20. Limit

1.4K 172 14
                                    

"Aku memang menyukaimu lebih dari teman.", ucap Yoshi dengan mata yang tertuju pada Junkyu.

Mata Junkyu mengerjap pelan. Ia menjilat sisa gelato pada bibirnya dengan masih fokus pada Yoshi di hadapannya.

"Ne?", Junkyu memiringkan kepalanya dan bertanya dengan satu alis terangkat.

"Kau serius?", tanya Junkyu lagi.

"Eo, aku menganggapmu seperti adikku sendiri. Kau tahu perasaan seorang kakak yang tidak ingin menyerahkan adiknya pada orang yang salah? Seperti itulah perasaanku padamu.

Kita sudah lama saling mengenal. Dan sejak dulu aku selalu memperhatikanmu lebih karena aku tahu kau tidak punya teman lain selain aku dan Haruto saat ia lahir. Perasaan ingin melindungimu perlahan tumbuh dan aku benar-benar merasa harus mengurusmu karena kau tahu sendiri, kau ini sedikit ceroboh.", kekeh Yoshi.

"Yaaa..", protes Junkyu dengan bibir manyun.

"Makanmu saja masih belepotan.", lagi Yoshi terkekeh dan kembali menyeka sudut bibir Junkyu yang sedikit belepotan karena eskrim.

"Eish...", Junkyu mendengus.

"Saat Jihoon mendekatimu, aku selalu was-was. Aku takut dia tidak bisa memperhatikanmu dengan baik. Bagaimana pun aku jadi sedikit protektif tapi sebisa mungkin aku tidak ingin mengekangmu. Karena kau jelas punya hak untuk memilih. Itu sebabnya aku bertanya padamu, apa kau menyukai Jihoon atau tidak. Aku tahu kau marah saat tahu bahwa Park Jihoon sudah mempunyai tunangan.", Yoshi menatap lamat mata Junkyu.

Junkyu menghela napasnya.

"Memangnya terlihat jelas ya?", tanya Junkyu.

"Sangat jelas.", Yoshi mencubit pelan hidung Junkyu.

"Aku memang kesal saat tahu dia punya tunangan. Maksudku, kenapa mendekatiku kalau dia sudah punya tunangan?", keluh Junkyu.

"Ya, karena itulah aku bisa menyimpulkan kau menyukai Jihoon. Tapi kau tidak menyadarinya kan?"

Pertanyaan Yoshi membuat Junkyu merengut.

"Aku juga tidak mengerti dengan Jihoon. Sebenarnya aku juga marah karena dia seolah-olah hanya mempermainkanmu. Tapi aku tidak ingin ikut campur lebih jauh tentang itu. Aku hanya bisa menjanjikan ini padamu, aku akan selalu ada untukmu. Kalau kau kesal, ingin aku memukul Jihoon untukmu, bilang saja padaku.", Yoshi mengedipkan satu matanya.

"Eish, kuharap aku bisa menghajarnya dengan tanganku sendiri.", ucap Junkyu.

"Hahaha sebelum menghajarnya, kurasa kau harus memantapkan perasaanmu lebih dulu. Dari apa yang kulihat, kau sudah pasti mulai menyukainya. Tapi kembali lagi padamu. Kau tetap harus menemukan jawabannya sendiri.", ujar Yoshi.

"Eo.", Junkyu hanya bergumam kecil. Pikirannya kembali dipenuhi pertanyaan, apa ia memang mulai menyukai Jihoon, atau hanya sekedar fase klise yang muncul saat dua orang sedang sering menghabiskan waktu bersama.

~

Setelah pulang sekolah, Jihoon kini berada di rumah sakit. Yujin sudah diperbolehkan pulang, karena itu Jihoon menjemputnya.

"Sungchan di mana?", tanya Yujin tengah mengemasi beberapa barangnya yang sempat dibawakan Jihoon kemarin.

"Oppa?", panggil Yujin saat Jihoon tidak menjawabnya.

"Oppa!", panggil Yujin lagi, meninggikan nadanya.

"Eo?", balas Jihoon akhirnya tersadar dari lamunannya.

Yujin menggelengkan kepalanya.

"Selagi kita di rumah sakit, apa kau tidak ingin sekalian ke psikiater? Aku serius, akhir-akhir ini kau seperti orang kesurupan.", ucap Yujin.

[✔] Cliché [Jihoon x Junkyu] Jikyu AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang