CHAPTER 20

39.7K 1.8K 100
                                    

Sean terbangun dari tidurnya saat mendengar handphone-nya yang ada di atas nakas berbunyi. Sean mengambil handphone itu dan segera mengangkat telponnya.

“Ya, siapa?” tanya Sean malas.

“Ini aku, Baby.” Terdengar suara cempreng Aletta menyapa gendang telinga Sean.

“Ada apa?” tanya Sean to the point.

“Kamu kok belum jemput aku, sih? Kan kita rencananya mau berangkat bareng ke kantor,” jawab Aletta.

Sean langsung bangkit dan terduduk dari rebahannya. Hingga pelukan Katrina terlepas darinya. Ia benar-benar lupa kalau semalam sudah berjanji untuk berangkat bersama Aletta ke kantor.

“Aku hari ini gak ke kantor,” ujar Sean mengusap wajah bantalnya.

“Kenapa?!” tanya Aletta kaget.

“Sudahlah, bukan urusan kamu!” Tanpa menunggu respon dari Aletta lagi, Sean langsung mematikan sambungan telponnya.

Sean mengembuskan napasnya pelan. Hari ini dia tidak bisa meninggalkan Katrina yang sedang sakit. Otaknya tidak akan fokus bekerja jika keadaan Katrina seperti ini.

Sean meletakkan kembali handphone-nya ke atas nakas. Menyibak selimut, lalu beranjak dari atas renjang. Sean kemudian membenarkan selimut yang melorot dari tubuh Katrina hingga sebatas leher. Sebelum pergi mandi, Sean mencium kening Katrina.

“Cepatlah sembuh, Sweety.” Sean berbisik pelan setelah mencium kening Katrina.

Setelah beberapa menit mandi dan bersiap, akhirnya Sean sudah rapi dengan pakaian santainya. Kaus hitam polos yang lengannya pendek, serta celana buntung hitam. Memakai pakaian santai seperti itu, membuat otot-otot di tubuhnya tercetak dengan jelas.

Tok! Tok! Tok!

Sean mengambil kunci kamar yang ada di atas meja rias, lalu membuka pintu. Tampaklah, Asih berdiri dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

“Obatnya?” tanya Sean datar.

“Ini, di saku baju saya, Tuan.”

“Baiklah, letakkan obatnya di atas nakas.” Sean mengambil nampan itu dari tangan Asihh. Setelah itu Minah masuk dan meletakkan kresek putih berisi obat ke atas nakas sebelah tempat tidur.

“Permisi, Tuan.” 

“Hmmm ....”

Sean kembali menutup pintu kamar. Pria itu kemudian melangkah ke arah ranjang di mana Katrina masih terbaring lemah di atasnya dengan kedua mata yang masih terpejam.

“Sayaaang,” panggil Sean sembari duduk di sudut ranjang dekat Katrina.

Sean meletakkan nampan berisi makanan itu ke pangkuannya. Dengan penuh perhatian ia lalu membangunkan Katrina.

Sweety. Hey, bangun dulu. Kamu harus makan dan minum obat,” ujar Sean menepuk pelan pipi kanan Katrina.

Katrina menggeliat pelan. Perlahan kedua matanya mengerjap, lalu terbuka. Awalnya hanya menyipit, tapi beberapa detik kemudian terbuka sempurna.

“Ayo bangun, kamu harus makan dulu.” Sean memegang kedua pangkal lengan Katrina. Membantu wanita hamil itu untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

“A–aku ingin minum,” pinta Katrina dengan nada suara yang sangat lirih.

Sean segera mengambil segelas air putih yang ada di atas nampan, lalu meminumkannya melalui mulut Katrina. Setelah Katrina minum, Sean kembali meletakkan gelas yang airnya tinggal setengah itu ke atas nampan. Sean kemudian mengambil mangkuk berisi bubur ayam.

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang