Karena tiap buka work ini gue selalu galau. Jadi, mari menggalau bersama ya.
Happy Reading 🌵
Sejak kejadian malam itu, Jeno benar benar merasa sendiri di rumahnya.
Mama Tya masih terus mendiaminya, seolah menganggapnya tidak ada, sekalipun ia ada di meja makan yang sama, hanya Jisung dan Ayah Jeffry saja yang ia layani, Jeno hanya di anggap angin lalu.
Tidak tahan di abaikan akhirnya Jeno memutuskan untuk berangkat ke rumah sakit lebih pagi dan pulang lebih malam daripada biasanya.
Ingin pergi ke rumah si kembar pun rasanya percuma, mereka belum kembali.
Hanya Chandra tempat ia berkeluh kesah, di malam hari setelah ia berbincang dengan si kembar menjelang tidur.
Selebihnya Jeno teramat berantakan.
🦄💚🌵
Tiga hari berlalu sejak sidang malam itu.
Keduanya tidak lagi bertemu atau bahkan saling berkabar melalu chat.
Seolah tidak terjadi apa apa, namun tak bisa di pungkiri jika mereka merasakan gelisah.
Hingga siang ini, Nana berinsiatif mengajak Jeno untuk membuat janji bertemu di sebuah cafe dekat rumah sakit.
Mereka butuh waktu untuk berbicara empat mata mengenai kelanjutan mereka yang akan datang.
Hampir satu jam Nana menunggu di cafe seorang diri. Nana memang sengaja datang lebih awal, sekaligus menenangkan pikirannya yang kalut dengan melihat kendaraan yang berlalu lalang dari jendela Caffe.
Tring!
Pintu cafe terbuka, kepala Nana refleks melihat ke arah pintu.
Di sana, nampak Jeno yang melongokan kepalanya ke sekeliling cafe mencarinya, setelah tatapan mereka bertemu, dengan langkah cepat, ia menghampiri Nana.
"Sorry, Na. Masih agak heetic barusan." Jeno datang dengan rambut yah acak acakan dan lengan yang di gulung hingga siku.
"Iya, nggak apa apa. Seharusnya lo nggak usah kesini kalo sibuk Jen, bisa bilang lewat chat. Ketemunya bisa kita tunda sampe lo selesai shift. Lagian nggak terlalu penting juga." Nana menatap Jeno dengan tatapan bersalah.
"It's oke, emang waktunya istirahat juga kok." Jeno menampilkan senyuman terbaiknya.
Walupun di mata Nana nampak hmm jelas jika Jeno sangat memaksakan diri, matanya tak bisa berbohong, apalagi kantung matanya yang terlihat jelas.
"Yaudah mau pesen minum dulu? Atau sama makannya sekalian?" Tawar Nana.
"Iya, keduanya deh."
Nana menganggukan kepalanya, kemudian memanggil waitres dan memesakan minuman dan makanan untuk Jeno.
"Mau ngomongin apa, Na? Yang kemarin malam?" Tanya Jeno to the point.
"Iy-mm ntar aja deh, mending lo makan dulu aja ntar, abis itu baru kita bahas."
Jeno hanya bisa menganggukkan kepalanya, jujur atmosfer mereka saat ini tidak seperti biasa. Canggung lebih mendominasi saat ini.
Syukurlah minuman Jeno cepat datang, dan tak lama kemudian makanannya menyusul, jadi kecanggungan di antara mereka tidak berlangsung lama.
Cepat Jeno menghabiskan makanannya, lambungnya sudah benar benar kosong, sejak tadi sudah menjerit minta di isi. Ia tidak sempat sarapan tadi pagi, Mama Tya masih mendiaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS
FanfictionChandra memilih tidak memberitahu Mark, jika ia tengah mengandung anaknya, agar Mark tetap pergi mengejar mimpinya ke Canada. Tak sengaja pula Chandra bertemu dengan Jeno dan keluarganya, yang justru hendak bertanggung jawab atas bayinya. Lantas b...