19. PERKENALAN CAMER

10 6 3
                                    

Setelah pulang dari rumah sakit, Baron tidak langsung mengantarkan Ara pulang, melainkan mengajak Ara untuk main di rumah nya.

"gapapa kan kalo akua jak kamu mampir ke rumah aku dulu?" Ara mengangguk, "gapapa, aku malah seneng" Baron hanya tersenyum dibalik helm nya.

Saat sudah tiba, Baron memarkirkan motor nya di dalam garasi dan membantu Ara melepaskan helm nya. Tanpa mereka sadari ada yang melihat mereka dari balkon salah satu kamar.

"assalamualaikum" salam Baron saat masuk ke dalam rumah diikuti oleh Ara dibelakangnya.

"waalaikumsalam, eh anak ibu. Udah pulang? Sama siapa itu nak?" tanya Sinta saat melihat Ara yang berdiri dibelakang Baron.

Akhirnya Ara menampakkan diri nya, lalu mencium punggung tangan Sinta, "halo tan aku Ara" ucap Ara memperkenalkan diri, "oalah ini Ara pacar nya Baron ya? Baron sering cerita tentang kamu loh ke ibu. Ternyata aslinya cantik banget ya, sama kayak yang diceritain Baron" Ara yang mendengar pujian tersebut merasa malu.

"oh iya ibu sampe lupa ga nyuruh kalian masuk. Ayo masuk" Ara mengangguk, mereka akhirnya menduduki sofa yang berada di ruang tengah.

Sita pamit kebelakang untuk membuatkan minum, sementara Baron ke kamar nya untuk mengganti baju nya, terdengar suara Langkah kaki dari arah tangga. Ara menoleh melihat siapa yang sedang menuruni tangga.

Mata nya bertemu dengan seorang pria, yang tinggi ny sekitar 180cm, dengan kaos hitam dan celana pendek. Tatapan nya sinis, seperti tidak suka akan keberadaan Ara. Namun Ara kemudian bangun dan tersenyum, ia menjulurkan tangannya, "halo, gue Ara. Lo Dion kan? Abang tiri nya Baron, gue pacar nya Baron" Dion yang melihat itu menepis tangan Ara, ia membungkukkan badannya menatap mata Ara, "pertama gue ga mau tau nama lo, dan ga tertarik untuk tau tentang lo. Yang kedua, gue paling ga sudi kalau gue disebut abang dari seorang anak yang ibunya penghancur rumah tangga orang. Alias pacar lo"

Dion ingin pergi dari situ, tapi perkataan Ara selanjutnya membuat ia menghentikan langkahnya, "kalau gue bilang, gue temen dari Razita Alaina lo tetep ga mau kenalan sama gue?"

Dion membalikkan badannya, "tau apa lo tentang dia?" Ara tersenyum miring, ia melipat tangannya didepan dada, "tau apa ya? tau tentang kejadian tiga tahun lalu, tau tentang luka di kepala lo, terus apalagi ya?" sebelum Ara melanjutkan pembicaraannya, Dion terlebih dahulu membukam mulut Ara dengan tangannya.

"mau lo apa?" tanya Dion, Ara mendekati Dion ia mendongak menatap mata Dion. "mau gue, lo bantuin gue untuk nangkep dalang dari kejadian tiga tahun lalu, serta seluruh bawahannya" Dion menghela nafas nya berat, "gue ga mau, lebih baik lo lupain mereka, mereka terlalu banyak koneksi. Akan susah nangkep mereka" Ara memnggeleng, "gue ga butuh persetujuan dari lo. Tapi ini perintah dari gue buat lo, mau lo setuju atau engga lo harus tetep lakuin"

Dion ingin sekali meluapkan emosi nya dengan memukul perempuan didepannya ini. Tetapi ia tak ingin urusannya semakin Panjang, "bangsat" ucapnya lalu pergi berjalan ke arah dapur.

Ara tersenyum, ia Kembali duduk manis di sofa, saat Sinta datang membawa minuman ia terheran melihat anak tirinya berjalan ke arah dapur dengan muka menahan emosi, "nih diminum dulu minumannya nak," Ara tersenyum lalu mengucapkan terimakasih, ia mengambil minuman tersebut lalu meminum nya.

Baron yang baru saja menuruni tangga tersenyum lalu duduk di sofa disamping Ara, "itu abang sama ayah kamu?" tanya Ara sembari menunjuk ke arah foto yang tertata di dinding.

AMORA & YASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang