27. Sorry

1.5K 140 28
                                    

Matahari sekali lagi telah terbenam. Yoshi, Haruto, dan Jeongwoo telah berpamitan dan kembali ke rumah. Sekali lagi, kediaman Kim itu kini hanya ditempati Jihoon dan Junkyu.

"Kau, jadinya tidak pulang?", tanya Junkyu yang sedang mencuci piring.

"Padahal kau yang menahanku tadi siang.", kekeh Jihoon membuat pipi Junkyu sedikit merona.

"Aku akan pulang, setelah aku memberitahumu sesuatu.", ucap Jihoon, mendapat atensi Junkyu.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Tentang alasan aku kabur kemarin.", jawab pemuda Park itu tepat di sebelah Junkyu.

"Ah, iya. Jadi, kenapa kau kabur?", tanya Junkyu, mengibaskan tangannya di atas westafel setelah dirinya menyelesaikan semua cucian piring kotor.

"Aku... akan menikah minggu depan.", ucap Jihoon.

Junkyu tertegun mendengar ucapan Jihoon. Bola matanya membesar lalu ia mengernyit.

"Kau, akan apa?", tanya Junkyu lagi, mungkin saja pendengarannya salah.

"Aku akan menikah minggu depan.", ucap Jihoon mengulang kalimat yang sama.

Junkyu kembali membolakan matanya. Tentu ia sudah mengira ini ada hubungannya dengan perjodohan Jihoon. Tapi ia tidak mengira bahwa ia akan mendengar berita pernikahan Jihoon secepat ini.

Apa ia marah? Tidak. Apa ia kesal? Tidak juga. Ketimbang marah atau kesal, Junkyu malah dibuat bingung. Ia bingung bagaimana harus merespon ucapan Jihoon.

Selamat? Ah, tapi itu akan terdengar aneh. Orang mana yang senang jika pacarnya malah akan menikah dengan orang lain? Atau mengumpati Jihoon? Tapi Junkyu merasa ia tidak berhak untuk marah. Bagaimana pun, meski status mereka sepasang kekasih, sejak awal yang dijodohkan dengan Jihoon memang Lia dan itu sudah ditetapkan sebelum mereka benar-benar berkencan.

"Junkyu?", Jihoon mengguncang pelan tubuh Junkyu yang terlalu larut dalam pikirannya.

"A-ah.. maaf iya?"

"Maaf.", ucap Jihoon.

"K-kenapa kau minta maaf?"

"Karena tidak segera memberitahumu kemarin."

Jihoon sedikit menunduk. Junkyu di hadapannya hanya diam.

Beberapa saat mereka tetap memilih diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kau..", hingga Junkyu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa kau akan melakukannya?", tanya Junkyu.

Jihoon mengangkat wajahnya, kembali bersitatap dengan pemuda Kim di hadapannya.

"Tentu saja tidak. Hanya saja aku bingung. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, mengingat semua perkataanku selama ini tidak membuat ayahku berubah pikiran. Aku... lelah. Aku lelah menuruti semua perkataannya. Bahkan saat aku memberontak pun, dia tidak mendengarkanku.", Jihoon menyampaikan keluhannya, isi hatinya, rasa sakitnya, semua yang ia rasakan ia tuangkan di hadapan Junkyu.

Tubuh Jihoon yang kekar kini terlihat rapuh. Junkyu lantas menarik Jihoon, merengkuh pemuda itu dan memeluknya. Jihoon membalas pelukan itu, membenamkan wajahnya pada bahu Junkyu. Erat, itu yang dapat Junkyu rasakan dari pelukan Jihoon.

Entah bagaimana perasaan Jihoon turut mempengaruhi Junkyu sehingga ia mulai menepuk pelan punggung Jihoon. Jujur saja Junkyu bingung, tapi di balik rasa bingungnya, ada sebuah perasaan aneh yang membuatnya ingin bergerak lebih dulu meraih tangan dari sosok yang sedang rapuh di hadapannya saat ini.

Sekitar 10 menit mereka hanya diam di dapur sambil berpelukan. Jihoon yang masih menikmati dekapan hangat Junkyu seolah lupa sejenak akan permasalahannya.

[✔] Cliché [Jihoon x Junkyu] Jikyu AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang