CHAPTER 40

56.6K 1.8K 36
                                    

"MOMMYYYY!" Teriakan cempreng itu berhasil membuat Sean dan Katrina terbangun dari tidur mereka.

Katrina membuka kedua matanya, begitu pun juga dengan Sean. Keduanya terkejut saat melihat dua bocah kembar yang berdiri di dekat brankar dengan pandangan tertuju kepada mereka.

Katrina bangkit dari rebahannya. Ia dengan tergesa-gesa turun dari atas brankar. Malu sekali dirinya.

"Sayang, kenapa teriak-teriak?" Katrina berjongkok di depan kedua anaknya.

"Mommy ngapain tidul belduaan sama Paman Sean? Saling pelukan, lagi." Gala menatap penuh intimidasi mommy-nya. Sama halnya dengan Dara.

"Iya, Mommy ngapain tidul dengan Paman Sean? Paman Sean kan lagi sakit," timpal Dara.

"Nanti Mommy akan menjelaskannya. Mommy mau cuci muka dulu." Katrina berdiri, lalu melangkah pergi ke kamar mandi yang sudah disediakan di ruangan itu.

"Paman Sean, kami mau naik ke atas sana." Dara merengek.

"Naiklah."

"Bi Inah, tolong bantu kami untuk naik." Inah mengangguk, kemudian mengangkat satu persatu tubuh dua bocah itu.

"Apakah tubuh Paman telasa sakit?" tanya Gara setelah duduk di samping Sean.

"Pasti sakitlah, Kak Gala." Dara membalas pertanyaan Gara.

"Ish, aku tidak beltanya padamu, tapi pada Paman Sean!" Gara menatap adiknya tajam.

"Bialin ... wleekkk." Dara menjulurkan lidahnya ke arah Gara, membuat bocah laki-laki itu kesal. Sifat menyebalkan adiknya memang tidak pernah luntur.

Sean tertawa pelan melihat tingkah menggemaskan kedua anaknya. Seandainya saja ia sejak dulu hidup bersama mereka, pasti hari-harinya akan sangat menyenangkan seperti ini.

Ceklek!

Katrina keluar dari kamar mandi. Wanita itu melangkah menghampiri Sean dan kedua anak kembar mereka.

"Bi Inah, tolong panggilkan dokter ke sini."

"Baik, Nyonya."

Inah pergi untuk memanggil dokter. Sementara itu, Katrina duduk di kursi dekat brankar.

"Mommy, kami sangat senang setelah melihat Paman Sean sadal. Doa kami dikabulkan oleh Allah," ujar Dara.

"Iya Mommy. Doa aku juga dikabulkan," timpal Gara.

"Peluk dulu, dong." Sean merentangkan kedua tangannya. Kedua bocah itu pun langsung memeluk tubuhnya.

Tak lama kemudian, Dokter Felix datang memaski ruangan itu bersama Inah. Dokter itu tersenyum ramah dan menyapa Sean dan Katrina.

"Selamat pagi, Bu Katrina, Pak Sean."

"Selamat pagi, Dokter." Katrina membalas sapaan Dokter Felix, membuat Sean diam-diam menahan rasa cemburunya.

"Kapan Pak Sean sadar?" tanya Dokter Felix pura-pura.

"Tadi malam, Dok. Sekarang tolong periksa keadaan suami saya."

Dokter Felix mengangguk pelan. Ia kemudian mulai bersandiwara memeriksa Sean. Tanpa Katrina sadari, Sean mengedipkan sebelah matanya kepada dokter itu.

Dokter Felix yang mengerti pun mengangguk pelan. "Alhamdulillah, Pak Sean akhirnya telah melewati masa kritisnya. Kondisinya sekarang sudah stabil dan tidak ada masalah apa pun lagi."

"Syukurlah kalau begitu." Katrina menghembuskan nafas leganya.

"Apakah saya bisa pulang hari ini?" tanya Sean.

MY HUSBAND PSYCHOPATH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang