22. Honesty

1.6K 194 17
                                    

Jihoon dan Junkyu telah selesai makan. Kini keduanya kembali ke mobil. Tak banyak bicara, karena Junkyu memang menjadi diam. Ia masih malu perkara pengakuannya yang tiba-tiba tadi.

"Kau masih malu? Padahal tidak ada salahnya kau mengakui perasaanmu.", kekeh Jihoon.

Junkyu menggigit bibir bawahnya dan membuang muka, enggan menatap Jihoon. Tidak ada alasan baginya untuk tidak malu di saat dirinya baru saja menyatakan perasaannya tanpa sengaja.

Melihat Junkyu yang masih enggan menatapnya, Jihoon mendekatkan wajahnya pada Junkyu. Dirinya segera menarik dagu Junkyu, memaksa wajah mereka untuk saling bertemu.

Manik Junkyu membesar dan mengerjap panik. Ia tiba-tiba menahan napas. Jarak yang dekat di antara keduanya membuat jantung Junkyu berdetak tak karuan.

"Kau manis.", ucap Jihoon, mengulas senyum. Ia hanya jujur, memang menurutnya Junkyu saat ini sangat manis. Pipi gembil yang memerah karena malu. Rasanya Jihoon ingin menggigit pipi Junkyu saking gemasnya. Tapi ia mengurungkan niat.

Jihoon segera kembali ke posisinya dan mengenakan sabuk pengaman. Ia bersiap untuk mengemudikan mobilnya kembali.

Junkyu menghela napas lega setelah Jihoon menjauh.

"Mau ke suatu tempat dulu?", tanya Jihoon.

"K-kau mau membawaku ke mana?", tanya Junkyu.

"Tempat pelarianku?", Jihoon menaikkan alisnya menatap Junkyu yang bingung. Ia lalu melajukan mobilnya meninggalkan area parkir restoran tempat mereka makan tadi.

~

Setelah berkendara selama 15 menit, mereka tiba di satu tempat tak ramai di sekitar bawah jembatan sungai Han.

Langit berwarna biru dihiasi sedikit terang berwarna jingga, membuatnya terlihat sangat indah saat ini. Pemandangan yang cocok dilihat dari tempat itu.

Keduanya duduk di bagasi mobil Jihoon yang terbuka. Hanya sekedar menatap air tenang di hadapan mereka. Ada sekitar 2 keluarga yang sedang bermain di sana, tapi tidak banyak orang.

"Jadi? Apa yang kita lakukan di sini? Hanya duduk diam?", tanya Junkyu, memasukkan tangannya pada kantong hoodienya.

"Junkyu-ya, kalau aku bertanya padamu sekarang mau berkencan denganku atau tidak, apa jawabanmu?", Jihoon menoleh, menatap Junkyu yang juga menoleh kepadanya.

"Kau sudah punya tunangan.", jawab Junkyu, fakta.

"Secara teknis, kami belum bertunangan. Aku dijodohkan dengannya, tapi kami belum bertunangan.", balas Jihoon.

"Sepertinya perjodohan menjadi hal yang lumrah untuk orang-orang kaya sepertimu.", Junkyu berucap sedikit kesal sebenarnya.

"Ya, sepertinya begitu. Terkadang aku berharap terlahir di keluarga yang berbeda.", Jihoon tersenyum miris.

"Kalau kali ini aku menolakmu lagi, apa yang akan kau lakukan?", Junkyu bertanya serius.

"Kau bilang menyukaiku juga kan? Tapi kalau kau menolakku, aku akan menyerah. Benar-benar menyerah. Aku akan menerima perjodohan bodoh itu dan melupakanmu.", ucap Jihoon.

"Itu curang kan?"

Jihoon melirik Junkyu, sedikit bertanya maksud kata "curang" yang diutarakan Junkyu padanya.

"Curang bagaimana?"

"Pada akhirnya kau tetap akan bersama seseorang entah aku menerimamu atau tidak.", Junkyu meggigit bawahnya, sedikit menggembungkan pipinya.

"Kau kecewa?", tanya Jihoon.

"Aku bukan kecewa, tapi intinya kau tetap akan mempunyai pasangan apa pun jawabanku."

[✔] Cliché [Jihoon x Junkyu] Jikyu AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang