18

44 7 0
                                    

Malam ini hujan turun lebat , Jingga sangat cemas memikirkan tanaman hidroponiknya yang baru saja ia tanam sore tadi.

"Hmm kenapa harus hujan sih ? Kalau sayur sayurku gagal tumbuh gimana ?"

Jingga akhirnya menerobos keluar rumah tanpa payung dan alas kaki hanya untuk melihat keadaan bibit bibitnya yang baru ia tanam sore tadi.

Nathan yang duduk seraya melihat hujan di temani teh lemon tea panas untuk meringankan sakit kepalanya memandang hujan di pinggir jendela . Namum pandangannya tertuju pada Jingga yang sedang hujan hujanan mengamati tanam tanamannya.

"Hmm dia ngapain ?"

Nathan yang awalnya membiarkan Jingga begitu saja akhirnya turun ke lantai satu hendak meminta seseorang membawakan payung untuk Jingga. Namum ternyata di lantai bawah sudah gelap dan sepertinya para ARTnya sudah di kamar mereka masing masing.

Nathan memutuskan sendiri menyusul Jingga . Ia mengambil payung lalu keluar menghampiri Jingga.

"Kamu ngapain hujan hujanan ?" Teriak Nathan

"Aku takut tanaman aku mati"

"Ayo masuk" Nathan menarik tangan Jingga masuk ke dalam rumah.

Natha mengambilkan Jingga handuk lalu membungkus tubuh Jingga dengan handuk lalu membawa gadis itu ke kamarnya. Nathan yang dari sore sudah merasa tidak enak badan tidak berhenti bersih bersin setelah hujan hujannya.

"Maaf Nathan gara gara aku kamu jadi ikut hujan hujanan"

"Ganti bajumu" ucap Nathan lalu meninggalkan Jingga kemudian naik ke kamarnya. Jingga bergegas keramas lalu mengganti baju tidurnya. Dia merasa tidak enak pada Nathan kala mengingat wajah Nathan pucat setelah hujan hujanan tadi.

Jingga naik ke lantai atas melangkahkan kaki ke depan pintu kamar yang tampak megah. Jingga mengetuk pintu memanggil manggil nama Nathan dengan suara rendah.

"Nathan .... Nathan "

Karena tidak ada sahutan dari dalam , Jingga mencoba membuka pintu kamar Nathan yang ternyata tidak terkunci. Gadis bernama Jingga itu melangkahkan kaki masuk ke sebuah kamar yang luas dan remang remang. Jingga tidak begitu jelas melihat isi kamar Nathan tapi dia bisa melihat ranjang dengan ukuran King yang di atasnya berbaring seorang pria.

"Nathan" panggil Jingga kembali seraya mendekati Nathan yang nampak sudah terlelap.

Jingga melihat Nathan menggigil padahal tubuhnya sudah di tutupi oleh selimut. Otomatis tangan Jingga memegang dahi Nathan yang terasa sangat panas.

"Astaga panas , Nathan kamu sakit !!!?"

Jingga hendak keluar mengambil air hangat ke dapur untuk mengompres dahi Nathan , namun tangannya terasa di tahan seseorang . Jingga menoleh melihat Nathan memegang tangannya dengan mata masih terpejam.

"Kenapa ? Aku mau ke bawah ngambil air hangat . Kamu harus di kompres Nathan"

Nathan menggeleng lalu menarik tubuh Jingga hingga Jingga terjatuh dan terbaring di sbelah Nathan. Tubuh Jingga terasa membeku kala jari jemari Nathan menelisik memeluk tubuhnya dengan erat.

Wajah Jingga kini tepat berada di dada Nathan yang bidang dan terasa panas. Ingin rasanya Jingga memberontak namun pelukan Nathan terasa begitu kuat.

"Nathan kamu ngapain ? Lepasin aku" bisiknya

Detak jantung Nathan terdengar di telinga Jingga berdegup sangat kencang. Jakun Nathan yang berada tepat di kepala Jingga terasa naik turun sehingga membuat Jingga semakin takut dan gugup.

"Bantu aku menurunkan panasku malam ini" ujar Nathan dengan nada lirih di telinga Jingga

"Caranya ?" jawab Jingga.

Tiba tiba Nathan memindahkan posisi membentuk posisi menghadapkan wajahnya tepat di wajah Jingga. Untuk pertama kalinya dada Jingga terasa seperti terpacu begitu kencang dan tangannya terasa sangat dingin.

Nathan menatap mata Jingga dengan tatapan buas seraya tangannya mengelus rambut rambut Jingga yang masih basah akibat keramas tadi . Nathan mengikis jarak hingga kini bibirnya sangat dekat dengan bibir Jingga. Hembusan nafas Nathan yang panas terasa di bibir Jingga , dan perlahan Jingga menutup matanya dan di waktu yang bersamaan bibir Nathan menyentuh bibir manis Jingga.

"Temani aku malam ini Jingga"

"Temani aku malam ini Jingga"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jingga dan Peluknya | Kim Taehyung FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang