Yasa membuka mata nya perlahan, otaknya mulai mencerna apa yang terjadi. Baron dan Haidar yang menyadari bahwa Yasa sudah sadar mulai mendekat.
"gue kenapa?" pernyataan itu yang pertama kali Yasa ucapkan, "lo pingsan setelah berantem sama Garuda" Yasa mencerna penjelasan dari Baron, ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Flashback on
Sekarang sudah masuk jam istirahat, Baron berniat untuk memberitahukan tentang cerita Ara kepada Yasa.
"sa, gue masu cerita tentang Ara" Yasa hanya mengangkat salah satu alis nya lalu mengangguk, Baron mulai menceritakan tentang apa yang terjadi kepada Ara, teman teman nya yang mendengar cerita Baron terkejut, berbeda dengan Yasa yang sudah mengepalkan tangan nya.
Belum selesai Baron bercerita Yasa sudah lebih dahulu berdiri dan meninggalkan kelas, Baron dan teman teman nya segera menyusul Yasa, dengan nafas yang memburu Yasa berniat mencari Garuda. Saat ia menemukan Garuda ia langsung menarik Garuda untuk masuk ke kamar mandi cowo.
"maksud lo apa ngerendahin dan ngelecehin kakak gue?" Garuda terkekeh mendengar pertanyaan tersebut, ia berkecak pinggang lalu terseyum miring, "kenapa? Bukannya omongan gue bener? Emang lo semua bayar dia berapa sih?" Yasa yang sudah tak bisa menahan emosi nya langsung memukul wajah Garuda dengan keras.
Garuda terhuyung kebelakang, ia membalas pukulan Yasa, namun berhasil di tangkis oleh Yasa, Yasa memukul perut Garuda lalu menendang nya sehingga Garuda tersungkur.
Tidak puas sampai disitu, Yasa menarik kerah Garuda lalu menyerang Garuda berkali kali, tidak ada perlawanan dari Garuda ia sudah mengaku kalah. Teman teman nya yang melihat hanya bisa memperhatikan dari jauh, jika Yasa sudah seperti ini ia tidak akan bisa dihentikan.
"ampun, cukup" mohon Garuda kepada Yasa, Yasa menarik kerah Garuda lalu memojokkan Garuda, "lo fikir permohonan ampun lo bisa bikin gue ngebebasin lo?" Yasa Kembali memukuli Garuda.
Saat Yasa ingin menyerang Garuda Kembali, ia merasakan kepala nya menjadi pusing. Ia berusaha menetralkan nafas nya dan menahan emosi nya, "gue akan maafin lo kalau lo udah dapet maaf dari Ara langsung, Iky, Adrian bawa dia ke Ara" Adrian dan Iky mengangguk, mereka langsung menuntun Garuda ke hadapan Ara.
Yasa menumpu tangan nya ke depan wastafel ia berusaha melihat kaca dan mencuci muka nya, namun kepalanya semakin terasa pusing, matanya pun berkunang kunang.
Baron dan Haidar mulai mendekati Yasa, "gila, sadis juga lo barusan" Haidar menepuk pundak Yasa, tidak ada tanggapan dari Yasa. Tiba tiba tubuh Yasa jatuh.
Haidar dengan sigap menopang tubuh Yasa, Baron menepuk pipi Yasa beberapa kali. Pandangan Yasa pun mulai menghitam.
Setelah itu Baron dan Haidar bergegas mengantar Yasa ke rumah sakit.
Flashback off
Yasa menghela nafas nya, ia menyandarkan diri nya perlahan, "Ara gimana? Garuda udah dapet maaf dari Ara?" Baron mengangguk, sedangkan Haidar membuka minum yang ada di meja lalu menuangkannya ke dalam gelas.
"ga usah mikirin yang lain dulu lo, nih minum" Yasa menerima minum tersebut lalu tersenyum jahil, "aaa, mas Idar soswit banget sih. Jadi baper" Haidar yang mendengar itu langsung merinding.
"lo jangan ikut ikut kayak Iky deh, atau nanti lo yang gue bikin babak belur" bukannya takut, Yasa justru semakin mendramatisir dirinya, "kok kamu gitu sih mas? Aku kan lagi sakit. Mas baron liat tuh, masa mas Haidar jahat sama aku" melas Yasa sambil memeluk lengan Baron.
Baron dengan segera melepaskan tangannya dari Yasa, "Sa, lo mending berhenti sebelum gue sama Haidar bikin lo babak belur beneran" Yasa mempoutkan bibir nya. Lalu mereka semua tertawa Bersama.
"aneh banget sih lo pada" ditengah candaan mereka, tiba tiba ketukan pintu berbunyi.
Dilihatnya Ara dan teman teman yang lainya datang, "Yasa, ya ampun lo tuh ya" bukannya menghawatirkan sang adik, justru Ara menarik kuping Yasa dengan kencang.
"aduh, sakit Astaghfirullah. Kasar banget sih lo, orang kalau lagi sakit tuh disayang, bukan malah dijewer." Omel Yasa
"lagian lo tuh bikin orang khawatir aja, udah tau punya Riwayat kejang. Tapi ga bisa nahan emosi" sebelum Yasa Kembali membalas argumen dari Ara, Keana terlebih dahulu melerai pertengkaran mereka "udah udah, ini di rumah sakit."
Setelah perdebatan Ara dan Yasa terhenti, terdengar Kembali ketukan dari arah pintu. Saat dipersilahkan masuk, terlihat Aira dengan seragam perawatnya, dan seorang dokter dengan perlatanan medis nya.
"Yasa, ya ampun kamu kok bisa sampe kayak gini. Habis berantem sama siapa sih" dokter Tara selaku dokter Ara dan Yasa sedari kecil menggeleng, ia mendekati Yasa sambil memeriksa kondisi Yasa.
Yasa tidak membalas melainkan, menampilkan deretan gigi nya, "tensi nya udah turun. Lain kali harus bisa jaga emosi nya ya, sama ga boleh stress. Kamu itu punya Riwayat kejang, kalau emosi nya ga dijaga nanti bisa fatal akibatnya" Yasa hanya mengangguk mendengar nasihat dari dokter Tara.
Setelah selesai dengan pemeriksaannya, dokter Tara pamit undur diri. Aira duduk di sofa yang tersedia ia memijat pelipis nya sejenak, "cerita dong. Kenapa bisa sampe kejang gini? Berantem sama siapa emang nya?" Yasa menghela nafas nya, ia kemudian menegakkan diri nya mulai menceritakan apa yang terjadi di sekolah.
Aira terkejut mendengar cerita Yasa, tapi akhirnya ia mengangguk paham, "bunda ngerti, tapi kan ga harus pakai kekerasan. Iya kalau kamu lawan sama orag yang benar benar menyesal, kalau ternyata orang yang kamu lawan ga punya rasa penyesalan gimana? Kalau kasus nya kayak gini, kamu bisa minta tolong bunda atau ayah. Ga semua mesti diselesaikan pakai kekerasan, nanti malah Panjang urusannya."
Yasa hanya mengangguk mendengar nasihat dari sang bunda, "ya udah bentar lagi jam besuk nya habis paling yang bisa nemenin disini dua sampe tiga orang, yang lainnya harus pulang" Ara mengangguk lalu mengambil tas nya, diikuti teman temannya.
"aku sama yang lain pulang dulu aja, yang jaga disini paling Haidar sama Kiki aja" Ucap Ara mengarahkan
"terus gw nanti pulang nya sama siapa dong?" tanya Maura
"ya udah Maura, Keana sama Zita naik mobil, Lala sama Adrian, nanti gue boncengin Ara" usul Baron
"yeu, bilang aja lo berdua mau pacarana, bun liat noh anaknya" Cibir Yasa
Aira hanya terkekeh, "kenapa? Kamu iri ngeliat kakak kamu pacaran sedangkan kamu ga bisa?" Yasa yang tadinya ingin meledeki kakaknya langsung mengerucutkan bibir nya, "udah udah, pada pulang gih. Mandi jangan lupa"
Yang lain hanya mengangguk lalu berpamitan pada Aira untuk pulang terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA & YASA
Fiksi Remajaamora dan yasa merupakan kakak beradik berbeda 1 tahun, amora sang kakak sedangkan yasa sang adik. mereka satu sekolah dan satu angkatan hanya berbeda jurusan, sang kakak kelas XII IPA 1 sedangkan sang adik XII IPS 3. amora memiliki rasa oleh salah...