CHAPTER 32

40.7K 1.8K 18
                                    

Sean, Rendi, beserta lima orang bodyguard-nya baru mendarat di Bali pada pukul delapan malam. Mereka pergi ke Bali naik jet pribadi milik Sean, dan dikendarai oleh Rendi. Rendi memang sudah ahlinya dalam hal itu.

Sean keluar dari dalam jet pribadinya setelah mendarat di bandara. Rendi beserta lima bodyguard yang berpakaian serba hitam itu keluar dari dalam jet.

Petugas di bandara itu langsung menghampiri Sean saat melihatnya datang.

“Selamat datang di Bali, Tuan Sean,” sapa pria berambut cepak itu tersenyum ramah.

“Tolong jaga jet saya dengan baik,” titah Sean datar.

“Baik, Tuan. Mari saya antar untuk—”

“Tidak perlu. Saya sudah tahu dan sangat mengenal Bali. Anda tidak perlu repot-repot mengantarkan saya,” potong Sean.

“Baiklah kalau begitu.”

Sean melangkah pergi dari area bandara. Diikuti oleh Rendi dan kelima bodyguard-nya. Tidak ada pemeriksaan ataupun semacamnya, karena semua petugas di bandara itu sudah mengenal siapa Sean. Sultan mah bebas!

“Rendi, apakah kau sudah menyewa hotel?” tanya Sean setelah tiba di luar area bandara.

“Sudah, Tuan. Saya juga sudah memesan taksi online.” Rendi menjawab dengan sopan. “Sebentar lagi taksinya pasti akan datang.”

“Hmmm ... bagus kalau begitu.”

💧💧💧💧

“Kamu harus menjadi milikku, Katrina!”

Srek!

Rama merobek dress panjang yang Katrina kenakan. Katrina membulatkan kedua matanya ketika melihat lengan dress sebelah kanannya sobek akibat ulah Rama.

“Rama apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!” Katrina memukul dada Rama dengan sekuat tenaga, tapi sepertinya tidak berpengaruh apa-apa bagi Rama.

“Percuma saja kamu melawan, Katrina. Malam ini kamu akan menjadi milikku!” Rama tertawa penuh kemenangan, lalu memanggul tubuh Katrina. Membawanya ke sebuah gubuk yang tidak jauh dari sana.

Katrina meronta-ronta untuk melepaskan diri, tapi tidak berhasil. Wanita itu juga terus berteriak meminta pertolongan. Namun, sepertinya tidak ada orang di sana. .

“LEPASKAN AKU, BERENGSEK! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG AKU!” teriak Katrina sembari memukul punggung lebar Rama dengan keras.

“Berteriaklah sesuka hatimu, Katrina. Percuma saja, karena di sini tidak ada siapa pun selain kita berdua.” Rama menendang pintu gubuk itu hingga terbuka.

Setelah terbuka, Rama membawa Katrina masuk lalu kembali menutup pintu gubuk itu menggunakan salah satu kakinya.

Brukh!

Rama menghempaskan tubuh Katrina ke atas jerami yang ada di dalam gubuk itu. Katrina meringis pelan saat merasakan sakit di area bokongnya.

Rama tersenyum miring sembari melepaskan kancing kemeja yang digunakannya. Pria itu menatap lapar ke arah Katrina yang tampak sangat ketakutan.

“Jangan lakukan hal itu, Rama. Sadarlah. Kita adalah teman, dan aku—”

“TEMAN?! APAKAH KAMU HANYA MENGANGGAPKU TEMAN, KATRINA?!” Rama berteriak marah. Wajahnya memerah dengan rahang yang sudah mengeras.

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang