Yasa melemparkan handphone nya, ia memijat kening nya lalu menatap langit langit kamar nya, "adek... cinta tak selama nya indah dek" tiba tiba nyanyian itu terdengar dari arah pintu kamar nya, terlihat Ara dengan gaya tengil nya bersandar pada daun pintu kamar Yasa.
"ngapain sih lo di sini, sana lo" Yasa mengambil bantal lalu melempar nya ke muka Ara, Ara dengan sigap langsung mengambil bantal tersebut lalu menutup pintu kamar Yasa dan berjalan ke atas kasur Yasa lalu tidur di sebelah Yasa.
"lo kenapa sih dek? Ada masalah, kenapa? Abis dinner kok muka nya malah kayak orang abis ditolak" ucap Ara sambil mengelus kepala Yasa, Yasa menatap ke arah kakak nya lalu memeluk kakak nya, "emang habis ditolak kak" ucap Yasa seadanya.
"kok bisa?" ucap Ara sambil mengusap kepala adik nya
"gue tadi nembak Zita kak, gue ungkapin perasaan gue ke dia, terus jawaban dia 'sorry Sa, tapi lo ga seharusnya suka sama gue, banyak perempuan yang ngejar lo kan? Lo bisa cari pengganti gue, jangan suka sama gue Sa'. gue harus gimana kak? Gue tau gue ga bisa maksa dia untuk nerima gue, tapi kenapa rasa nya sakit banget" badan Yasa bergetar, ia menangis di pelukan sang kakak
"sa..." Ara tidak tau ingin berkata apa, jujur ia shock mendengar cerita Yasa, "mungkin emang harus nya dari awal gue ga deketin dia kak, padahal dari awal gue tau kalau dia punya sifat friendly dan gampang berbaur, emang salah gue yang berharap lebih ke dia kak" tangisan Yasa semakin keras sampai nafas nya terdengar tidak teratur.
"Sa, lo ga salah kan ga ada yang bisa ngatur kita mau suka sama siapa. Dan hak kita suka atau suka sama orang ya itu hak kita selama ga berlebihan, jangan salah in diri lo sendiri, dan kalau dia nolak lo dia pasti punya alasan tersendiri" Yasa melepaskan pelukkan nya lalu menatap Ara,
"tapi gue masih boleh perjuang in dia kak?" tanya Yasa
"boleh, tapi ingat jangan berlebihan. Jangan sampai dia risih dan dia malah menghindar dari lo" jawab Ara.
"thanks kak, gue mau tidur dulu ya kak" izin Yasa
Ara mengangguk lalu mematikan lampu kamar Yasa dan keluar dari kamar adik nya tersebut, ia berjalan ke bawah ingin menghampiri kedua orang tua nya yang sedang menonton televisi.
"kamu ngapain kok baju nya basah gitu?" tanya bunda saat Ara sampai di bawah, Ara menduduk kan diri nya di atas karpet lalu bersandar pada kaki bunda nya,
"tuh Yasa nangis terus Ara peluk, ya udah deh basah" ucap Ara
"nangis? Ngapain nangis?" tanya ayah
"abis ditolak sama Zita kata nya" mendengar jawaban Ara, ayah mengerutkan dahi nya "ditolak? Lah kirain udah sama sama suka, padahal om Haris sering loh cerita kalo Zita suka sama Yasa" Ara menganggkat kedua bahu nya secara bersamaan, "ga tau, mungkin Zita punya alasan lain?" ayah hanya mengangguk tidak memikirkan lebih lanjut.
"terus kalau kamu sama Baron Baron itu gimana?" giliran bunda yang bertanya, Ara menghela nafas nya mengambil kue yang berada di atas meja, "ga tau, dia bikin bingung, kemarin pas ngumpul dia baper in kaka, pas jalan jalan juga. Tapi dia juga bilang kalau dia punya perempuan yang dia incar" bunda ter kekeh mendengar cerita dari Ara, "emang perempuan nya siapa? Kamu tau?" Ara hanya menggeleng tanda tidak tau.
"tapi kamu tau keluarga dia? Ayah sebenarnya ga mandang finansial atau pun ke harmonis an keluarga nya. Tapi gimana pun kan kamu juga harus dekat sama keluarga mereka, kalau misalnya mereka bukan orang yang bisa dipercaya gimana? Mau gimana pun kamu harus hati hati kak" Ara mengangguk paham, ia mengambil handphone nya lalu membuka salah satu aplikasi sosial media.
"setau aku dia anak dari istri kedua pah, ini foto ayah sama istri pertama nya, nah ini anak laki laki pertama nya yang sekarang tinggal sama ayah nya. Terus kalau foto satu lagi itu foto ayah sama ibu nya Baron, itu doang yang aku tau yah" jelas Ara sambil menunjukkan beberapa foto yang dia temukan.
"ini mantan suami nya si Denaya kan?" ucap ayah saat melihat foto yang Ara tunjukkan,
"Denaya yang dulu model kampus itu?" ucap bunda memastikan
Ayah mengangguk, sedangkan Ara mengerutkan alis nya "ayah sama bunda kenal?" bunda mengangguk, "iya kenal istri pertama nya itu dulu satu kampus sama ayah, dia dulu kating nya ayah terus model kampus, sering ikut lomba. Yang ayah tau sih emang Denaya suka sama ayah nya Baron itu" Ara hanya mengangguk mendengarkan penjelasan dari bunda.
"berati ayah kenal dong sama om Tony?" tanya Ara
"cuma tau nama doang, ga pernah ngobrol banyak juga" Ara tersenyum, "berati kalau Ara sama Baron jadian gapapa kan?" ayah dan bunda terkekeh lalu mengangguk, "boleh aja, tapi harus hati hati. Ga boleh terlalu sayang sama orang yang belum tentu jadi milik kita, nanti sakit sendiri" Ara mengangguk mendengar nasihat dari bunda.
Ia berdiri lalu berjalan ke arah kamar nya, ia langsung merebahkan diri nya di atas kasur, ia membuka ponsel nya saat melihat ada notif dari teman teman nya.
Ara terkekeh, lalu mematik kan handphone nya dan merapihkan kasur nya, dan bersiap untuk tidur.
●○●○●○●○
.
.
.
.
.Hai semua, jujur ini pendek banget. Tapi nanti up nya double kok 👍👍👍
JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA, BACA DOANG LO PADA 😤😤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA & YASA
Teen Fictionamora dan yasa merupakan kakak beradik berbeda 1 tahun, amora sang kakak sedangkan yasa sang adik. mereka satu sekolah dan satu angkatan hanya berbeda jurusan, sang kakak kelas XII IPA 1 sedangkan sang adik XII IPS 3. amora memiliki rasa oleh salah...