CHAPTER 30

43.7K 1.9K 16
                                    

Setelah beberapa jam yang lalu selesai mandi dan hanya memakai celana pendek tanpa pakaian, kini Sean tampak terlihat tengah duduk di atas ranjang sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

Sean pulang ke mansion-nya pada pukul sebelas malam. Pria itu cukup lama berdiam diri di taman tadi siang, karena jika berada di mansion semua bayangan tentang Katrina selalu teringat dengan jelas di otaknya.

Setelah selesai mengeringkan rambut, Sean melemparkan handuk kecil itu ke atas kursi malas. Ia kemudian beranjak dari ranjang dan pergi keluar kamar untuk mengambil minuman dingin di dapur.

Suasana tampak sudah sepi, semua pelayan dan para pengawal di mansion Sean sudah beristirahat di tempat masing-masing. Sean berjalan santai menuruni tangga.

Setelah sampai di dapur, Sean membuka kulkas dan mengambil satu botol minuman dingin. Ia membuka penutupnya, lalu meminumnya sampai setengah botol. Setelah puas, Sean kembali menutup botolnya dan menaruhnya ke dalam kulkas.

Sean menutup kembali kulkas itu, lalu berbalik hendak pergi ke kamarnya. Namun, saat hendak menaiki tangga, tidak sengaja dari arah beberapa meter Sean melihat Abraham ke luar dari dalam kamarnya.

Sean yang merasa penasaran pun akhirnya mengikuti Abraham. Dia mencoba mengikuti Abraham tanpa menimbulkan suara. Dan ternyata, Abraham pergi ke kolam renang. Pria paruh baya itu menengok ke bekalang sebentar, lalu celingukan kanan kiri. Untungnya Sean dapat dengan tangkas menyembunyikan dirinya di balik tembok.

Abraham bernafas lega saat dirasa tidak ada orang yang menguntitnya. Abraham kemudian duduk di kursi panjang kayu yang ada di area kolam renang. Pria paruh baya itu kemudian mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya.

Sean semakin dibuat heran akan tingkah Abraham. Entah apa yang hendak daddy-nya itu lakukan malam-malam begini? Sendirian lagi.

Kenapa Daddy keluar dari kamarnya dan pergi ke sini malam-malam? Dia mau menghubungi siapa sebenarnya?’ batin Sean bertanya-tanya.

Abraham membuka layar handphone-nya dan langsung mencari kontak milik Katrina. Malam ini dia akan melakukan video call dengan menantunya itu.

“Hai, Nak. Apakah kamu belum tidur?” tanya Abraham setelah Katrina mengangkat video call-nya.

Belum, Daddy. Anak-anak juga belum tidur. Aku malam ini akan tidur bersama mereka,” sahut Katrina tersenyum menatap Abraham dari layar handphone-nya. Begitu pun juga dengan Abraham.

“Kenapa kalian belum tidur? Ini sudah malam. Tidak baik bagi kesehatan.”

Ini kami baru mau tidur, tapi setelah Daddy menghubungi kami, kami jadi tidak mengantuk. Oh ya, cucu-cucu Daddy ingin melihat Daddy katanya.”

“Mana cucu Daddy? Daddy ingin melihatnya,” seru Abraham antusias.

Sean mengernyitkan keningnya saat Abraham menyebutkan kata ‘cucu’. Sean memang tidak bisa melihat Abraham tengah video call dengan siapa, karena terhalang oleh tubuh Abraham.

Siapa yang Daddy maksud? Cucu? Memangnya Daddy memiliki cucu dari siapa? Padahal, hanya aku satu-satunya putra yang dia miliki.’

Sean semakin dibuat bingung dan penasaran. Akhirnya, Sean memutuskan untuk melangkah agak mendekat ke arah kolam renang. Dengan cepat, Sean langsung bersembunyi di balik kursi yang Abraham duduki.

Hai, Opa?!” Wajah kedua bocah kembar itu muncul di layar handphone Abraham, membuat Abraham tersenyum bahagia.

Sean membulatkan kedua matanya saat mendengar suara dua orang anak kecil dari handphone Abraham. Dengan perlahan, Sean mengintip layar handphone Abraham. Alangkah terkejutnya dirinya saat melihat dua orang bocah kecil tengah tersenyum di layar handphone itu. Sean kemudian kembali bersembunyi.

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang