6

2.5K 431 46
                                    

"Bukankah caramu begitu kuno?" Naruto duduk bersandar dengan nyaman di sofa ruang kerjanya. "Mengirim dua orang suruhan untuk merampok rumahku hm?"

"Jangan bicara asal." Hamura mengembuskan asap dari cerutu di tangannya.

"Apa yang kau cari sebenarnya?" Naruto menatap dingin pada saingan bisnisnya tersebut. Tak dia sangka kalau setelah kejadian malam itu, Hamura masih berani menampakan wajah di hadapannya. "Sertifikat kepemilikan perkebunan anggur miliku?"

Hamura tertawa keras sambil meletakan cerutunya di atas meja. "Milikmu?"

"Kau harus segera membuka mata dan menerima kekalahanmu." Naruto memandang rendah pada pria tua itu. "Kau seperti pebisnis amatir."

"Sejak awal kau memang berniat menusukku dari belakang kan?" Hamura pikir tidak masuk akal kalau tiba-tiba Naruto menyelanya di hari terakhir acara lelang kebun anggur itu berlangsung dan dengan serakah merebut semuanya dengan tawaran harga diluar nalar.

Keparat Uzumaki itu pasti sudah merencanakan sesuatu untuk mempermalukan keluarganya yang sebelumnya sudah nyaris memenangkan lelang itu.

Naruto mendecih "berhentilah berpikir begitu, aku memang sengaja menawar di akhir acara lelang karena pastinya sangat melelahkan kalau harus memperebutkannya dengan para pebisnis amatir macam dirimu."

Hamura menahan geramnya mendengar ucapan Naruto. "Kau mulai kurang ajar, apa kau sadar?"

Naruto tertawa renyah "lihatlah dirimu sendiri, seberapa kurang ajar dan tidak tahu malunya dirimu menampakan diri di hadapanku hari ini."

"Naruto, dengar. Kau akan menyesal karena telah merebut apa yang bukan milikmu karena kau akan segera kehilangannya kembali." Hamura memperingati.

"Kau pikir aku takut hm?" Naruto mengangkat kakinya ke atas meja dan meraih cerutu di sakunya lalu membakarnya dengan korek api. "Lakukan saja apapun yang ingin kau lakukan dan lihat siapa yang akan jadi pecundangnya."

Hamura lalu bangkit dari duduknya dan berniat pergi karena dia muak sekali mendengar ucapan Uzumaki keparat itu.

Naruto berdehem keras sebelum Hamura melangkah pergi. "Jangan pernah kau kirim para perampok tak berguna lagi ke rumahku atau kau akan mendapati mereka dalam kantung mayat keesokan harinya." Dia sesungguhnya sangat jengah dan tak ingin menerima kedatangan Hamura di kantornya hari ini namun dia ingin lihat seberapa tidak tahu malunya tua bangka itu.

Alasan lain kenapa Naruto membeli kebun anggur itu di hari terakhir lelang adalah karena pada hari itu dia baru saja kembali dari Jepang setelah menikah dan mendapati harta warisannya secara utuh, maka dia bisa membeli ke lima kebun anggur itu sekaligus.

Jujur saja, selain dia kembali ke Praha membawa istrinya, dia juga membawa begitu banyak harta warisan di dalam rekeningnya. Bisa dibilang, pernikahan itu adalah hal yang sangat menguntungkan baginya.

...

"Kau bersenang-senang hari ini?" Naruto membuka obrolan dengan istrinya. Wanita itu sudah berbaring di atas ranjang dan memunggunginya seperti biasa.

"Tidak juga." Hinata hanya menjawab sekenanya. Dia belum tidur, hanya sedang mengingat soal apa saja yang tadi dia bicarakan dengan Sakura dan Ino tentang suaminya.

"Kenapa?" Naruto hanya ingin tahu, karena wanita itu tidak nampak senang selepas kembali dari pergi keluar dengan teman-teman barunya.

"Aku dengar banyak hal tentangmu hari ini." Hinata bergumam, tak sekalipun dirinya menoleh pada pria itu karena hubungan mereka masih sama kakunya seperti awal pernikahan dulu dan ciuman dua malam lalu tak berarti banyak bagi mereka.

PlatonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang