramu, baby," ucap Hinata menahan desahannya.
(Name) menggigit bibir bawahnya.
"Sial, ini terlalu nikmat, baby."
Salah satu tangan Hinata menutup mulut (Name) sembari dia melakukan aktivitasnya di bawah sana.
"Ahh kita keluar bersama, baby," desisnya.
Temponya semakin cepat beberapa saat, hingga lenguhan panjang keluar dari mulut Hinata serta tempo yang melambat. Pria itu melepaskan tangannya dari mulut (Name).
Wanita itu terengah-engah serta melenguh penuh kenikmatan.
"Bagaimana?" tanya Hinata mendekap tubuh (Name).
"Enak."
Hinata tertawa kecil dan mencium bibir ranum istrinya yang nampak sedikit bengkak.
"I love you."
(Name) tersenyum.
"Love you more, baby."
"Mau lagi?"
"Mau 3 ronde lagi."
"Oke. Hahaha."
***
Tamat!
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Hinata Shouyou X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Hinata Shouyou x Reader- Complete :15 Februari 2022