Setelah mendengar cerita Ara, Baron berniat untuk balas dendam dengan Garuda. Saat ini, ia sedang berada di markas Paix setelah mengantar Ara pulang.
"Kenapa lo bang, kayaknya suntuk banget" Tanya Galih sembari mengambil stik ps dari tangan Baron.
Baron mengangguk, ia mengacak rambutnya lalu menceritakan semua yang terjadi pada Ara tadi di sekolah.
Galih yang mendengar itu ikut merasa emosi "wah kurang ajar anjing, ga bisa dibiarin. Dia ga mikir apa kalua punya saudara perempuan, kalau saudara perempuan nya digituin emang dia terima? Lo harus kasih pelajaran ke dia sih bang" Baron mengangguk, ia setuju denga apa yang Galih katakana. Namun ia juga bingung, pelajaran apa yang harus ia berikan kepada Garuda supaya dia jera?
"btw, Yasa udah tau soal ini?" Baron menggeleng, ia tau bahwa Yasa itu gampang emosi apalagi jika sudah menyangkut orang terdekatnya, "belum ada yang tau cerita ini selain gue. Rencana nya besok baru gue mau cerita"
Galih mengangguk, ia menepuk pundak Baron "gue yakin lo pasti ketemu jalan keluar nya, dan gue juga yakin lo pasti punya rencana sendiri buat ngasih pelajaran ke Garuda. Mending sekarang kita santai dulu, sambal main ps" Baron terkekeh lalu mengambil stik ps nya dan memainkan ps tersebut Bersama Galih.
Dilain tempat Ara sedang berdiam diri di depan laptop nya sambil melakukan video call dengan ke-empat teman nya. Sambil memeluk gulingnya ia menceritakan apa yang terjadi di toilet tadi.
Ara sudah mulai tenang saat menceritakan itu kepada teman teman nya, walaupun masih merasa takut, marah, dan sedih, namun perlahan ia mulai memulihkan keadaannya. Ia tidak mau jika ketakutannya membuat dirinya semakin terpuruk, ia seharusnya berani mengungkapkan kepada orang lain bahwa ia benar.
"gue sekarang ngerti Ta, apa yang lo rasain selama ini" Zita hanya tersenyum tipis mendengar hal itu, "gue salut sama lo Ra, lo masih berani untuk ngungkapin apa yang sebenarnya terjadi. Beda sama gue yang hanya terpuruk sama ketakutan gue sendiri"
Ara dan yang lain nya menatap sendu kearah Zita, "gue janji, kita bakal bantuin lo untuk nangkap pelaku dan ngasih hukuman yang setimpal buat dia" Zita tersenyum, ia bersyukur dibalik semua musibah yang tuhan berikan kepadanya, tuhan masih memberinya orang orang yang selalu ada dan mendukungnya.
Setelah selesai video call, Ara membersihkan dirinya dan bergegas untuk tidur.
Di pagi hari ia dibangunkan dengan jam alarm milik nya, ia segera bersiap untuk solat, sarapan dan berangkat ke sekolah. Saat sudah selesai dengan riasannya, ia turun ke bawah untuk sarapan serta pamit kepada kedua orang tua nya.
"Ara hari ini berangkat naik mobil sendiri ya" Aira dan Wiman hanya mengangguk sambil menyantap makanannya, "tumben, biasanya males bawa mobil sendiri" perhatian Ara teralihkan kepada Yasa, "hehehe, nanti pulang sekolah mau jalan jalan dulu soalnya"
"ya udah gapapa. Tapi pulang nya jangan malam malam, dan Yasa harus ikut buat ngawal kamu" Ara mengangguk, ia dan Yasa menyelesaikan makannya lalu pamit untuk pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah mereka bertemu dengan Baron, "pagi cantik" Ara tersenyum sambil melambaikan tangan nya, "pagi juga ganteng" Yasa yang melihat itu menatap horror mereka berdua.
"pigi cintik, pigi ginting, idih najis. Ini tuh masih jam 6 ya, lo berdua udah mesra mesraan aja" Ara menautkan alisnya, ia kemudian beranjak untuk menggandeng tangan Baron, "idih iri ya lo? Ga bisa romantis romantisan. Kasian yang cinta nya ditolak mulu"
Yasa yang mendengar itu mulai geram. Tapi akhirnya di tahan oleh Baron sebelum ia membalas perbuatan kakaknya itu. Ara terekeh melihat muka kesal Yasa, ia kemudian masuk ke kelas nya dan duduk dengan tenang di bangku nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA & YASA
Teen Fictionamora dan yasa merupakan kakak beradik berbeda 1 tahun, amora sang kakak sedangkan yasa sang adik. mereka satu sekolah dan satu angkatan hanya berbeda jurusan, sang kakak kelas XII IPA 1 sedangkan sang adik XII IPS 3. amora memiliki rasa oleh salah...