CHAPTER 27

41.6K 1.9K 6
                                    

Setelah melakukan aksi pembunuhan terhadap Aletta, Sean langsung menghubungi orang kepercayaannya dan menyuruhnya untuk mengurus jasad Aletta tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sean menyuruh orang kepercayaannya itu untuk merekayasa semua tempat kejadian seolah-olah Aletta mati karena dibunuh oleh pencuri.

Kini mobil Sean tengah berada di pinggir jalan sepi yang jarang dilewati oleh beberapa kendaraan. Jalan itu memang selalu terlihat sepi dan gelap.

Sean sengaja berhenti sejenak di sana, karena kalau dia cepat-cepat pulang ke mansion pikirannya akan selalu kembali mengingat Katrina. Semua kenangan bersama istrinya di mansion benar-benar teringat jelas di otak Sean.

Sean membuka pintu mobilnya, lalu keluar dan duduk di depan kap mobil sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya.

Pikiran Sean menerawang jauh. Semua sifat dan kebiasaan Katrina masih dapat Sean ingat. Bahkan, dari mulai suara, cara tersenyum, cara tertawa, dan cara berbicaranya masih terngiang-ngiang di telinga Sean bagaikan sebuah alunan musik yang merdu.

Happy birthday, My Husband.”

Kenapa kamu tidak pulang? Aku khawatir.

Aku mencintaimu.

Aku berjanji dan kamu juga harus berjanji untuk selalu mencintaiku!”

Beberapa potongan bayangan itu terdengar dengan sangat jelas dalam angan-angan Sean. Dia sangat merindukan wanitanya saat ini.

“Kembalilah padaku, Sayang. Aku mohon ... aku mohon padamu,” lirih Sean menatap kosong jalan raya yang gelap di depan sana.

Sean merasakan dadanya sesak. Kedua matanya berkaca-kaca. Sean sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Rasa rindu ini benar-benar menyiksanya.

“Aku mohon, aku mohon ... kembalilah padaku, Sayang. Kembalilah padaku,” gumam Sean memejamkan kedua matanya erat.

Tes!

Cairan bening berupa kristal itu keluar dari kedua pelupuk mata Sean. Merembes mengenai kedua pipinya. Ini pertamakalinya Sean menangis karena wanita. Hanya Katrina wanita yang sangat memengaruhi kehidupan Sean setelah ibunya.

Sean beranjak dari tempat duduknya dan berlutut di tengah jalan sembari menundukkan kepalanya menatap jalan.

“Aku mohon kembalilah padaku, aku mohon. Aku menyesali semua perbuatanku selama ini padamu. Aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan mengkhianatimu lagi. Aku berjanji,” lirih Sean terus saja menangis hingga air matanya jatuh mengenai jalan aspal.

Tak lama kemudian, suara petir mulai terdengar bersahutan. Gerimis hujan mulai turun dari langit. Namun, Sean masih tidak beranjak dari tempatnya. Pria itu sepertinya akan membiarkan air hujan turun membasahi tubuhnya.

Benar saja, tak berapa lama kemudian hujan turun dengan begitu derasnya. Membuat tubuh Sean basah kuyup.

Sean masih setia berlutut di jalan raya itu. Kedua matanya memerah dengan air mata yang terus mengalir keluar dari kedua matanya. Air mata itu terus merembes keluar mengenai wajahnya, bersamaan dengan turunnya air hujan.

“Kembalilah padaku, Katrina. KEMBALILAH!” pekik Sean berteriak histeris.

“Aku mohon kembalilah. Aku tau selama ini kamu menderita karena perlakuanku. Setelah ini, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi. Aku berjanji,” lirih Sean menangis penuh penyesalan.

💧💧💧💧

Sementara itu, di belahan kota lain, seorang wanita dengan piyama berwarna merah tampak tengah berdiri di dekat jendela kamarnya sembari menatap bulan yang ada di langit. Wanita itu tersenyum hampa. Tiba-tiba saja cahaya bulan itu berubah menjadi bayangan wajah pria itu. Wanita itu menggeleng cepat, lalu menutup jendela dan gorden kamarnya. Akhir-akhir ini ia sering mengingat pria itu, seakan-akan pria itu tengah bersemayam dalam pikirannya.

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang