5. RESTU

27 16 2
                                    


Siang ini, Yasa kembali mengantar sang pujaan hati, yaitu Zita pulang ke rumah nya, jika kalian tanya dimana Ara ia sudah pulang lebih dulu menggunakan ojol. Namun sebelum pulang Yasa memutuskan untuk mengajak Zita untuk makan di warung kesukaannya terlebih dahulu.

"Lo gapapa kan gue ajak makan disini?" Tanya Yasa pada Zita saat mereka sampai disalah satu tempat makan, yang cukup sederhana namun terlihat ramai pengunjung

"Gapapa kali Sa, emang kenapa? Gue juga biasa kali makan kayak gini" Jawab Zita sambil tersenyum dan berjalan ke bangku yang belum terisi, "hehehe, takutnya kan lo punya alergi sama makanan tertentu", Zita menggelengkan kepalanya, ia tidak memiliki alergi apapun kecuali pada hewan yang memiliki bulu lebat.

" Oh iya, lo mau makan apa? Gue rekomendasi in lo cobain gulai nya, gulai disini enak banget" Yasa meragakan seperti dia sedang menyantap gulai rekomendasi nya tersebut dengan nikmat.

Melihat ekspresi Yasa, Zita terkekeh, "kayaknya enak banget tuh, ya udah gue pesen itu aja, lo sendiri mau pesen apa?" Yasa melihat daftar menu dan menemukan makanan yang cocok dengan dirinya, "gue pesen sate padang aja deh" Yasa segera memanggil pelayan yang ada disana lalu memesankan makanan untuk mereka berdua.

"Btw, nanti gue boleh mampir ke rumah lo, minimal ketemu sama ortu lo gitu? Ga enak, gue dua kali nganterin anaknya telat tapi ga pernah izin secara langsung" Zita awalnya kaget atas izin dari Yasa, karena dari dulu jarang ada cowo yang ingin bertemu dengan orang tua nya secara langsung.

"Bolehlah, nanti mampir aja" Balas Zita, padahal dalam hati nya ia khawatir, takut jika ayah ataupun bundanya menanyakan atau membahas hal yang tidak tidak. Sedangkan Yasa yang mendapatkan persetujuan tersebut mengucap syukur dalam hati, lumayan pdkt sama yang buat dulu nanti kalo udah dapet restu kan gampang deketin anaknya. Setelah itu mereka memakan pesanan mereka dengan lahap sambil sesekali mengobrol tentang hal hal random.

Setelah selesai makan Yasa mengantarkan pulang Zita ke rumahnya, dan sesuai janjinya tadi ia mampir ke rumah Zita dan bertemu dengan kedua orang tua Zita, "assalamualaikum bunda, ayah Zita pulang" salam Zita saat sudah sampai depan rumah.

Yasa hanya mengikuti Zita di belakangnya, "waalaikumsalam nak, eh ada Yasa juga? Kamu anaknya Wiman kan?" tanya Sarah ibu dari Zita saat melihat Yasa, Yasa hanya tersenyum lalu mengangguk ia mengulurkan tangannya bermaksud untuk menyalami Sarah, "iya tan, saya Yasa saya mau ngenterin anak tante pulang sekalian minta maaf karena udah dua kali bawa anaknya jalan tanpa izin" jelas Yasa pada Sarah.

"iya gapapa Sa, tapi kamu harus jagain anak tante dengan baik loh kalau sampe ada lecet nanti bisa bisa nyawa kamu dibikin melayang sama ayahnya Zita" ancam Sarah diiringi dengan kekehan dari Sarah dan Yasa.

"ini masih lama ngobrolnya? Aku pegel nih jadi patung" dumel Zita yang sedang bersandar di daun pintu, "oh iya, bunda sampe lupa nyuruh masuk. Ya udah ayo duduk di dalam dulu bunda panggilkan ayah sekalian buatin minum" Yasa, Sarah, dan Zita lantas masu ke dalam rumah. Yasa menunggu di ruang tamu sedangkan Zita sedang menaruh tas nya dan berganti pakaian di kamarnya.

"Yasa? Gimana kabar kamu, sehat? Ara, kakak kamu juga baik kan?" sapa Haris ayah Zita, sambil menghampiri Yasa yang sedang berdiam diri. Yasa yang mendengar suara tersebut langsung bangkit dan menyalami Haris, "alhamdulillah baik semua kok om, om sendiri baik kan?" Yasa membalikkan pertanyaannya kepada Haris, Haris hanya tersenyum lalu mengangguk.

"tumben mampir, biasanya langsung pulang" mendengar perkataan tersebut Yasa merasa tersindir, ia menggusap tengkuk bagian belakangnya yang tidak gatal, "iya om, saya kan udah dua kali nganterin anak om. Selalu telat lagi kalo nganterin masa saya langsung pulang kan ga enak om" jelas Yasa pada Haris, Haris pun mengangguk menyetujui ucapan dari Yasa, "gapapa, saya percaya kamu. Tapi nanti kalau memang mau bawa pergi anak saya harus izin dan kasih kabar ke saya dulu jangan langsung dibawa kabur, apalagi kalau perginya sampai malam. Kalian berdua juga sudah dewasa, kamu sebagai laki laki harus bisa menjaga seorang perempuan dengan baik, apalagi kamu juga punya saudara perempuan, jangan sampe kamu sakitin perempuan karena balasannya bukan cuma di dunia tapi juga di akhirat, apalagi kamu sakitin dia dengan cara yang kotor." Haris memberikan nasihat kepada Yasa, Yasa mencerna semua yang diucapkan oleh Haris dan mengangguk mantap, dari dulu ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk berusaha menjaga perempuan dengan sebaik mungkin, ia sangat mengerti bagaimana susahnya menjadi seorang perempuan. Dan ia juga selalu di pantau oleh ayahnya agar tidak menyakiti seorang perempuan mana pun itu.

"papa ngasih wejangan udah kayak mau nikah aja panjang nya" suara tersebut membuat Yasa dan Haris kompak menoleh ke belakang, terlihat du wanita cantik yang sedang berjalan menghampiri mereka sambil membawa nampan berisi teh dan nampan satunya berisi beberapa piring camilan, "loh kan calon mantu, harus dikasih wejangan dong sebelum beneran jadi mantu, ya kan ka?" Haris berniat mengerjai sang anak dan Yasa, Zita dan Yasa yang mendengar itu saling menatap dan salting sendiri.

"apaan sih yah, mantu mantu Zita aja belum lulus sekolah. Zita tuh mau sukses dulu, terus ketemu sama jodoh Zita baru nikah" sanggah Zita menjawab pertanyaan ayahnya, "ya kan masih calon, nanti kalo udah sama sama sukses baru resmi nya, ya ga?" sekarang Haris gantian melihat ke arah Yasa, Yasa menjadi bingung sendiri ingin menjawab apa "kalau udah jodoh ga kemana kok om, kalau belum jodoh ya nanti om yang jodohin aja" semua yang disitu tertawa mendengar jawaban dari Yasa terkecuali Zita, ia salting sendiri apa apaan ayah dan Yasa ini.

"udah ah, ayah anaknya di godain mulu. Tuh mukanya udah merah gitu" Sarah memperingati Haris sambil menujuk sang anak, Zita yang ditunjuk pun menggeleng dengan cepat, Haris hanya tersenyum lalu mengambil minumnya "ya udah iya iya, sekarang mending minum dulu nih teh nya keburu dingin" Yasa dan yang lainnya mulai mengambil dan meminum teh yang dibuat oleh Srah, lalu melanjutkan obrolan mereka.

※※※

Setelah Yasa berbincang dengan kedua orang tua Zita, ia segera kembali ke rumah, dengan wajah yang dihiasi senyuman yang tidak menghilang selama perjalanan. Sesampainya di rumah ia langsung bergegas membersihkan diri lalu berlari ke dalam kamar kakaknya, saat membuka kamar kakaknya ia melihat sang kakak sedang memasukkan tumpukkan baju ke dalam lemari.

"KAK, GUE MAU CERITA" Ara yang mendengar teriakan tersebut hampir saja menjatuhkan tumpukan baju yang ia pegang, "apaan sih anjir, pake teriak segala" Yasa hanya wajah tak bersalah nya lalu duduk di pingiran kasur milik kakak nya.

"lo tau ga sih kak, gue abis ketemu sama ortu nya Zita terus om Haris ngomong kalo nanti gue jodoh sama anaknya, terus suruh jagain dia. Sumpah seneng banget gue" Yasa menjadi salah tingkah sendiri dengan ceritanya, ia menutupi mukanya dengan bantal dan berguling di atas kasur. Ara hanya menggelengkan kepalanya sambil melanjutkan aktivitasnya, "terus kalo lo sama Baron gimana? Udah ada perubahan kan pasti" pertanyaan itu menghentikan aktivitas Ara.

"ya gitu, lo kayak ga tau kisah cinta gue aja dek. Mana ada yang jelas, semuanya kan ga jelas terus, ga usah dibahas mending bahas lo aja kan lagi happy karena dapet restu" Ara berbaring di atas kasur di samping Yasa.

Yasa menghadap ke kakaknya, lalu berpindah dengan posisi tengkurap disamping kakaknya, "gue yakin lo pasti bisa dapet laki laki yang terbaik kak, tapi kalo lo nanti udah nikah jangan lupain gue ya" Yasa berusaha menghibur kakaknya, ia tau bahwa kakaknya sedang dalam masa galau.

"apaan sih lo dek, udah nikah aja masih lama kali. Tapi kalau pun nanti gue nikah kayaknya gue ga akan lupain lo deh, kan nanti yang jadi babu gue elo" ejek Ara, lalu tertawa kerena melihat muka masam dari sang adik, Yasa yang mendengar ejek an itu pun melempari muka kakaknya dengan bantal.

Begitulah kakak adik, selalu mengejek satu sama lain, tapi selalu tidak rela dan merasa sakit ketika yang lain sakit, dan selalu tidak rela ketika salah satu nya pergi walaupun hanya sebentar. Mungkin terlihat munafik tapi sebenarnya mereka saling sayang dan ingin menjaga satu sama lain.

AMORA & YASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang