CHAPTER 28

40.2K 1.9K 27
                                    

HAPPY READING!

Lima tahun kemudian....

“Garaaaa berhenti. Ayo kamu makan dulu!” Seorang wanita dengan membawa sebuah piring berisi nasi goreng tampak tengah mengejar seorang bocah kecil yang berlari mengelilingi setiap sudut rumah.

“Tidak mau. Aku mau makan sate padang,” ujar bocah itu sembari terus berlari menghindari wanita itu.

Wanita itu berhenti. Menghela nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Sifat keras kepala anak laki-lakinya itu benar-benar selalu membuatnya pusing.

“Yaudah, terserah kamu!” ketusnya senbari berbalik pergi menuju ruang makan.

Wanita berambut pendek itu meletakkan piring berisi nasi goreng tersebut ke atas meja makan, lalu hendak pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya itu terhenti kala melihat dua pasutri datang ke rumahnya.

“Kak Dante?” Wanita itu tersenyum, lalu melangkah menghampiri Dante yang juga membalas senyumannya.

“Bagaimana kabarmu? Kakak sudah sangat merindukanmu. Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Dante memeluk Katrina, melepas semua rasa rindu karena sudah lama tidak bertemu.

Setelah beberapa bulan yang lalu menikah dengan Felicya——istrinya, Dante memang pindah dari Bali ke Kalimantan——kota tempat asal Felicya. Sebenarnya Dante tidak ingin meninggalkan adiknya di Bali, tapi karena Felicya tidak mau tinggal di Bali, akhirnya Dante pun terpaksa ikut tinggal bersama Felicya ke Kalimantan.

“Aku baik, Kak. Kakak dan Kakak ipar bagaimana kabarnya?” tanya Katrina setelah melepas pelukannya dari Dante, lalu melirik Felicya sekilas.

“Kami baik. Rencananya, untuk satu minggu ini kami akan menginap di sini.”

“Benarkan itu, Kak?” tanya Katrina berbinar senang.

“Iya. Mumpung pekerjaan Kakak di Kanada tidak padat, jadi Kakak dan Felicya memutuskan untuk berkunjung ke sini dan menginap selama satu minggu.”

“Aku sangat senang karena kalian akan menginap di sini,” ujar Katrina.

“OM DANTE!” teriak bocah lima tahun sembari berlari menghampiri Dante.

Dante tersenyum sumringah, lalu mengangkat tubuh bocah itu ke pangkuannya. “Hey, apa kabarmu keponakan? Apakah kamu semakin nakal?”

Bocah itu mencebikkan bibir mungilnya kesal. “Aku tidak nakal!”

“Tidak nakal, tapi sangat nakal.” Dante terkikik geli, lalu mencium kedua pipi keponakannya itu secara bergantian.

“Dia tadi tidak mau makan, Kakak. Aku sampai-sampai harus berlarian mengejarnya,” keluh Katrina menceritakan kelakuan nakal anaknya.

Ya, bocah lima tahun itu memang adalah anaknya. Dari hasil pernikahannya dengan Sean, Katrina telah melahirkan dua anak kembar tak seiras. Pertama, Sagara Adhitama. Anak laki-lakinya yang sifatnya sangat mirip dengan Sean. Kedua, Aldara Dwidarma. Anak perempuannya yang kadang sifatnya mirip Sean, kadang juga mirip dengannya. Wajah kedua anaknya benar-benar duplikat dari Sean. Sedangkan dengan Katrina, hanya hidung dan bibir.

“Tidak, Om. Mommy belbohong. Aku bukannya tidak mau makan. Aku hanya tidak mau makan nasi goleng, aku mau makan sate padang.” Bocah itu menjelaskan dengan mulut mungil dan gaya bicaranya yang masih cadel.

Dante tetawa kecil, lalu mengusap puncak kepala keponakannya dengan sayang. “Ini masih pagi, Gara. Sekarang kamu harus makan nasi dulu. Kalau kamu makan nasi, Om berjanji nanti siang kita akan pergi ke warung sate padang. Bagaimana? Kamu setuju?”

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang