Hai 🌻
Jangan lupa klik bintang pojok kiri dan spam komen juseyo~~
Happy ridin' 🌱
"Nih, cimol dari depan sekolah Jisung yang lo pengen." Jeno meletakkan keresek plastik bening berisi dua bungkus cimol di hadapan Chandra.
"Bela-belain nih gue bangun pagi pagi buat nganterin jiusng ke sekolah, cuma buat beliin cimol anak gue." omel Jeno sambil mendudukkan dirinya di sofa samping Chandra.
"Udah ngomelnya? Kalo ga ikhlas mah bilang." Chandra memanyunkan bibirnya.
"Ck, pokoknya nanti Baby kalo udah lahir, harus manggil gue Daddy." Jeno mengelus perut Chandra pelan. Sambil menatap Chandra sengit.
Chandra membiarkan Jeno mengelus perutnya sayang. Awalnya ia cukup risih, Tapi sejak ia tinggal di rumah Jeno. Jisung, Mama Jeno, hingga Jeno senang mengelus perutnya. Jadi ia sudah mulai terbiasa dengan elusan di perutnya. Dan ia juga merasa senang. Anggap saja perwakilan Mark.
"Dih. Daddy apaan? Nggak cocok lo jadi daddy, lo mah spek bapak bapak Jen, PfftPfft." Tawa Chandra langsung pecah seketika.
Jeno langsung memasang muka masamnya, "Anjiran emang, muka ganteng gini di bilang spek bapak bapak."
Puk!
Chandra langsung mendaratkan telapak tangannya pada bagian belakang kepala Jeno.
"Bahasanya di jaga ya Mas, saya gak mau Anak saya yang belum lahir pendengarannya ternodai." Chandra memelototi Jeno yang sedang mengusap bagian belakang kepalanya.
"Ye maaf, pokoknya ntar kalo udah lahir baby kudu manggil gua Daddy." Jeno masih teguh pada pendiriannya untuk menyandang predikat Daddy di masa depan.
"Dih, nggak yah. Daddy anak gue cuma Mark. One and only, Mark. Lo cari panggilan lain aja deh asal jangan Daddy."
Jeno mengerucutkan bibirnya kesal.
"Dih, yang modelan gini mau jadi Daddy?! Gak Pantes!" Cibir Chandra.
"Julid banget sih lu Chan, jangan galak galak napa. Ntar anak Ayah jadi galak pas lahir." Jeno mengusap perut Chandra.
"Jadi Ayah nih?" Chandra menaikkan sebelah alisnya. Sambil menahan tawa.
"Maunya sih Daddy. Tapi mau gimana lagi Ayah aja lah." Jeno nampak pasrah.
"Oh Yaudah. JENO CIMOL GUE JADI DINGIN INI! LU SIH BACOT MULU!!"
"HEH JANGAN KASAR, NANTI ANAK AYAH DENGER!!" Jeno refleks memegangi perut Chandra.
🌻🌱🌻
Chandra meringkuk di kasurnya, air matanya mengalir begitu saja di sudut matanya.Tangan kanannya memeluk perutnya. Sedangkan tangan kirinya memeluk kemeja merah maroon milik Mark yang ia selundupkan kedalam tasnya saat membantu Mark packing pakaiannya ke dalam koper.
Saat Mark lengah, Chandra memasukkanya kedalam tasnya, kemudian pura pura tidak terjadi apa apa. Hingga saat ini Mark tidak menyadarinya. Mungkin ia kira kemejanya tetap ada di lemarinya, tertinggal saat packing.
Kebiasaan barunya setiap habis magrib, merenung, memeluk kemeja Mark sambil menangis.
Chandra semakin kacau memikirkan Mark dan bayinya.
Sudah lewat dua bulan Mark tinggal di Canada, yang berati usia kandungan Chandra sudah mulai jalan tiga bulan, mereka masih kerap kali bertukar kabar lewat chat, atau free call.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS
FanfictionChandra memilih tidak memberitahu Mark, jika ia tengah mengandung anaknya, agar Mark tetap pergi mengejar mimpinya ke Canada. Tak sengaja pula Chandra bertemu dengan Jeno dan keluarganya, yang justru hendak bertanggung jawab atas bayinya. Lantas b...